Kamis, 31 Mei 2012

SALIB HINA MENJADI MULIA BAGI ORANG PERCAYA KEPADA YESUS


Yesus Disalibkan Bersama Dengan 2 Orang Penyamun

 Mat 27:38 - “Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiriNya”.
Mark 15:27-28 - “(27) Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kananNya dan seorang di sebelah kiriNya. (28) [Demikian genaplah nas Alkitab yang berbunyi: ‘Ia akan terhitung di antara orang-orang durhaka.’]”.
Luk 23:32-33 - “(32) Dan ada juga digiring dua orang lain, yaitu dua penjahat untuk dihukum mati bersama-sama dengan Dia. (33) Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kananNya dan yang lain di sebelah kiriNya”.
Yoh 19:17-18 - “(17) Sambil memikul salibNya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota. (18) Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah”.

I) Yesus dihukum mati melalui penyaliban. 
1)  Pemikulan salib. 
a)  Dalam Matius, Markus, dan Lukas, diceritakan adanya Simon dari Kirene yang membantu memikul salib Yesus pada saat Yesus sudah tidak kuat lagi memikul salibNya. Dalam Yohanes hal ini tidak diceritakan. Ini bukan kontradiksi; Yohanes tidak wajib menceritakan semua detail.

b)       Mengambil jalan sejauh mungkin.
Matthew Henry: “To add to his misery, they obliged him as long as he was able, to carry his cross (v. 17), according to the custom among the Romans” [= Untuk menambah penderitaanNya, mereka mengharuskanNya sejauh yang Ia mampu, untuk memikul salibNya (ay 17), sesuai dengan kebiasaan di antara orang-orang Romawi].

c)       Ini merupakan penderitaan yang hebat.
Matthew Henry: “As a part of his sufferings; he endured the cross literally. It was a long and thick piece of timber that was necessary for such a use, and some think it was neither seasoned nor hewn. The blessed body of the Lord Jesus was tender, and unaccustomed to such burdens; it had now lately been harassed and tired out; his shoulders were sore with the stripes they had given him; every jog of the cross would renew his smart, and be apt to strike the thorns he was crowned with into his head; yet all this he patiently underwent, and it was but the beginning of sorrows” (= Sebagai bagian dari penderitaanNya; Ia menahan salib secara hurufiah. Itu merupakan kayu / pohon yang panjang dan tebal yang perlu untuk penggunaan seperti itu, dan sebagian orang beranggapan bahwa kayu / pohon itu tidak dihaluskan atau dibentuk. Tubuh Tuhan Yesus yang terpuji itu lembut, dan tidak terbiasa pada beban seperti itu; tubuh itu saat itu telah disiksa dan diletihkan; pundakNya luka-luka dengan bilur-bilur yang mereka berikan kepadaNya; setiap sentakan dari salib itu memperbaharui rasa sakitNya, dan mungkin / condong untuk memukul duri-duri dengan mana Ia dimahkotai pada kepalaNya; tetapi semua ini Ia alami dengan sabar, dan itu baru merupakan permulaan kesedihan / penderitaanNya).

d)       Ini merupakan teladan bagi kita, karena kita juga harus ‘memikul salib’.
Matthew Henry: “Our Master hereby taught all his disciples to take up their cross, and follow him. Whatever cross he calls us out to bear at any time, we must remember that he bore the cross first” (= Tuan / Guru kita dengan ini mengajar semua muridNya untuk memikul salib mereka, dan mengikuti Dia. Apapun salib yang Ia panggil kita untuk memikulnya pada saat manapun, kita harus ingat bahwa Ia memikul salib lebih dulu).

Mat 16:24 - “Lalu Yesus berkata kepada murid-muridNya: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku”.
 2)  Yesus digiring / dibawa ke tempat penyaliban.
 a)  Yesus digiring dan disalibkan tanpa perlawanan, dan ini menggenapi nubuat Kitab Suci tentang hal itu.
Matthew Henry mengatakan bahwa penggiringanNya ke tempat penyaliban tidak menunjukkan bahwa Ia melakukan perlawanan apapun, dan dengan demikian Kitab Suci digenapi.
Yes 53:7 - “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya”.

b)  Kitalah yang seharusnya digiring ke tempat eksekusi, tetapi Ia digiring bagi kita supaya kita lolos dari hal itu.
Matthew Henry: “We deserved to have been led forth with the workers of iniquity as criminals to execution, .... But he was led forth for us, that we might escape” (= Kita layak untuk digiring dengan pembuat-pembuat kejahatan sebagai kriminil-kriminil ke tempat eksekusi, ... Tetapi Ia digiring bagi kita, supaya kita bisa lolos).

3)  Penyaliban Yesus merupakan hal terpenting dalam sejarah.
 Manford George Gutzke: “The death of Jesus of Nazareth on Calvary’s cross considered with His resurrection is undoubtedly the most significant event that ever occurred in the history of man” (= Kematian Yesus dari Nazaret pada salib Kalvari dipertimbangkan dengan kebangkitanNya, tak diragukan lagi merupakan peristiwa yang paling penting / berarti yang pernah terjadi dalam sejarah umat manusia) - ‘Plain Talk on Matthew’, hal 231.

Salib / kematian Kristus dan kebangkitanNya jelas juga merupakan berita terpenting dalam Kitab Suci.
Bdk. 1Kor 15:3-4 - “(3) Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, (4) bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci”.
Karena itu, kalau ada gereja / pendeta / orang Kristen yang tak pernah / jarang memberitakan hal-hal ini, itu merupakan suatu kegilaan dan kesesatan!

4)  Penyaliban yang mengerikan menjadi berkat bagi kita yang percaya.

Barnes’ Notes (tentang Mat 27:35): “This punishment was deemed the most disgraceful and ignominious that was practiced among the Romans. It was the way in which slaves, robbers, and the most notorious and abandoned wretches were commonly put to death. ... it was the most ignominious punishment known, so it was the most painful” (= Hukuman ini dianggap yang paling memalukan dan tercela yang dipraktekkan di antara orang-orang Romawi. Ini biasanya merupakan cara dalam mana budak-budak, perampok-perampok, dan orang-orang yang terkenal dengan nama yang paling buruk, dan orang-orang buruk yang ditinggalkan, dibunuh. ... itu merupakan hukuman yang paling tercela / memalukan yang dikenal, dan itu juga merupakan hukuman yang paling menyakitkan).

Manford George Gutzke: “The scene in Matthew 27 is not beautiful from a human point of view. ... But this picture has brought peace to countless hearts and minds. In the presence of this picture, men’s lives have been changed, people have been set free from sin, homes have been reunited, friendship have been restored. ‘The Old Rugged Cross, so despised by the world, has a wondrous attraction for me.’” (= Pemandangan dalam Matius 27 tidaklah indah dari sudut pandang manusia. ... Tetapi gambaran ini telah membawa damai kepada hati dan jiwa yang tak terhitung jumlahnya. Di hadapan gambaran ini, kehidupan orang-orang telah diubahkan, orang-orang telah dibebaskan dari dosa, rumah-rumah tangga dipersatukan kembali, persahabatan telah dipulihkan. ‘Salib Tua yang Kasar, begitu dihina oleh dunia, mempunyai daya tarik yang luar biasa bagiku’) - ‘Plain Talk on Matthew’, hal 232.

