I) Nubuat tentang kelahiran
Yesus (ay 5a).
1) Ay 5a ini jelas
merupakan nubuat tentang kelahiran Yesus.
Tetapi ada yang aneh dengan nubuat
ini, yaitu dalam Kitab Suci Indonesia itu ditunjukkan dalam waktu lampau (ay 5:
‘telah lahir’ ... ‘telah diberikan’).
Tetapi Kitab Suci bahasa Inggris ada
yang memberikannya dalam bentuk present tense (waktu
sekarang), dan ada bahkan yang dalam future tense (waktu yang
akan datang).
KJV/RSV/NIV: ‘is born ... is
given’.
NASB: ‘will be born ... will
be given’.
Sebetulnya yang benar justru adalah
Kitab Suci Indonesia, karena dalam bahasa Ibraninya memang digunakan bentuk
lampau.
E. J. Young: “He speaks of the birth as though it had already occurred, even though
from his standpoint it was yet to take place in the future” (= Ia berbicara tentang kelahiran itu
seakan-akan itu telah terjadi, sekalipun dari sudut pandangnya itu masih akan
terjadi di masa yang akan datang) - hal 329.
Mengapa dalam bentuk lampau? Ada 2
kemungkinan jawaban:
a) Sekalipun ini adalah
nubuat, tetapi digunakan bentuk lampau, seakan-akan hal itu sudah terjadi,
untuk menunjukkan kepastian terjadinya nubuat itu.
b) Barnes’ Notes: “Not that he was born when the prophet spake.
But in prophetic vision, as the events of the future passed before his mind, he
saw that promised son, and the eye was fixed intently on him” (= Bukan bahwa ia telah dilahirkan pada
waktu sang nabi berbicara. Tetapi dalam penglihatan yang bersifat nubuat, pada
waktu peristiwa-peristiwa dari masa yang akan datang lewat di depan pikirannya,
ia melihat anak yang dijanjikan itu, dan matanya diarahkan dengan
sungguh-sungguh kepadanya) - hal 191.
Jadi, Yesaya menuliskannya dalam
bentuk lampau, karena ia sudah melihat Anak itu dalam penglihatan yang
diberikan kepadanya.
2) ‘seorang putera telah diberikan untuk
kita’ (ay 5).
Menyoroti kata ‘telah diberikan‘ ini
Barnes’ Notes memberi komentar sebagai berikut:
“The
Messiah was pre-eminently the gift of the God of love. Man had no claim on him,
and God voluntarily gave his Son to be a sacrifice for the sins of the world” (=
Mesias merupakan pemberian dari Allah yang adalah kasih. Manusia tidak mempunyai
hak atasNya, dan Allah dengan sukarela memberikan AnakNya untuk menjadi korban
untuk dosa-dosa dunia) - hal
191.
Bdk. Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepadaNya tidak binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal”.
II) Nama Kristus.
Ay 5b: ‘namanya disebutkan orang’.
Ini tak berarti bahwa Kristus betul-betul dipanggil dengan nama ini. Artinya:
Kristus layak mendapatkan sebutan-sebutan / nama-nama ini karena ini memang
menunjukkan diri dan karak-terNya.
Sekarang mari kita membahas
nama-nama dalam ay 5b ini.
1) ‘Penasihat Ajaib’.
Ada 2 macam terjemahan.
RSV/NIV/NASB: ‘Wonderful
Counsellor’ (= Penasihat Ajaib).
KJV: ‘Wonderful, Counsellor’ (=
Ajaib, Penasihat).
a) Ada yang menyatukan
kedua istilah ini menjadi satu nama (seperti KS Indonesia, RSV, NIV, NASB)
Yang menyatukan kedua istilah ini
menganggap bahwa nama ini sesuai dengan Yes 28:29 (NIV): ‘wonderful in
counsel’ / ‘ajaib dalam nasehat’ (KS Indonesia menterjemahkan ‘ajaib
dalam keputusan’). Dalam Yes 28:29 itu hal itu ditujukan kepada
YAHWEH. Dengan demikian pada waktu dalam ay 5b ini nama ini diberikan kepada
Kristus, ini menunjukkan keilahian Kristus.
b) Tetapi ada yang
memisahkan kedua istilah ini menjadi 2 nama (seperti KJV).