II) Mengapa Yesus harus disalibkan ?
 1)  Manusia tidak bisa diselamatkan melalui perbuatan baik, atau dengan cara lain apapun juga, selain melalui penebusan Kristus. Jadi, dengan Yesus mati disalib untuk menebus dosa / memikul hukuman dosa umat manusia, maka Ia menjadi jalan satu-satunya melalui mana manusia bisa diselamatkan.
 Johann Hieronymus Schroeder: “It has been the cross which has revealed to good men that their goodness has not been good enough” (= Saliblah yang telah menyatakan kepada orang-orang yang baik bahwa kebaikan mereka tidak cukup baik) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 145.
 Gal 2:16,21 - “(16) Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat. ... (21) Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
 Yes 53:4-6 - “(4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian”.

1Pet 2:24 - “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurNya kamu telah sembuh”.
2)  Salib adalah hukuman / kematian yang terkutuk.
 a)  Salib bukan hanya merupakan hukuman mati yang menyakitkan dan mengerikan, tetapi juga hukuman yang terkutuk.
Ul 21:22-23 - “(22) ‘Apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian kaugantung dia pada sebuah tiang, (23) maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu.’”.
Sebetulnya, dalam Perjanjian Lama tidak dikenal hukuman salib, sehingga Ul 21:23 sebetulnya tidak menunjuk pada penyaliban, tetapi menunjuk pada orang yang dihukum mati pada sebuah tiang (digantung), atau orang yang setelah dihukum mati lalu mayatnya digantungkan pada sebuah tiang (bdk. Yos 8:29  Yos 10:26-27).

Tetapi Ul 21:23 ini, yang menyatakan bahwa ‘orang yang digantung terkutuk oleh Allah’, tentu juga berlaku terhadap orang yang disalib. Ini terbukti dari:
1.  Permintaan orang-orang Yahudi untuk menurunkan mayat Yesus dan kedua penjahat sebelum hari gelap.
Yoh 19:31 - “Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib - sebab Sabat itu adalah hari yang besar - maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan”.
Permintaan ini pasti didasarkan pada Ul 21:23a - “maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga”.

2.  Kata-kata Paulus dalam Gal 3:13, yang mengutip Ul 21:23 ini dan menerapkannya kepada penyaliban Kristus.
Gal 3:13 - “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”.
Catatan:  Kitab Suci Indonesia menggunakan kata ‘kayu salib’ dalam Gal 3:13b tetapi menggunakan kata ‘tiang’ dalam Ul 21:22-23. Tetapi dalam KJV/RSV/NIV/ NASB/NKJV, baik dalam Gal 3:13b maupun dalam Ul 21:22-23, kedua kata itu diterjemahkan sama, yaitu ‘tree’ (= pohon / tiang / salib).

b)   Mengapa Yesus harus mengalami kematian yang terkutuk?
1.  Karena kita sebagai orang berdosa terkutuk di hadapan Allah.
Gal 3:10 - “Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat.’”.
Bdk. Ul 27:26 - “Terkutuklah orang yang tidak menepati perkataan hukum Taurat ini dengan perbuatan. Dan seluruh bangsa itu haruslah berkata: Amin!’”.
2.  Karena Yesus mau menggantikan kita memikul kutuk tersebut.
Pada waktu Kristus mati di atas kayu salib, Ia telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat. Pada saat itu, Dia yang tidak berdosa (dan karenanya tidak layak menerima kutuk!), telah menjadi kutuk karena kita (Gal 3:13a). Paulus bisa berkata bahwa Kristus telah menjadi kutuk, berdasarkan Ul 21:23 yang ia kutip dalam Gal 3:13b.
Karena itu, kematian Kristus tidak bisa terjadi dengan cara pemenggalan, perajaman dsb, tetapi harus melalui cara yang terkutuk, yaitu penyaliban! Kalau Ia mati melalui cara-cara lain, maka Ia tidak bisa memikul kutuk yang ada pada kita!
Memang hukuman gantung sebetulnya juga terkutuk, tetapi Kristus tidak boleh mati melalui hukuman gantung karena kalau Ia mati karena hukuman gantung maka Ia tidak mencurahkan darah, sehingga tidak cocok dengan type-type dalam Perjanjian Lama tentang Kristus. Bdk. Ibr 9:22 - “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan”.
Calvin:  “we ought to consider, on the one hand, the dreadful weight of his wrath against sin, and, on the other hand, his infinite goodness towards us. In no other way could our guilt be removed than by the Son of God becoming a curse for us” (= kita harus mempertimbangkan, pada satu sisi, beban yang menakutkan dari murkaNya terhadap dosa, dan di sisi lain, kebaikanNya yang tak terhingga kepada kita. Tidak ada cara lain melalui mana kesalahan kita bisa disingkirkan dari pada dengan cara Anak Allah menjadi kutuk untuk kita) - hal 226.

c)  Karena Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat, maka sekarang kita bisa diselamatkan / dibenarkan dengan sangat mudah, yaitu hanya dengan iman / percaya kepada Kristus.
Gal 2:16 - “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat”.
Gal 3:7,9,11,14,24,26 - “(7) Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham. ... (9) Jadi mereka yang hidup dari iman,merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu. ... (11) Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: ‘Orang yang benar akan hidup oleh iman.’ ... (14) Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu. ... (24) Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman. ... (26) Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus”.