Kebanyakan buku-buku tafsiran yang
saya pakai menganggap bahwa 2 istilah ini harus dipisah. J. A. Alexander
menyatakan bahwa kata ‘wonderful’ / ‘ajaib’ (kata sifat)
secara hurufiah terjemahannya adalah‘wonder’ / ‘keajaiban’ (kata
benda), dan karenanya memang lebih cocok kalau diterjemahkan sebagai 2 nama.
· ajaib
/ keajaiban.
Charles Haddon Spurgeon: “Beloved, there are a thousand things in this world, that are called by
names that do not belong to them, but in entering upon my text, I must announce
at the very opening, that Christ is called Wonderful, because he is so. God the
Father never gave his Son a name which he did not deserve” (= Saudara yang kekasih, ada 100 hal di
dunia ini, yang disebut dengan nama yang tidak semestinya, tetapi pada waktu
memasuki text saya, saya harus mengumumkan pada pembukaannya, bahwa Kristus
disebut Ajaib, karena Ia memang begitu. Allah Bapa tidak pernah memberi AnakNya
nama yang tidak layak Ia dapatkan) - ‘A Treasury of
Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol II, ‘The Messiah’, hal 108.
Mesias memang ajaib dalam
keberadaanNya sebagai Allah dan manusia dalam 1 pribadi, dalam ajaranNya yang
mengherankan banyak orang (bdk. Mat 7:28), dalam tindakanNya, dalam
kelahiranNya dari perawan, kematianNya, kebangkitanNya dan kenaikanNya ke
surga, dll.
Juga kasih karunia Allah yang
menebus dosa kita dan menyelamatkan kita melalui kedatangan dan penebusan
Kristus, lebih ajaib dari mujijat apapun.
Ada yang membandingkan nama ini
dengan Hak 13:18 dimana Malaikat TUHAN menjawab Manoah (ayah Simson) yang menanyakan
namaNya dengan jawaban: ‘Mengapa
engkau juga menanyakan namaKu? Bukankah nama itu ajaib?’. Jawaban
ini jelas menunjukkan keilahian dari Malaikat TUHAN itu. Jadi dalam Yes 9:5 ini
nama itu juga menunjukkan keilahian Kristus.
· ‘Counsellor’ (=
Penasihat).
Bdk. Yes 11:2 yang menubuatkan bahwa
pada Kristus ada ‘roh hikmat’. Kristus memang memberi kita hikmat sehingga kita
menjadi bijaksana (bdk. Amsal 8:12-30 1Kor 1:24,30). Ia menasehati kita dari
dalam melalui Roh Kudus, dan Ia juga menasehati kita dari luar melalui
hamba-hambaNya / para pemberita Firman Tuhan.
Tentang nama ‘Counsellor’ (=
Penasihat) ini Charles Haddon Spurgeon memberikan komentar sebagai berikut:
“It was by
a Counsellor that this world was ruined. Did not Satan mask himself in the
serpent, and counsel the woman with exceeding craftiness, that she should take
unto herself of the fruit of the tree of knowledge of good and evil, in the
hope that thereby she should be as God? Was it not that evil counsel which
provoked our mother to rebel against her Maker, and did it not as the effect of
sin, bring death into this world with all its train of woe? Ah! beloved, it was
meet that the world should have a Counsellor to restore it, if it had a
Counsellor to destroy it. It was by counsel that it fell, and certainly,
without counsel it never could have arisen. But mark the difficulties that
surrounded such a Counsellor. ‘Tis easy to counsel mischief; but how hard to
counsel wisely! To cast down is easy, but to build up how hard!” (=
Adalah karena seorang penasihat dunia ini dihancurkan / dirusakkan. Bukankah
Setan menyembunyikan dirinya dalam ular, dan menasehati si perempuan dengan
kelicikan yang hebat, sehingga ia mengambil bagi dirinya buah dari pohon
pengetahuan baik dan jahat, dengan harapan bahwa dengan itu ia akan menjadi
seperti Allah? Bukankah nasehat jahat itu yang menyebabkan ibu kita memberontak
terhadap Penciptanya, dan tidakkah itu sebagai akibat dosa membawa kematian ke
dalam dunia ini dengan semua rentetan kesengsaraan / kutuk? Ah, saudara yang
kekasih, adalah cocok bahwa dunia ini mempunyai seorang Penasihat untuk
memulihkan-nya, jika dunia ini mempunyai seorang Penasihat untuk
menghancur-kannya. Adalah karena suatu nasehat dunia ini jatuh, dan pastilah
tanpa nasehat dunia ini tak bisa dibangkitkan. Tetapi perhatikan kesukaran yang
meliputi Penasihat itu. Adalah mudah untuk memberi nasehat yang jahat; tetapi
alangkah sukarnya memberikan nasehat yang bijaksana! Menghancurkan itu mudah,
tetapi alangkah sukarnya membangun) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life
and Work of our Lord’, vol II, ‘The Messiah’, hal 115.