Dengan percaya kepada Kristus, kita bukan hanya dibenarkan, tetapi kita juga pindah dari keadaan ‘terkutuk’ menjadi keadaan ‘diberkati’ / ‘blessed’ (Gal 3:9,14), dan kita tidak bisa kembali pada keadaan ‘terkutuk’ itu lagi!
George Hutcheson: “he hath undergone that curse that all who flee to him may be freed from it, and that all their conditions may be blessed, and their very crosses turned into blessings” (= Ia telah mengalami kutuk itu supaya semua yang lari kepada Dia bisa dibebaskan dari kutuk itu, dan supaya semua keadaan mereka bisa diberkati, dan salib mereka diubah menjadi berkat) - hal 400.
Bagi saudara yang belum pernah sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, sadarilah bahwa saudara adalah orang terkutuk di hadapan Allah. Kalau saudara tidak mau percaya kepada Yesus Kristus, maka dengarlah nubuat Kristus tentang sikap dan kata-kataNya kepada orang terkutuk pada akhir jaman / hari penghakiman: “Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya” (Mat 25:41).
Tetapi sebaliknya, kalau saudara mau percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara, maka pada akhir jaman / hari penghakiman, saudara akan mendengar kata-kata: “Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan” (Mat 25:34).
Saudara adalah orang berdosa, dan sebetulnya saudaralah yang harus mengalami penyaliban yang mengerikan ini. Tetapi Kristus sudah mengalami penyaliban ini supaya saudara bebas dari hukuman Allah, asal saudara mau percaya dan menerima Dia sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara. Sudahkah saudara percaya dan menerimaNya?
III) Yesus disalibkan bersama 2 penjahat.
1)  Peristiwa penyaliban Yesus di antara 2 penjahat itu merupakan penggenapan dari Yes 53:12b - “ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak”.
Mark 15:28 - “[Demikian genaplah nas Alkitab yang berbunyi: ‘Ia akan terhitung di antara orang-orang durhaka.’]”.
Mark 15:28 ini terletak dalam tanda kurung tegak, yang menunjukkan bahwa ayat ini diperdebatkan keasliannya. Tetapi Luk 22:37 di bawah ini asli.
Luk 22:37 - “Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi padaKu: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi.’”.
2)  Yesus dibedakan dari 2 penjahat itu.
Sekalipun Yesus disalibkan bersama 2 orang penjahat, tetapi Kitab Suci membedakan Yesus dari kedua penjahat itu.
Bdk. Luk 23:32: “Dan ada juga digiring dua orang lain, yaitu dua penjahat untuk dihukum mati bersama-sama dengan Dia”.
KJV: ‘And there were also two other, malefactors, led with him to be put to death’ (= Dan di sana juga ada dua yang lain, penjahat-penjahat, dibawa untuk dibunuh bersama Dia).
Adam Clarke mengatakan bahwa ada versi Kitab Suci yang membuang tanda koma (,) setelah kata-kata ‘two other’ maupun setelah kata ‘malefactors’ dari versi KJV sehingga bunyinya menjadi: ‘And there were also two other malefactors led with him to be put to death’ (= Dan di sana juga ada 2 penjahat lain yang dibawa untuk dibunuh bersama Dia).
Ini menyebabkan ayat ini seolah-olah menunjukkan bahwa Yesus juga adalah kriminil / penjahat. Ini suatu contoh dimana perubahan / penghapusan tanda koma bisa mengubah arti suatu ayat secara total!
Dalam bahasa Yunani untuk kata ‘other’ (= lain) tersebut digunakan kata Yunani HETEROI, dan untuk kata itu Interlinear Greek-English memberi catatan kaki sebagai berikut:“Luke uses e`teroi here with strict accuracy = ‘different.’ Jesus was not himself a criminal. Note the punctuation of A. V.” [= Lukas menggunakan e`teroi (HETEROI) di sini dengan ketepatan yang ketat = ‘berbeda’. Yesus sendiri bukanlah kriminil. Perhatikan pemberian tanda baca dari A. V.].
Catatan: A. V. = Authorized Version = KJV / King James Version.
Ada 2 kata bahasa Yunani yang berarti ‘yang lain’ (= another), yaitu ALLOS dan HETEROS. Tetapi kedua kata ini ada bedanya.
W. E. Vine dalam bukunya yang berjudul ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’ mengatakan sebagai berikut: “ALLOS ... denotes another of the same sort; HETEROS ... denotes another of a different sort (= ALLOS ... menunjuk pada ‘yang lain dari jenis yang sama’; HETEROS ... menunjuk pada ‘yang lain dari jenis yang berbeda’).

Illustrasi: Di sini ada 1 gelas Aqua. Kalau saya menginginkan 1 gelas Aqua lagi, yang sama dengan yang ada di sini, maka saya akan menggunakan kata ALLOS. Tetapi kalau saya menghendaki minuman yang lain, misalnya Coca Cola, maka saya harus menggunakan kata HETEROS, bukan ALLOS.

Yang digunakan dalam ay 32 ini adalah HETEROI (bentuk jamak dari HETEROS). Jadi ini menunjukkan bahwa kedua orang itu adalah ‘yang lain dari jenis yang berbeda’dengan Yesus. Jadi, sekalipun disalibkan bersama-sama, tetapi Yesus dibedakan dari kedua penjahat itu; dengan kata lain, Yesus bukanlah penjahat.
Bandingkan juga dengan terjemahan-terjemahan bahasa Inggris yang lain, yang juga membedakan Yesus dengan kedua penjahat tersebut.
RSV: ‘Two others also, who were criminals, were led away to be put to death with him’ (= Dua orang lain juga, yang adalah kriminil, dibawa untuk dibunuh bersama Dia).
NIV: ‘Two other men, both criminals, were also led out with him to be executed’ (= Dua orang lain, keduanya kriminil, juga dibawa keluar dengan Dia untuk dihukum mati).
NASB: ‘And two others also, who were criminals, were being led away to be put to death with Him’ (= Dan dua orang lain juga, yang adalah kriminil, dibawa untuk dibunuh bersama Dia).

Bandingkan juga dengan kata-kata dari penjahat yang bertobat pada waktu menegur temannya yang terus menghujat Yesus.
Luk 23:40-41 - “(40) Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: ‘Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? (41) Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi ORANG INI TIDAK BERBUAT SESUATU YANG SALAH.’”.

Ketidak-bersalahan Kristus juga dinyatakan oleh Pontius Pilatus (Luk 23:4  Yoh 18:38  19:4,6) dan kepala tentara Romawi (Luk 23:47).
Jadi, Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus bukan penjahat. Lebih dari itu, Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus sama sekali tidak berdosa (Ibr 4:15  2Kor 5:21). Kalau begitu mengapa Ia harus mati? Jelas bahwa Ia mati untuk menebus dosa-dosa kita / memikul hukuman dosa-dosa kita. Kita yang berhutang, Dia yang membayar. Dan Ia membayar seluruh hutang kita!
3)  Yesus dihukum mati / disalibkan, bukan bersama dengan 2 muridNya, tetapi bersama 2 orang penjahat.
Matthew Henry (tentang Yoh 19:18): “in what company he died: Two others with him. ... Had they taken two of his disciples, and crucified them with him, it had been an honour to him; but, if such as they had been partakers with him in suffering, it would have looked as if they had been undertakers with him in satisfaction. Therefore it was ordered that his fellow-sufferers should be the worst of sinners, that he might bear our reproach, and that the merit might appear to be his only” (= dalam kumpulan apa Ia mati: Dua lainnya dengan Dia. ... Seandainya mereka mengambil dua dari murid-muridNya, dan menyalibkan mereka dengan Dia, itu merupakan suatu kehormatan bagiNya; tetapi, seandainya orang-orang seperti itu ambil bagian dengan Dia dalam penderitaanNya, itu akan dilihat seakan-akan mereka mengerjakan / mengusahakan dengan Dia dalam penebusan. Karena itu diatur supaya rekan-rekan penderitaanNya harus adalah orang-orang berdosa yang terburuk, supaya Ia bisa memikul cela / kesalahan kita, dan supaya bisa terlihat bahwa semua jasa hanya merupakan milikNya saja).

4)  Yesus disalibkan di tengah-tengah kedua penjahat / perampok itu.
Ada penafsir yang beranggapan bahwa sebetulnya salib yang di tengah itu adalah salib untuk Barabas, tetapi Yesus menggantikan dia, dan dia dibebaskan.
Berkenaan dengan posisi di tengah, yang seolah-olah menunjukkan bahwa Yesus adalah yang paling jahat dari semua, perhatikan komentar-komentar di bawah ini.
Calvin: “Meanwhile, we ought to consider the purpose of God, by which Christ was appointed to be crucified, as if he had been the basest of men. The Jews, indeed, rage against him with blinded fury; but as God had appointed him to be a sacrifice to atone for the sins of the world, he permitted him to be placed even below a robber and murderer. That the Son of God was reduced so low none can properly remember without the deepest horror, and displeasure with themselves, and detestation of their own crimes. But hence also arises no ordinary ground of confidence; for Christ was sunk into the depths of ignominy, that he might obtain for us, by his humiliation, an ascent to the heavenly glory: he was reckoned worse than a robber, that he might admit us to the society of the angels of God. If this advantage be justly estimated, it will be more than sufficient to remove the offence of the cross” (= Sementara itu, kita harus memikirkan tujuan Allah, dengan mana Kristus ditetapkan untuk disalibkan, seakan-akan Ia adalah orang yang paling jahat. Memang orang-orang Yahudi marah kepadaNya dengan suatu kemarahan yang buta; tetapi karena Allah telah menetapkan Dia untuk menjadi korban untuk menebus dosa-dosa dunia, Ia mengijinkan Dia untuk ditempatkan bahkan di bawah seorang perampok dan pembunuh. Bahwa Anak Allah direndahkan begitu rendah tidak ada seorangpun yang bisa mengingat dengan benar tanpa kengerian yang terdalam, dan ketidak-senangan dengan diri mereka sendiri, dan kebencian / kejijikan terhadap kejahatan-kejahatan mereka sendiri. Tetapi dari sana juga muncul suatu dasar yang luar biasa bagi keyakinan; karena Kristus ditenggelamkan ke dalam suatu kedalaman yang memalukan, supaya Ia bisa mendapatkan bagi kita, oleh perendahanNya, suatu peninggian / pengangkatan kepada kemuliaan surgawi: Ia dianggap lebih buruk dari seorang perampok, supaya Ia bisa menerima kita pada perhimpunan malaikat-malaikat Allah. Jika manfaat ini dinilai dengan benar, itu lebih dari cukup untuk menyingkirkan sandungan dari salib) - hal 282.
5)  Sebuah komentar tentang 3 buah salib di Golgota tersebut.
Pulpit Commentary: “I. ONE CROSS IS THE SYMBOL OF DIVINE LOVE AND OF HUMAN SALVATION. ... II. A SECOND CROSS IS THE SYMBOL OF IMPENITENCE AND REJECTION OF DIVINE MERCY. ... How possible it is to be close to Christ, in body, in communication, in privilege, and yet, because destitute of faith and love, to be without any benefit from such proximity! ... III. A THIRD CROSS IS THE SYMBOL OF PENITENCE AND OF PARDON. ... It is possible for the vilest to repent. ... Even in the eleventh hour salvation is not to be despaired of” 
       =
I.                   Satu salib adalah simbol dari kasih ilahi dan dari keselamatan manusia.
II.                Salib yang kedua adalah simbol dari sikap tidak bertobat dan penolakan terhadap belas kasihan ilahi. ... Sangat memungkinkan untuk dekat dengan Kristus, dalam tubuh, dalam komunikasi, dalam hak, tetapi karena tidak adanya iman dan kasih, tidak ada keuntungan / manfaat yang didapatkan dari kedekatan tersebut!
III.             Salib yang ketiga adalah simbol dari pertobatan dan dari pengampunan. ... Adalah mungkin bagi orang yang paling busuk / kotor / hina / jahat / bejat untuk bertobat. ... Bahkan pada jam yang kesebelas / pk. 5 sore (pada saat sudah dekat dengan kematian) keselamatan masih bisa diharapkan
Catatan: tentang istilah ‘jam ke 11’, bandingkan dengan Mat 20:1-16, khususnya ay 11nya.
 Penutup / kesimpulan.
 Kristus sudah mengalami kematian yang begitu menyakitkan, terkutuk, rendah / hina dan memalukan, untuk menyediakan satu-satunya jalan keselamatan bagi saudara. Kalau saudara percaya kepadaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara, maka saudara bukan hanya akan diampuni dan diselamatkan / masuk surga, tetapi saudara juga akan menjadi orang-orang yang diberkati, dan saudara akan ditinggikan ke dalam kumpulan malaikat di sorga.

 Maukah saudara percaya kepadaNya? Kalau saudara sudah percaya kepadaNya, maukah saudara memberitakan Injil supaya lebih banyak orang bisa percaya kepada Kristus?


Selasa, 29 Mei 2012

KONTROVERSI BESAR DALAM KITAB KEJADIAN



1.    apa itu:
a.       Gap Teori
b.      Day Teori
c.       Kesalahan masing-masing pandangan
Jawabannya:
a.       Gap Teori yaitu: Mengatakan dari Kejadian pasal 1:1 dan 2, ada jutaan atau miliaran tahun selang waktunya. Sehingga Kejadian ayat 1 itu sudah ada manusia Pra-Adam dan Air bah yang disebabkan oleh Air bah Lusifer. Karena mereka berkata, langit dan bumi di ayat satu itu adalah planet bumi.
Sanggahan kita: pandangan ini salah karena:
1.      Dasarnya sudah salah
2.      Melanggar prinsip bahwa tidak ada manusia Pra-Adam selain Adam 1 Korintus 15:45
3.      Tidak ada kematian dan dosa sebelum Adam Rom 5:12
4.      Menurut teori ini matahari lebih duluan diciptakan (pada hari pertama). Kalau kita baca di ayat 14, matahari diciptakan pada hari ke tiga.
Untuk mendukung argumen mereka, sering memakai ayat Alkitab lain di Yesaya 45:18 yaitu kata tohu artinya kosong, sedangkan di Kejadian 1:2 kosong, kalau begitu Kejadian ayat 1 itu mengacu kepada planet bumi.
Jawaban kita: Tuhan tidak menciptakan langit dan bumi terus menerus kosong. Kalau kita melihat lebih lanjut,  ayat 1 dan 2 itu tidak ada perbedaan ciptaan atau selang waktu karena ia memakai wav conjunctive (dan, ini menyatakan kesetaraan kata atau kalimat sebelumnya) bukan wav konsekutive yaitu (Akan)
b.      Day teori yaitu: mereka berpandangan bahwa Kejadian 1:5 itu, bukan hari secara literal tetapi suatu masa atau zaman yang berbeda. Pandangan ini tidak jauh dari pandangan Gap teori yang meng-akomodir jutaan atau miliaran tahun, hanya saja pandangan Day teori memakai nama yaitu: zaman atau masa.
Sanggahan kita: pandangan ini salah, karena:
1.      Dasarnya salah
2.      Salah menggunakan ayat Alkitab yang terdapat di 2 Pet. 3:8
3.      Kata Yom atau hari disitu bergabung dengan angka maka itu menunjukkan hari bukan masa
4.      Di dalam kitab Keluaran, hari yang dimaksud disitu adalah hari secara literal Kelurang 20:11
5.      Melanggar prinsip penciptaan yaitu tidak ada dosa dan kematian sebelum Adam Roma 5:12
6.      Manusia pertama Adam tidak ada yang lain 1 Korintus 15:45.


2.    Penjelasan bahwa Air bah Nuh dalam kitab Kejadian itu, secara universal  bukan lokal, Karena:
a.       Tujuannya untuk memusnahkan mahkluk di bumi Kej. 6:13
b.      Tuhan menyuruh Nuh membuat Bahtera yang besar dan sulit
c.       Alkitab mengatakan meliputi bumi Kej. 6:17
d.      Dari setiap binatang, 1 pasang harus dibawa ke dalam Bahtera Kej. :19
e.       Kata Air bah yaitu MABBUL, ini adalah kata yang unik untuk air bah
f.       Pecahnya kanopi air di atas dan terbukalah mata air samundra di bawah laut
g.      Adanya hujan 40 hari dan 40 malam, ini mengindikasikan hindrologi pada waktu itu
h.      Ditutupnya gunung-gunung yang tinggi dikolong langit
i.        Air ada 371 di atas bumi
j.        Tuhan berjanji kepada Nuh tidak akan ada lagi air bah yang menghanguskan makhluk.