2) ‘Allah yang perkasa’
(Ibrani: EL GIBOR).
Dalam Yes 10:21 istilah yang persis
sama (EL GIBOR) digunakan untuk Allah. Jadi bahwa di sini istilah / nama ini
diberikan kepada Kristus, menunjukkan bahwa Ia adalah Allah.
E. J. Young: “Whereas the word ELOHIM in the Old Testament may some-times apply to
beings lesser than God, such is not the case with EL. This desig-nation is
reserved for the true God and for Him alone” (= Kalau kata ELOHIM dalam Perjanjian Lama kadang-kadang bisa
digunakan terhadap makhluk yang lebih rendah dari Allah, tidak demikian halnya
dengan EL. Nama ini disediakan untuk Allah yang benar dan hanya untuk Dia
saja).
Pulpit Commentary: “What the Messiah was to do, could be done by none less than God.
He was to redeem mankind; he was to vanquish death and sin; he was to triumph
over Satan; he was to be a meritorious Sacrifice. ‘God with us’ had already
been declared to be one of his names (ch 7:14). Now he is announced as ‘God the
Mighty One’” [= Apa
yang harus dilakukan oleh Mesias, tidak bisa dilakukan oleh siapapun yang lebih
rendah dari Allah. Ia harus menebus umat manusia; Ia harus mengalahkan kematian
dan dosa; Ia harus menang atas Setan; Ia harus menjadi Korban yang bermanfaat.
‘Allah bersama / dengan kita’ telah dinyatakan sebagai salah satu dari
nama-namaNya (pasal 7:14). Sekarang Ia diumumkan sebagai ‘Allah yang perkasa’] -
hal 170.
3) ‘Bapa yang kekal’.
KJV/RSV/NIV: ‘everlasting
Father’ (= Bapa yang kekal).
NASB: ‘eternal Father’ (=
Bapa yang kekal).
a) Sebutan ‘Bapa’ bagi
Kristus ini membingungkan, sehingga menimbulkan ajaran sesat.
Pulpit Commentary: “He is the Son, and yet it can be said of him that he is the
‘Everlasting Father.’ This last assertion seems to be the most astonishing of
them all. ‘The Son is the Father.’”(= Ia adalah Anak, tetapi bisa dikatakan tentang Dia bahwa Ia adalah
‘Bapa yang kekal’. Pernyataan terakhir ini kelihatannya merupakan yang paling
mengherankan dari semua. ‘Anak adalah Bapa’) - hal 181.
Tafsiran ini jelas berbau ajaran
Sabelianisme, yang merupakan ajaran sesat tentang Allah Tritunggal, karena
ajaran ini mempercayai bahwa Allah Tritunggal bukan terdiri dari 3 pribadi
tetapi 3 perwujudan. Jadi mereka beranggapan bahwa yang berinkarnasi menjadfi
manusia adalah Allah Bapa sendiri!
b) Dalam hubunganNya
dengan pribadi-pribadi lain dalam Tritunggal, Kristus jelas tidak bisa disebut
‘Bapa’.
Charles Haddon Spurgeon: “the Messiah is not here called ‘Father,’ by way of any confusion with
him who is pre-eminently called ‘THE FATHER.’ Our Lord’s proper name, so far as
Godhead is concerned, is not the Father, but the Son. Let us beware of
confusion. The Son is not the Father, neither is the Father the Son; and though
they be one God, essentially and eternally, being for evermore one and
indivisible, yet still the distinction of persons is to be carefully believed
and observed” (= Mesias
di sini tidak disebut ‘Bapa’ untuk mengacaukan dengan Dia yang disebut ‘Bapa’.
Nama yang benar dari Tuhan kita, berkenaan dengan keilahian, bukanlah Bapa,
tetapi Anak. Biarlah kita berhati-hati terhadap kekacauan. Anak bukanlah Bapa,
dan Bapa bukanlah Anak; dan sekalipun mereka adalah satu Allah, secara hakiki
dan kekal, karena selama-lamanya adalah satu dan tak terbagi-bagi, tetapi
perbedaan pribadi harus tetap dipercaya dan diperhatikan) - ‘A
Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol II, ‘The Messiah’,
hal 132.
Barnes’ Notes: “The term ‘Father’ is not applied to the Messiah here with any reference
to the distinction in the Divine nature; for that word is uniformly, in the
Scriptures, applied to the first, not to the second person of the Trinity” (= Istilah ‘Bapa’ di sini tidak
diterapkan kepada Mesias berhubungan dengan perbedaan dalam hakekat ilahi;
karena dalam Kitab Suci kata itu secara seragam diterapkan kepada pribadi
pertama, bukan kepada pribadi kedua dari Tritunggal) - hal 193.
c) Dalam hubunganNya
dengan orang percaya, bisakah Kristus disebut Bapa?
E. J. Young menafsirkan bahwa nama
ini berarti bahwa Kristus itu adalah Bapa secara kekal. Dan Ia bertindak
seperti seorang Bapa.
Tetapi bukankah Kitab Suci tidak
pernah menyebut Kristus sebagai ‘Bapa’? Ia disebut ‘saudara kita’ (Ro 8:29 Mat
12:50 Mat 25:40 Ibr 2:11-12 bdk. Yoh 20:17).
Tetapi dalam Mat 9:2,22 Wah 21:7
Yesus menyebut ‘anakKu’ (tetapi, Wah 21:7 ini tentang Allah Bapa atau tentang
Kristus?).
Saya sendiri tetap mempunyai
kecondongan bahwa dalam hubunganNya dengan orang percayapun Kristus tidak cocok
disebut ‘Bapa’.
d) Apa arti istilah
‘Bapa yang kekal’ ini?
Barnes’ Notes: “Literally, it is the Father of eternity” (= Secara hurufiah, ini adalah Bapa
dari kekekalan) - hal 193.
· Kata
‘Bapa’ oleh Pulpit Commentary diartikan ‘Protector’ (=
pelindung), seperti dalam Ayub 29:16 Ayub disebut sebagai ‘bapa bagi orang
miskin’, dan dalam Yes 22:21 Elyakim disebut sebagai ‘bapa bagi penduduk
Yerusalem’. Juga bisa ditambahkan arti ‘Creator’ (= Pencipta)
dan ‘Preserver’ (= Pemelihara).
· Calvin
mengartikan istilah ini sebagai ‘Bapa dari kekekalan’, dimana ‘Bapa’ diartikan
‘author / pencipta atau sumber’.
· Istilah
‘Bapa’ di sini harus diartikan sesuai dengan kebiasaan orang di sana pada jaman
itu
Charles Haddon Spurgeon: “It is the manner of the Easterns to call a man the father of a quality
for which he is remarkable. To this day, among the Arabs, a wise man is called
‘the father of wisdom;’ a very foolish man ‘the father of folly.’ The
predominant quality in the man is ascribed to him as though it were his child,
and he the father of it. Now, the Messiah is here called in the Hebrew ‘the
father of eternity,’ by which is meant that he is pre-eminently the possessor
of eternity as an attribute. Just as the idiom, ‘the father of wisdom,’ implies
that a man is pre-eminently wise, so the term, ‘Father of eternity,’ implies
that Jesus is pre-eminently eternal; that to him, beyond and above all others,
eternity may be ascribed. ... not only is eternity ascribed to Christ, but he
is here declared to be parent of it. Imagination cannot grasp this, for
eternity is a thing beyond us; yet if eternity should seem to be a thing which
can have no parent, be it remembered that Jesus is so surely and essentially
eternal, that he is here pictured as the source and Father of eternity. Jesus
is not the child of eternity, but the Father of it. Eternity did not bring him
forth from its mighty bowels, but he brought forth eternity” (= Merupakan kebiasaan orang Timur
untuk menyebut seseorang sebagai bapa dari kwalitet yang luar biasa / lain dari