3.    Penjelasan  yang Alkitabiah  tentang Anak-Anak Allah dalam Kejadian Pasal 6 yaitu:
*      Anak-anak manusia yaitu: Benei Ha-Adam
*      Anak-Anak Allah yaitu: Benei Ha-Elohim
Dari Anak-anak manusia di atas, ada dua pandangan yaitu:
1.      Anak orang benar seperti Set, kawin dengan anak orang jahat seperti Kain. Pandangan ini salah. Kenapa? Karena Benei disitu tidak mengacu kepada anak Kain melainkan mengacu kepada anak umat manusia. Kalau Benei itu mengacu kepada anak Adam, maka dia tidak usah pake Artikel karena Adamnya sudah devinite.
2.      Wanita-wanita raja menikah kepada anak-anak rakyat. Ini juga pandangan yang salah karena pada waktu itu, masih belum ada raja.

-          pandangan yang benar yaitu: bahwa Benei Elohim disitu mengacu kepada:
1.       Malaikat, karena di dalam seluruh ayat-ayat Alkitab contoh dalam Kitab Ayub 1:6; 2:1 dan 38:7 itu mengacu kepada malaikat
2.      Malaikat disitu menggambarkan maskulin bukan mengacu kepada perempuan
3.      Kitab Yudas memberitahukan kita bahwa ada malaikat yang cabul atau melakukan dosa seksual 6-7
4.      Di bumi ada raksasa, ini adalah merekayasa genetik supaya mereka melahirkan anak-anak yang tubuhnya superior
5.      Banyak mitos dari setengah dewa. Ini memberitahukan kita bahwa sudah terjadi di masa lampau kejadian ini seperti Herkules
6.      Adanya motivasi yaitu: ingin menghancurkan janji Allah lewat keturunan perempuan. Kej. 3:15 (Allah berjanji bahwa Ia akan kirim juruselamat).
Timbul pertanyaan: kenapa bukan sama laki-laki janji itu? Karena dari dalam Adamlah semua manusia berada, dia yang mengeluarkan spermanya kepada wanita.

Ayat Kunci Dalam Kitab Kejadian Yang Sering Disalah Tafsirkan Oleh Calvinis Yaitu:
Kej. 50:20 “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar”.
Dari ayat  ini,  sama sekali  tidak ada indikasi bahwa kejahatan kakak-kakak Yusuf adalah atas penentuan Tuhan. Justru ayat ini mengajarkan konsep  yang  kita  bahas  di  bagian  ini,  bahwa  dengan  kemahatahuanNya  dan  kemahakuasaanNya,  Tuhan memperhitungkan dosa sedemikian rupa dalam rencanaNya, agar dosa itu memainkan peran dalam rencana Tuhan.
Untuk mengulangi sekali lagi, kejahatan manusia dan Iblis tidak Tuhan tentukan. Namun, kejahatan mereka Tuhan izinkan, dan Tuhan pakai untuk maksudNya yang baik. Oleh karena itulah dalam Wahyu dikatakan: “Sebab Allah telah menerangi hati  mereka untuk melakukan kehendak-Nya dengan seia sekata dan untuk memberikan pemerintahan mereka kepada binatang itu, sampai segala firman Allah telah digenapi” (Wah. 17:17).
Sebagai kesimpulan, saya dapat mengatakan bahwa Allah yang berdaulat tidaklah perlu menentukan segala sesuatu. Lebih lanjut lagi, karena Allah mahatahu, karena Ia adalah Pencipta, karena Ia mahakuasa, Ia tidak perlu menentukan pilihan-pilihan manusia agar dapat mengendalikan alam semesta ini.

Kamis, 03 Mei 2012

PEMBANTAHAN KOMPROMI


           


      Rasul  Paulus  menasihati  Timotius untuk menghindari “omongan yang kosong  dan  yang  tidak  suci  dan pertentangan-pertentangan  yang  berasal dari apa yang disebut pengetahuan” (1 Tim. 6:20).  Frase  “apa  yang  disebut  pengetahuan”  berasal  dari  bahasa  Yunani pseudonumos gnosis (ψευδώνυμος γνῶσις), atau  bisa  juga  kita  sebut  pseudo-science, “science  falsely  so  called”  (KJV),  sesuatu yang seolah-olah adalah  ilmu pengetahuan sejati,  tetapi yang  sebenarnya bukan.


      Alkitab  mengklaim  dirinya  sebagai kitab yang diinspirasikan oleh Allah sendiri (2 Tim. 3:16), melalui kerja Roh Kudus di dalam  para  penulis manusia  (2 Pet.  1:21). Jadi,  walaupun  manusia  yang  menjadi penulis perantaranya, Allah  adalah penulis sejatinya. Oleh  sebab  itulah Alkitab maha benar,  karena  Allah  sebagai  penulisnya adalah  maha  benar.  Semua  pengajaran Alkitab  selalu benar,  seratus persen,  tanpa kesalahan sedikitpun. “Semua firman Allah adalah murni” (Ams. 30:5), termasuk di dalam hal ilmu pengetahuan. Alkitab memang bukan  buku  yang  ditulis  khusus  untuk berbicara  mengenai  ilmu  pengetahuan, tetapi semua referensi di dalam Alkitab yang berkaitan dengan sains adalah benar. Allah yang menciptakan hukum-hukum  alam  itu sendiri  tidak  akan  berbuat  kesalahan mengenai hukum-hukum  tersebut.

     Oleh sebab  itulah, orang Kristen yang lahir baru tidak mempertentangkan Alkitab dengan  ilmu  pengetahuan.  Ia  sadar  bahwa ilmu  pengetahuan  yang  sejati  tidak  akan pernah  bertentangan  dengan  Alkitab. Seorang Kristen fundamentalis  tidak merasa perlu  memilih:  Alkitab  atau  Sains?  Ia menyambut kedua-duanya! Sains menyelidiki wahyu umum Allah, dunia yang telah Ia ciptakan, sedangkan Alkitab adalah wahyu khusus  Allah.  Keduanya  tidak  mungkin bertentangan pada akhirnya.


           Tetapi  ada  ilmu  pengetahuan  palsu, pseudo-science,  “yaitu  yang  disebut pengetahuan,”  yang  dikecam  oleh  Paulus. Jika  ada  suatu  “ilmu  pengetahuan”  yang bertentangan  dengan  pernyataan  jelas  dari Alkitab,  maka  manusia  yang  berhikmat seharusnya  tahu  yang mana  yang  harus  ia percayai.  Betapa  bodohnya  mereka  yang lebih  beriman  kepada  para  ilmuwan dibandingkan kepada Allah.  Ilmu pengetahuan selalu berubah-ubah. Apa yang benar hari  ini bisa  jadi dinyatakan  salah besok. Apa yang  dianggap  konyol  hari  ini  bisa  jadi diserukan  sebagai  hukum  alam  besok.

       Intinya,  ilmu pengetahuan  tidak pernah akan mencapai  kata  akhir.  Ilmu  pengetahuan selalu  berkembang,  selalu  merevisi  diri, seringkali  menunggangbalikkan  apa  yang dahulu dianggap sangat benar. Sebaliknya, Firman Tuhan  tetap kokoh,  tidak berubah, dan  tetap  terperlihara  sejak  pertama dituliskan  hingga  hari  ini.  Alkitab  belum pernah  dibuktikan  salah  satu  kali  pun. Bodohlah orang yang mau, demi suatu teori sains yang populer hari  ini, mempersalahkan Alkitab, sementara suatu hari nanti sejarah akan membuktikan bahwa Alkitablah yang dari awalnya benar.
       Pseudo-science yang paling populer hari ini adalah teori evolusi. Suatu hari nanti, manusia  akan  menggeleng  kepala  sambil kebingungan mengapa  teori  yang  sebodoh ini bisa dipercaya oleh sekian banyak orang. Mengapa  orang-orang  yang  mengaku  diri pintar mau   percaya  bahwa  di  suatu  waktu  yang lampau  (seberapa lampau  tidak  bisa dipastikan),  oleh suatu  sebab  (yang tidak  diketahui), suatu ledakan  terjadi  (asalnya dari  mana  tidak bisa dijelaskan) di suatu tempat  (tidak  ada  yang tahu  lokasinya), yang menghasilkan alam semesta  yang  sangat  teratur  ini  (melalui mekanisme yang  tidak pernah diketahui atau diobservasi). Lalu dari tatanan benda-benda mati di alam semesta ini, muncul kehidupan di  sebuah  planet  yang  kebetulan  sekali mendukung  kehidupan.  Bagaimana  bisa muncul  kehidupan  dari  benda mati  belum pernah bisa dijawab oleh para ahli evolusi, tetapi  kita  disuruh  untuk  jangan  terlalu mempermasalahkan  detil kecil ini, melainkan  untuk  beriman  bahwa  melalui milyaran  tahun, makhluk bersel  satu dapat berevolusi  dengan  sendirinya  menjadi manusia,  walaupun  selama  pengamatan manusia  tidak pernah ada satu  jenis makhluk hidup-pun yang dapat berubah menjadi  jenis lain. Belum pernah ada kodok yang berubah menjadi burung, atau kambing yang menjadi ikan paus. Anak kecil yang berani berkata bahwa seekor kodok yang dia lihat kemarin telah  berubah  menjadi  adiknya,  akan dijewer  keras-keras  oleh  orang  tuanya sebagai  seorang  pembohong  dan  seorang pengejek  yang  kurang  ajar  yang  terlalu banyak  membaca  dongeng.  Tetapi,  ketika seorang  dewasa  yang  bermodalkan  gelar doktor mengatakan bahwa kodok yang sama dalam  waktu  satu  milyar  tahun  menjadi manusia,  ia  dianggap  sangat  pintar  dan terpelajar! Hah! Dan para evolusionis berani menuduh  orang-orang  Kristen  sebagai orang-orang yang beriman buta! Diperlukan lebih  banyak  iman  (dan  yang  buta)  untuk percaya  evolusi  dibandingkan  percaya bahwa  ada  pribadi Allah  yang mahakuasa yang menciptakan  segala  sesuatu.
            Namun, manusia  yang  telah menolak Allah,  harus  memiliki  sesuatu  untuk menenangkan hati nurani mereka yang terus menggedor-gedor dan mengingatkan bahwa mereka  harus  memberi  pertanggungan jawab  terhadap  sang  Pencipta.  Evolusi menjadi  jalan keluar yang praktis. Evolusi menjadi  penenang  hati  nuraninya.  Oleh sebab itulah, walaupun evolusi sama sekali tidak memiliki dasar  ilmu pengetahuan yang sejati,  ia dengan  cepat  menjadi populer.  Manusia  yang berdosa  tidak  dapat  sabar untuk   “memutuskan belenggu-belenggu”  dan “membuang tali-tali” (Maz. 2:2)  yang  akan terpasang pada diri mereka jika  mereka  mengakui eksistensi  Pencipta.  Di dunia yang bobrok, evolusi  menjadi “kebenaran  ilmiah,”  dan menentang evolusi berarti mendeklarasikan diri anda Remaja GRAPHE memperlihatkan karya mereka sebagai  seorang  yang  “bodoh,”  “tidak terpelajar”  dan  “seorang  fundamentalis fanatik yang  tidak  tahu apa-apa.”
         Karena  sedemikian  kuatnya  tekanan dunia  agar  seorang  yang  “terpelajar” mengakui  teori  evolusi,  tidak  heran  ada banyak  orang  Kristen  yang  menyerah terhadap  tekanan  ini,  dan  mencari  jalan kompromi  dengan  evolusi. Mereka  masih mau mempertahankan Alkitab,  tetapi  juga mau menerima evolusi. Dengan segala daya upaya, mereka mencoba mencari “evolusi” di  dalam Alkitab. Tetapi  usaha mereka ini sebenarnya  sia-sia.  Alkitab  sangatlah bertolak belakang dari evolusi. Tidak semua kompromi  bersifat  buruk. Ada  banyak  hal dalam  kehidupan  yang  memerlukan kompromi, apakah itu dalam negosiasi antar pribadi,  hubungan  kerja,  dan  lain-lain. Tetapi satu hal pasti, bahwa kebenaran tidak pernah boleh dikompromikan.
           Kompromi  antara Alkitab  dan  evolusi mirip dengan kisah seorang pengecut yang terjebak  saat  perang  saudara  Amerika  di abad 19. Kelompok Union di utara menentang perbudakan, sedangkan Konfederasi di selatan mau mempertahankannya. Alkisah si pengecut  tidak  tahu  mau  memihak  yang mana.  Akhirnya,  dia  memutuskan  untuk memakai   baju  Union  dan  celana Konfederasi.  Dia  pikir  dengan  demikian dia  akan  aman.  Tetapi  yang  terjadi sebaliknya,  prajurit  Union  menembak celananya, dan prajurit Konfed menembak bajunya! Kompromi  atas kebenaran  tidak akan  pernah  menyenangkan  pihak manapun.  Para  penolak Allah  tidak  akan pernah  puas  dengan  Alkitab,  walau dikompromikan  sekalipun.  Sedangkan kompromi-kompromi ini justru bertentangan dengan pengajaran tegas dari Alkitab.  Berikut  akan  dibahas  beberapa kompromi  yang  paling  populer  antara Alkitab dan evolusi.


A. Theistic Evolution

       Theistic Evolution sebenarnya adalah suatu  istilah  yang  cukup  lebar.  Pada intinya,  theistic  evolution  mengatakan bahwa  Alkitab  benar  bahwa  Allah menciptakan alam semesta ini, dan bahwa evolusi  juga  benar-benar  terjadi.  Jadi, kesimpulan  mereka  adalah: Allah menciptakan melalui  proses  evolusi. Ada berbagai  variasi  dalam  theistic  evolution mengenai   seberapa  banyak  Tuhan mengontrol  proses  evolusi  yang  terjadi, tetapi  intinya  adalah  bahwa  Allah menggunakan evolusi untuk menciptakan.