yang lain dalam dirinya. Sampai saat ini, di antara orang Arab, seorang yang
bijaksana disebut ‘bapa dari hikmat’; seorang yang sangat bodoh disebut ‘bapa
dari kebodohan’. Kwalitet yang utama / menonjol dalam seseorang dianggap
berasal dari dia seakan-akan itu adalah anaknya, dan ia adalah bapa dari
kwalitet itu. Sekarang, Mesias di sini disebut dalam bahasa Ibrani ‘bapa dari
kekekalan’ dengan mana dimaksudkan bahwa ia adalah pemilik dari kekekalan
sebagai suatu sifat. Sama seperti ungkapan ‘bapa dari hikmat’ menunjukkan bahwa
orang itu bijaksana, demikian pula istilah ‘Bapa dari kekekalan’ menunjukkan
bahwa Yesus itu kekal; sehingga di atas semua yang lain, kekekalan dianggap
berasal dari dia. ... bukan hanya kekekalan dianggap berasal dari Kristus,
tetapi di sini ia dinyatakan sebagai orang tua dari kekekalan. Imaginasi tidak
dapat mengertinya, karena kekekalan merupakan sesuatu yang melampaui kita;
tetapi jika kekekalan kelihatannya adalah hal yang tidak bisa mempunyai orang
tua, haruslah diingat bahwa Yesus begitu kekal secara pasti dan hakiki,
sehingga di sini ia digambarkan sebagai sumber dan Bapa dari kekekalan. Yesus
bukanlah anak dari kekekalan, tetapi Bapa dari kekekalan. Kekekalan tidak
melahir-kannya, tetapi ia melahirkan kekekalan) - ‘A
Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol II, ‘The Messiah’,
hal 134-135.
Barnes’ Notes: “it may be used in accordance with a custom in Hebrew and in Arabic,
where he who possess a thing is called the father of it. Thus ‘the father of
strength’ means strong; ‘the father of knowledge’, intelligent; ‘the father of
glory’, glorious; ‘the father of goodness’, good; ‘the father of peace’,
peaceful. According to this, the meaning of the phrase, ‘the Father of eternity’
is properly eternal” (=
ini mungkin dipakai sesuai dengan kebiasaan dalam bahasa Ibrani dan Arab,
dimana ia yang memiliki sesuatu disebut bapa dari sesuatu itu. Jadi, ‘bapa dari
kekuatan’ berarti kuat; ‘bapa dari pengetahuan’ berarti pandai; ‘bapa dari kemuliaan’
berarti mulia; ‘bapa dari kebaikan’ berarti baik; ‘bapa dari damai’ berarti
cinta damai. Menurut ini, arti dari ungkapan ‘Bapa dari kekekalan’ adalah
kekal) - hal 193.
Barnes’ Notes: “He is not merely represented as everlasting, but he is introduced, by a
strong figure, as even ‘the Father of eternity’, as if even everlasting
duration owed itself to his paternity” (= Ia tidak semata-mata digambarkan sebagai kekal, tetapi ia
diperkenalkan dengan suatu penggambaran yang kuat bahkan sebagai ‘Bapa dari kekekalan’,
seakan-akan bahkan kekekalan berhutang dirinya sendiri kepada kebapaannya) -
hal 193.
Apakah istilah ini hanya menunjukkan
kekekalan Kristus, atau bahkan menunjukkan bahwa Kristus adalah pencipta,
sumber, dan pemelihara dari kekekalan, itu tetap menunjukkan keilahian Kristus.
4) ‘Raja Damai’ [prince
of peace (= pangeran damai)].
a) ‘Raja’ atau
‘Pangeran’?
Istilah yang benar memang adalah
‘Pangeran Damai’, tetapi saya berpendapat bahwa istilah ‘prince’ (=
pangeran), digunakan karena Yesus adalah Anak Allah. Dengan
memberi gelar ‘Pangeran’ kepada Yesus, maka secara implicit Allah Bapa
digambarkan sebagai Raja. Tetapi saya berpendapat tidak terlalu jadi soal kalau
kita mau menyebut Yesus sebagai ‘Raja Damai’, karena:
· kita
tahu dari Yoh 5:18 dan Yoh 10:30-33 bahwa istilah ‘Anak Allah’ sebetulnya
menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah.
· ay
5b menunjukkan Yesus sebagai Raja.
Ay 5b: ‘dan lambang pemerintahan ada
di atas bahunya’.
NIV: ‘and the government
will be on his shoulders’ (= dan pemerintahan akan ada di atas
bahunya).