Sebagaimana  telah  disinggung, kompromi  ini  sama  sekali  tidak  akan diterima  oleh  kaum  atheis  yang memang dari awal menciptakan teori evolusi untuk menghilangkan  kebutuhan  akan  Allah. Mereka tidak akan menerima seorang yang percaya  theistic  evolution  sebagai  terpelajar, mereka  akan  tetap menganggapnya bodoh karena  tetap “memerlukan Allah.”
      Di sisi lain, theistic evolution tidaklah kompatibel  dengan  pengajaran  Alkitab. Permasalahannya,  Alkitab  bukan  hanya mengatakan  bahwa  Allah  menciptakan alam semesta ini, Alkitab juga menspesifikasikan  bagaimana  Allah  menciptakan alam  semesta  ini.  Tentu  Allah  tidak menjelaskan secara mendetil sekali, tetapi informasi  yang  diberikan  cukup  untuk memberitahu manusia  garis  besar  proses penciptaan,  dan  sama  sekali  tidak berhubungan dengan “evolusi.”
Pertama, Alkitab mengajarkan bahwa Allah  menciptakan  alam  semesta  dalam enam hari (Kejadian 1), dan bukan melalui suatu  ledakan.  Ini  bertentangan  dengan evolusi. Lalu, Alkitab menegaskan bahwa Allah  menciptakan  tiap-tiap  jenis tumbuhan (Kej. 1:11-12) dan  tiap-tiap  jenis binatang  (Kej. 1:20-22), bukan menciptakan makhluk bersel satu lalu membiarkan makhluk itu berevolusi. Yang paling jelas, Alkitab  mengajarkan  bahwa  Allah menciptakan  manusia  secara  spesial  dari debu tanah (Kej. 2:7), bukan dari makhluk  “yang  lebih  rendah”  sebagaimana diajarkan evolusi.
         Intinya,  tidak  ada  seorang  pun  yang dapat  memperlihatkan  bahwa  Alkitab mengajarkan  atau  mendukung  evolusi, kecuali  mereka  mau  berkata  bahwa Kejadian pasal 1 dan 2 (dan banyak perikop lain) sama sekali  tidak akurat, dan hanyalah suatu mitos yang harus ditafsirkan  secara alegoris. Tentu ini adalah pendekatan yang sangat  berbahaya,  sebagaimana  sudah artikel pertama  jelaskan. Masih banyak  lagi pertentangan antara Alkitab dengan  theistic evolution,  tetapi  karena  mengena  juga kepada  bentuk-bentuk  kompromi selanjutnya, akan dibahas di  sana.


B.Gap-Theory/Ruin-Reconstruction Theory

       Ada  orang  Kristen  yang  menolak sebagian  teori  evolusi,  yaitu  bagian  yang berkata  bahwa  manusia  berasal  dari binatang,  tetapi  menerima  bagian  dari evolusi  lainnya,  yaitu  bahwa  bumi  kita sudah  berumur  milyaran  tahun.  Oleh karena  itu,  mereka  merasa  perlu  untuk mencari  milyaran  tahun  itu  di  dalam Alkitab.  Tentu  saja  mereka  tidak  akan mendapatkannya,  oleh  karena  itu mereka menciptakannya. Masuklah gap  theory.

Gap theory,  yang  dipopulerkan  oleh Thomas  Chalmers  (1814)  dan  lalu  oleh Scofield  Reference  Bible,  merasa  dapat menemukan  jutaan  dan  milyaran  tahun yang  dituntut  oleh  teori  populer  evolusi dengan  cara  menyisipkannya  di  antara Kejadian 1:1 dan 1:2. Kedua ayat tersebut berbunyi:  “Pada  mulanya Allah  menciptakan  langit dan bumi. Bumi belum berbentuk  dan  kosong;  gelap  gulita  menutupi samudera  raya, dan Roh Allah melayang-layang  di  atas  permukaan  air.”  Menurut para pendukung gap  theory, ada  jutaan atau milyaran  tahun  yang  tidak  diceritakan antara  ayat  satu  dan  dua.  Jadi  menurut mereka: “Pada mulanya Allah menciptakan langit  dan  bumi.  [Lalu  ada masa  sisipan yang  tidak diceritakan selama  jutaan  tahun] Lalu  bumi  menjadi  tak  berbentuk  dan kosong  [atau kacau dan balau].”
         Menurut  gap  theory,  dalam  jutaan tahun  yang  terlupakan  itu,  Allah  sudah menciptakan  manusia  sebelum  Adam (sering  disebut  pre-Adamic  race)  dan berbagai   jenis  binatang,   termasuk dinosaurus yang lalu punah. Umat manusia sebelum  Adam  ini  lalu  memberontak melawan Tuhan, dan pada masa ini jugalah Lucifer  memberontak  melawan  Tuhan. Akhirnya  seluruh  dunia  dimusnahkan dalam suatu air bah global, yang disebut Air Bah Lucifer (kontras dengan Air Bah Nuh belakangan). Air Bah sebelum Adam inilah yang dikatakan menghasilkan segala jenis fosil dan  fenomena sedimentasi yang kita temui hari ini. Air Bah pra-Adam ini pula yang  ditenggarai  menyebabkan  bumi  itu “kacau dan balau” di Kejadian 1:2. Lalu, Kejadian pasal 1 ditafsirkan  sebagai tindakan  Allah  melakukan  rekonstruksi bumi yang baru saja Ia hancurkan melalui  Air Bah pra-Adam  tersebut.
         Jelas  sekali  bahwa  para  evolusionis tidak  akan  terpesona  oleh  kompromi  ini. Mereka  tetap  tidak  akan  percaya  tentang adanya  Lucifer,  atau Air-Bah  pra-Adam, atau bahkan eksistensi Allah sendiri. Usaha gap theory untuk menemukan jutaan tahun dalam  halaman-halaman  Kitab  Suci memang memperlihatkan kreativitas yang amat besar,  tetapi  sebenarnya  berbahaya dan  sama  sekali  tidak  diperlukan.  Jika evolusi  itu  benar, maka  gap  theory  sama sekali  tidak  akan  memuaskan  untuk menjelaskan,  dan  jika  evolusi  itu  salah, sama sekali  tidak diperlukan  jutaan  tahun dalam Alkitab.  Sebagai  suatu  kompromi, gap  theory  justru  merugikan  dan menyerang pihak yang benar, yaitu Alkitab
sendiri.

          Para pendukung gap theory berimajinasi bahwa mereka telah mempertahankan  kredibilitas  ilmiah Alkitab.  Sebenarnya,  usaha mereka  adalah  seumpama membuang mutiara kepada babi. Babi tidak akan menghargainya, dan  sebaliknya mutiara  tersebut bisa tergores. Gap theory bertentangan  dengan  Alkitab  dan mempercayai gap  theory berarti tidak mempercayai Alkitab.
Pertama, Alkitab menyatakan bahwa Adam adalah manusia  pertama,  bukan  suatu ras pra-Adam yang tak bernama dan tak pernah Tuhan singgung. “Seperti  ada  tertulis:  Manusia pertama,  Adam  menjadi  makhluk  yang hidup”  (1 Kor.  15:45).  Entah  gap  theory benar, atau Rasul Paulus yang benar, tetapi tidak  kedua-duanya.  Berikutnya,  gap theory  mengajarkan  adanya  kematian, bahkan  banyak  sekali  kematian  berupa semua fosil yang ditemukan hari  ini,  jauh sebelum  Adam.  Sekali  lagi,  Alkitab mengajarkan  bahwa  kematian  masuk  ke dalam  dunia  melalui  Adam.  “Sebab  itu, sama  seperti  dosa  telah masuk  ke  dalam dunia  oleh  satu  orang,  dan  oleh  dosa  itu juga maut . . . Sungguhpun demikian maut telah  berkuasa  dari  zaman Adam  sampai kepada zaman Musa .. .” (Roma 5:12, 14).
Jadi, jelas bahwa Paulus diilhamkan Allah untuk menulis  bahwa  tidak  ada  kematian sebelum  Adam,  kontra  gap  theory. Pemahaman  Paulus  ini  cocok  dengan pandangan Allah sendiri, yang pada akhir dari  hari  keenam  penciptaan,  mengumumkan  bahwa  segala  ciptaanNya itu “sungguh  amat  baik”  (Kej.  1:31). “Sungguh  amat  baik”  tentunya  tidak memungkinkan  adanya  kematian,  pemberontakan,  dosa,  dan Air  Bah  yang menghancurkan dunia!
        Selain  bertentangan  dengan  pernyataan  yang tegas dari Alkitab sendiri, gap theory juga tidak memiliki dasar eksegesis sama  sekali  dalam  Kejadian  pasal  1. Peralihan dari ayat satu ke ayat dua dalam Kejadian  1,  bukanlah  peralihan  yang mengindikasikan  peristiwa  selanjutnya. Dalam  bahasa  Ibrani,  ada  dua  jenis konjungsi, yaitu konjungsi konsekutif, dan konjungsi disjungtif. Konjungsi konsekutif menyatakan  urut-urutan  peristiwa, misal: Andi  naik  ke  mobil  dan  dia  pergi  ke sekolah dan dia pulang dengan mobil yang sama. Perhatikan bahwa kata “dan” bersifat konsekutif,  mengindikasikan  urutan peristiwa berdasarkan sekuensi waktu. Ada juga  penggunaan  “dan”  yang  bersifat disjungtif, misal: Andi naik ke mobil dan mobil  itu  berwarna  merah.  Penggunaan kata  “dan”  dalam  contoh  kedua  ini  sama sekali  TIDAK  mengindikasikan sesuatu yang  terjadi berikutnya. Beralih dari ayat satu ke ayat dua dalam Kejadian 1, ada kata “dan” dalam bahasa asli, yaitu kata waw. Tanpa perlu menjelaskan grammar  Ibrani secara  panjang  lebar  dalam  artikel  ini, dapat dipastikan kepada pembaca sekalian bahwa ayat satu dihubungkan dengan ayat dua  bukan  oleh  waw  consecutive  (yang mengindikasikan  peristiwa  berikutnya), melainkan  oleh  waw  disjunctive  (atau conjunctive).  Ini  berarti,  bahwa  ayat  dua bukan  menggambarkan  kondisi  bumi berikutnya,  atau  setelah  milyaran  tahun, tetapi  menggambarkan  bumi  yang  sama dengan yang di ayat  satu.


C. Day-Age Theory

         Kompromi berikutnya ini juga sering muncul di kalangan orang-orang yang  tetap yakin Allah menciptakan,  tetapi  tertekan oleh  tuntutan  “jutaan  tahun”  yang dibebankan  oleh  evolusi.  Semestinya orang-orang ini memiliki keberanian untuk “lebih  suka  menderita  sengsara  dengan umat  Allah”  (Ibr.  11:25)  dan  menerima ejekan dan cemoohan kaum atheis daripada berkompromi.  Namun  sebagian  orang berusaha merekonsiliasi Kejadian pasal 1 dengan evolusi dengan mengatakan bahwa hari-hari penciptaan bukanlah hari  secara literal,  tetapi  merupakan  suatu  jangka waktu  yang  sangat  panjang,  jutaan  tahun bahkan. Untuk menopang  teori  ini,  yang sering  disebut  day-age  theory,  mereka bahkan mengutip ayat, “di hadapan Tuhan satu  hari  sama  seperti  seribu  tahun  dan seribu tahun sama seperti satu hari” (2 Pet. 3:8,  yang  juga  mengutip  Maz.  90:4). Permasalahan dengan ayat-ayat ini adalah bahwa  mereka  bukan  sedang  berbicara mengenai  penciptaan  (melainkan  konsep bahwa Tuhan ada di  luar waktu), dan  juga  bahwa seribu tahun bukanlah satu juta atau satu milyar  tahun.

       Pendukung  teori  ini  mengajak  orang Kristen  untuk  tidak menafsirkan Kejadian secara  terlalu  literal.  Hari-hari  Penciptaan itu  bisa  saja  suatu  kiasan,  suatu  lambang, suatu metafora. Tetapi permasalahan dengan pendekatan ini adalah si penafsir tidak tahu harus berhenti di mana. Sampai di manakah kiasan  ini  berakhir  dan  fakta-fakta  riil muncul  dalam  Alkitab?  Apakah  kisah penciptaan  Adam  juga  suatu  metafora? Apakah kejatuhan dalam dosa  juga hanyalah suatu  alat  peraga  tetapi  tidak  benar-benar terjadi?  Bukankah  konsep  adanya  pohon kehidupan  dan  ular  yang  berbicara  sangat menyengat bagi ilmuwan-ilmuwan terpelajar? Bagaimana  dengan Kain  dan Habel?  Apakah  hanya  suatu  mitos  yang hanya  dicatat  untuk  ditarik  pelajaran rohaninya?
           Orang-orang  yang  berkompromi dengan evolusi tidak sadar bahwa tindakan kompromi mereka menyerang  Injil Kristus secara dahsyat. Jika Penciptaan tidak benar-benar  terjadi  sebagaimana  tertulis  dalam Kejadian 1 dan 2, melainkan hanyalah suatu perumpamaan,  atau  mitos,  atau  allegori. Maka Adam  dan  Hawa  juga  belum  tentu benar-benar  ada.  Bisa  jadi  mereka  adalah personifikasi  dari  seluruh  manusia,  dan kisah  kejatuhan  dalam  dosa  hanyalah refleksi dari apa yang terjadi kepada setiap orang! Dan jika Adam pertama tidak benar-benar  ada,  maka  terbuka  kemungkinan bahwa  Adam  kedua  (Yesus  Kristus), hanyalah  suatu  ilustrasi  juga.  Dan  jika kejatuhan  dalam  dosa  tidaklah  historis, tetapi  hanyalah  suatu  pengajaran  rohani, jangan-jangan  penyelamatan  dari  dosa  di atas kayu salib  juga  tidaklah historis! Betapa berbahayanya!
      Yang  jelas,  jika  seseorang  membaca Alkitab apa adanya, tanpa dipengaruhi oleh evolusi  atau  didorong  oleh  semangat kompromi,  ia  tidak akan menemukan day-age  theory dalam kitab Kejadian. Memang benar,  bahwa  kata  “hari”  (yom)  dalam bahasa  Ibrani  bisa mengacu  kepada  suatu jangka waktu yang lebih dari 24 jam, tetapi setiap  kali  kata  “hari”  dikaitkan  dengan angka dalam Alkitab, maka yang dimaksud adalah  hari  yang  literal.  Jadi,  istilah  hari pertama, kedua, ketiga, hingga keenam dan ketujuh, memberitahu bahwa hari-hari yang dimaksud  adalah  literal. Lebih  lanjut  lagi, hari-hari ini terdiri dari petang dan pagi, jadi haruslah hari yang  literal. Tetapi yang paling jelas  adalah  pernyataan  Alkitab  sendiri: “Sebab  enam  hari  lamanya  TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya”  (Kel.  20:11).  Alkitab  mengatakan “enam hari” bukan enam masa, atau enam periode, atau enam  lainnya,  tetapi enam hari. Bahkan  ini  dijadikan  pola  bekerja  untuk manusia.  Tentunya  tidak  ada  yang  mau bekerja  untuk  enam  juta  tahun  untuk beristirahat di  satu  juta  tahun ketujuh!
Sekali  lagi,  kompromi  tidak  akan memuaskan  pihak  evolusi.  Mereka  tetap tidak  akan  menerima  Alkitab.  Akan  sulit bagi seorang yang berpegang pada day age theory,  untuk  mencoba  menerangkan bagaimana caranya  tumbuhan  (hari ketiga) bisa muncul jutaan tahun sebelum matahari (hari keempat).  Jadi, daripada berkompromi, baiklah  orang  percaya  dengan  berani memegang Alkitab dan percaya kepada apa yang Allah nyatakan. Amin. ***