Ini menunjukkan bahwa Kristus adalah
Raja atau Kristus memegang pemerintahan.
· ay
6 juga menunjukkan Yesus sebagai Raja, bahkan sebagai Raja Damai.
Ay 6: ‘tahta Daud’.
Daud diberi janji bahwa kerajaannya
akan kekal (2Sam 7:12-dst), dan ini digenapi dalam diri Kristus [bdk. Amos 9:11
- pondok Daud yang roboh dibangunkan kembali oleh Allah (dalam diri Kristus)].
J. A. Alexander: “the Messiah is not only called the Branch or Son of David (2Sam
7:12,13 Jer 23:5 33:15), but David himself (Jer 30:9 Ezek 34:23,24 37:24 Hos
3:5). The two reigns are identified, not merely on account of an external
resemblance or a typical relation, but because the one was really a restoration
or continuation of the other. ... The Jewish nation, as a spiritual body, is
really continued in the Christian church” [= Mesias bukan hanya disebut sebagai Tunas atau Anak Daud (2Sam
7:12,13 Yer 23:5 33:15), tetapi juga disebut Daud sendiri (Yer 30:9 Yeh
34:23,24 37:24 Hos 3:5). Kedua pemerintahan ini disamakan, bukan semata-mata
karena kemiripan lahiriah atau hubungan yang khas, tetapi karena yang satu
betul-betul merupakan pemulihan atau kelanjutan dari yang lain. ... Bangsa
Yahudi, sebagai suatu tubuh rohani, betul-betul dilanjutkan dalam Gereja
Kristen] - hal 135.
Penerapan:
Apakah Yesus adalah Raja dalam hidup
saudara? Menjadikan Yesus sebagai Raja atau sebagai Tuhan dalam hidup kita,
tidaklah terlalu berbeda. Jadi hal ini bisa dibandingkan dengan Luk 2:11
- “Hari ini telah lahir bagimu
Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud”. Pemberitaan Injil
oleh malaikat pada Natal yang pertama ini menggabungkan 2 gelar bagi Yesus,
yaitu ‘Juruselamat’ dan ‘Tuhan’. Orang yang menerima Dia sebagai Juruselamat,
juga harus menerimaNya sebagai Tuhan. Orang yang menolak Dia sebagai Tuhan,
sebetulnya juga tidak pernah menerimaNya sebagai Juruselamat.
b) Raja / Pangeran Damai.
Yesus disebut Raja / Pangeran Damai karena:
· Ia
mendamaikan manusia (yang mau percaya kepadaNya) dengan Allah (Ro 5:1 Ef
2:16-18 2Kor 5:18-21).
Siapapun saudara dan bagaimanapun
jahatnya saudara, kalau saudara mau percaya kepada Yesus, maka saudara akan
diperdamaikan dengan Allah. Sebaliknya, betapapun baiknya / salehnya saudara,
saudara tetap mempunyai dosa yang menjadikan saudara musuh Allah. Jadi
saudarapun harus percaya kepada Yesus supaya bisa diperdamaikan dengan Allah.
· Ia
memberikan damai dalam hati orang yang percaya kepadaNya (Yoh 14:27 Mat
11:28-30).
E. J. Young: “True peace comes to us because a Child was born. That Child, and He
alone, is the Prince of Peace. Would we have peace, it is to Him that we must
go” (= Damai yang
sejati datang kepada kita karena seorang Anak dilahirkan. Anak itu, dan hanya
Dia saja, adalah Pangeran Damai. Jika kita menginginkan damai, kepada Dialah
kita harus pergi) - hal 340.
· Ia
mendamaikan orang dengan orang (Ef 2:14). Ini terwujud dalam persekutuan orang
Kristen.
· E.
J. Young: “This One is a
Prince, and He seeks the greatness of His kingdom and of Himself not in war, as
do ordinary rulers, but in peace” (= Orang ini adalah seorang Pangeran, dan Ia mengusahakan kebesaran
KerajaanNya dan DiriNya sendiri bukan dalam perang, seperti yang dilakukan
penguasa-penguasa biasa, tetapi dalam damai) - hal 339.
E. J. Young: “Peace and the government are mentioned together. This is striking, for
most governments find their increase through war. Unlike other kingdoms, this
one will grow through the means of peace, through the gracious working of the
Spirit of God in the hearts of men and through the preaching of the gospel” (= Damai dan pemerintahan disebutkan
bersama-sama. Ini menyolok, karena kebanyakan pemerintahan mendapatkan
perluasan melalui perang. Tidak seperti kerajaan-kerajaan yang lain, yang ini
akan bertumbuh melalui jalan damai, melalui pekerjaan kasih karunia dari Roh
Allah dalam hati manusia dan melalui pemberitaan injil) - hal 343.
Bdk. Mat 20:24-28 Mat 26:47-56 Luk 9:51-56 1Pet 2:23.
Penerapan:
Kalau saudara mau Kerajaan ini
bertumbuh, banyaklah memberitakan Injil.
c) PemerintahanNya
berbeda dengan pemerintahan seorang tiran / diktator.
Ini terlihat dari kata-kata ‘dengan
keadilan dan kebenaran’ dalam ay 6b.
d) Kerajaan dari Raja
Damai ini kekal, dan ini ditunjukkan oleh kata-kata ‘tidak akan berkesudahan’
dalam ay 6a, dan kata-kata ‘dari sekarang sampai selama-lamanya’ dalam ay 6c
(bdk. Dan 2:44a Dan 7:27 Luk 1:32-33).
Bahwa Kerajaan ini kekal, jelas
menunjukkan bahwa ini tidak menunjuk pada kerajaan yang berlangsung selama 1000
tahun (hurufiah) seperti yang dipercaya oleh sebagian orang kristen.
E. J. Young: “That interpretation which would apply this prophecy to a literal throne
of David to be established in Jerusalem during a ‘millennium’ must be rejected
for the following reasons: The reign begins with the birth of the YELED, who
sits upon the throne of David and reigns eternally. To limit this reign to a
period of one thousand years is to neglect the words, ‘there is no end.’ And to
make the beginning coincide with the beginning of a millennium is to ignore the
fact that it begins with the birth of the Child” (= Penafsiran yang menerapkan nubuat
ini kepada tahta hurufiah dari Daud yang akan ditegakkan di Yerusalem pada
kerajaan 1000 tahun harus ditolak karena alasan sebagai berikut: Pemerintahan
itu dimulai dengan kelahiran dari sang YELED, yang duduk di atas tahta Daud dan
memerintah secara kekal. Membatasi pemerintahan ini pada masa 1000 tahun
berarti mengabaikan kata-kata ‘tidak akan berkesudahan’. Dan membuat
permulaannya bertepatan dengan permulaan dari kerajaan 1000 tahun berarti
mengabaikan fakta bahwa kerajaan itu dimulai dengan kelahiran dari sang Anak) -
hal 343.
Catatan: YELED adalah kata Ibrani yang
artinya ‘a boy’ (= anak laki-laki).
e) KerajaanNya ini
bertumbuh terus.
Sebetulnya hal ini bisa terlihat
dari ay 6a. Tetapi ay 6a versi Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, sehingga
tidak menunjukkan hal itu.
Ay 6a: ‘Besar kekuasaannya, dan
damai sejahtera tidak akan berkesudahan’.
NIV: ‘of the increase of
his government and peace there will be no end’ (= tentang pertumbuhan dari
pemerintahannya dan damai tidak akan berkesudahan).
NASB: ‘there will be no end
to the increase of His government or of peace’ (=
tidak akan ada kesudahan bagi pertumbuhan dari pemerintahaNya
atau dari damai).
Adam Clarke: “his government increases, and is daily more and more extended, and
will continue till all things are put under his feet” (= pemerintahanNya bertumbuh, dan makin
hari makin meluas, dan akan berlanjut sampai segala sesuatu diletakkan di bawah
kakiNya) - hal 65.
Bdk. 1Kor 15:25 - “Karena Ia harus memegang pemerintahan
sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuhNya di bawah kakiNya”.
Pulpit Commentary: “It must be progressive, because it has vitality, which necessarily
involves increase and growth; it must be aggressive, because there is a
war-spirit in all righteousness; it cannot abide quietly beside evil, or rest
until all evil is conquered and won” (= Itu harus progresif / maju, karena itu mempunyai vitalitas /
kekuatan yang hidup, yang pasti menyangkut pertambahan dan pertumbuhan; itu
harus agresif, karena di situ ada roh perang dalam semua kebenaran; itu tidak
bisa tinggal dengan tenang disamping kejahatan, atau beristirahat sampai semua
kejahatan dikalahkan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar