Perlu
diketahui bahwa tidak ada satu ayatpun dalam Kitab Suci yang
menyatakan doktrin Allah Tritunggal secara keseluruhan. Doktrin Allah
Tritunggal didapatkan dari banyak ayat Kitab Suci. Sebagian ayat-ayat
Kitab Suci menyatakan ketunggalan Allah, tetapi sebagian yang lain
menyatakan adanya kejamakan tertentu dalam diri Allah.
I) Kitab Suci menunjukkan ketunggalan Allah.
1) Ayat-ayat
Kitab Suci yang secara explicit menyatakan bahwa Allah itu
satu (Ul 6:4 Mark 12:32 Yoh 17:3
1Kor 8:4 1Tim 2:5 Yak 2:19).
2) Penggunaan
kata-kata bentuk tunggal untuk Allah atau dalam hubungannya dengan
Allah:
a)
Penggunaan kata ganti orang bentuk tunggal.
Contoh:
·
kalau Allah berbicara tentang diriNya sendiri, maka pada umumnya
Ia menggunakan kata ‘Aku’ (bahasa Inggris: ‘I’).
·
kalau orang lain berbicara tentang Allah, maka pada umumnya digunakan
kata ‘Dia’ (bahasa Inggris: ‘He’).
·
kalau orang berbicara kepada Allah, maka pada umumnya digunakan kata
‘Engkau’ (bahasa Inggris: ‘You’). Dalam bahasa Yunani
maupun Ibraninya terlihat bahwa yang digunakan adalah ‘You’
dalam bentuk tunggal.
b)
Penggunaan kata kerja bentuk tunggal.
Contoh:
dalam bahasa Ibraninya, kata ‘menciptakan’ dalam Kej 1:1
adalah kata kerja bentuk tunggal.
c)
Penggunaan kata sifat bentuk tunggal.
Contoh:
dalam bahasa Ibraninya, kata-kata ‘baik’ dan ‘benar’ dalam
Maz 25:8 adalah kata sifat bentuk tunggal.
Maz 25:8
- “TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan
jalan kepada orang yang sesat”.
3) Allah
mempunyai sifat self-existent, dan sifat ini tidak
memungkinkan adanya lebih dari satu makhluk seperti Dia.
a) Sifat
self-existent (= ada dengan sendirinya / ada dari dirinya
sendiri) dari Allah, jelas merupakan ajaran dalam Kitab Suci, karena
Kitab Suci menunjukkan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah
(Kej 1:1-31 Yoh 1:3,10), tetapi Kitab Suci tidak
pernah menceritakan tentang terjadinya Allah, dan ini menunjukkan
bahwa Allah sendiri tidak pernah diciptakan / dijadikan oleh siapapun
/ apapun juga.
b)
Sifat self-existent ini mempunyai 2 perwujudan:
1. Allah
adalah makhluk yang independent (= bebas / tak tergantung)
secara mutlak.
·
diriNya / keberadaanNya / hidupNya independent.
Yoh 5:26
- “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diriNya
sendiri, demikian juga diberikanNya Anak mempunyai hidup dalam
diriNya sendiri”.
·
pikiranNya / rencanaNya / kehendakNya / tindakanNya independent.
Ro 11:33-34
- “(33) O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan
Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak
terselami jalan-jalanNya! (34) Sebab, siapakah yang mengetahui
pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihatNya?”.
Ro 9:10-21
- “(10) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka
yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita.
(11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan
yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang
pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi
berdasarkan panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang
tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis:
‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’ (14) Jika demikian,
apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil!
(15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas
kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan
bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’ (16) Jadi
hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi
kepada kemurahan hati Allah. (17) Sebab Kitab Suci berkata kepada
Firaun: ‘Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku
memperlihatkan kuasaKu di dalam engkau, dan supaya namaKu
dimasyhurkan di seluruh bumi.’ (18) Jadi Ia menaruh belas
kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati siapa
yang dikehendakiNya. (19) Sekarang kamu akan berkata kepadaku:
‘Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkanNya? Sebab siapa yang
menentang kehendakNya?’ (20) Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu
membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang
membentuknya: ‘Mengapakah engkau membentuk aku demikian?’ (21)
Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk
membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan
yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang
biasa?”.
Daniel 4:35
- “Semua penduduk bumi dianggap remeh; Ia berbuat menurut
kehendakNya terhadap bala tentara langit dan penduduk bumi; dan
tidak ada seorangpun yang dapat menolak tanganNya dengan
berkata kepadaNya: ‘Apa yang Kaubuat?’”.
Ef 1:5
- “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus
Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan
kehendakNya”.
Maz
115:3 - “Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang
dikehendakiNya!”.
2. Segala
sesuatu ada hanya melalui Dia, dan segala sesuatu tergantung kepada
Dia.
Neh 9:6
- “‘Hanya Engkau adalah TUHAN! Engkau telah menjadikan langit, ya
langit segala langit dengan segala bala tentaranya, dan bumi dengan
segala yang ada di atasnya, dan laut dengan segala yang ada di
dalamnya. Engkau memberi hidup kepada semuanya itu dan bala tentara
langit sujud menyembah kepadaMu”.
Maz 104:27-30
- “(27) Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada
waktunya. (28) Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya;
apabila Engkau membuka tanganMu, mereka kenyang oleh kebaikan. (29)
Apabila Engkau menyembunyikan wajahMu, mereka terkejut; apabila
Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi
debu. (30) Apabila Engkau mengirim rohMu, mereka tercipta, dan Engkau
membaharui muka bumi”.
Yoh 1:3
- “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada
suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan”.
Kis
17:28a - “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita
ada, ...”.
Ibr 1:3a
- “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan
menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan”.
1Tim
6:13a - “Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala
sesuatu ...”.
c) Dari semua
ini bisa disimpulkan bahwa tidak mungkin ada lebih dari satu makhluk
yang seperti itu! Karena tidak mungkin bisa ada 2 makhluk yang
sama-sama tidak tergantung apapun / siapapun, dan yang membuat segala
sesuatu tergantung dirinya.
Jadi
kita tetap mempercayai bahwa Allah itu satu.
II) Kitab Suci menunjukkan adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’.
Perhatikan
bahwa saya tidak menyebut adanya ‘banyak Allah’, tetapi adanya
‘kejamakan dalam diri Allah’. Jadi, saya tetap percaya pada
ketunggalan / keesaan Allah, tetapi dalam keesaanNya itu terdapat
‘suatu kejamakan tertentu’. Allah itu mempunyai hanya satu
hakekat, dalam 3 pribadi!
Keilahian Yesus dan Roh Kudus
Adanya
kejamakan dalam diri Allah terlihat dari keilahian Yesus dan Roh
Kudus. Bahwa Yesus dan Roh Kudus juga adalah Allah, sebagaimana Bapa
adalah Allah, jelas menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah.
Philip
Schaff: “Under the condition of monotheism, this doctrine
followed of necessity from the doctrine of the divinity of Christ and
of the Holy Spirit” (= Di bawah kondisi dari monotheisme,
doktrin ini mengikuti sebagai suatu keharusan dari doktrin tentang
keilahian dari Kristus dan dari Roh Kudus) - ‘History of the
Christian Church’, vol II, hal 566.
Tetapi
saya masih ingin menambahkan bukti-bukti adanya kejamakan dalam diri
Allah, dalam Perjanjian Lama dan dalam Perjanjian Baru.
Dalam Perjanjian Lama.
1) Penggunaan
kata ‘ELOHIM’ untuk Allah (Kej 1:1 dll) yang merupakan
kata bentuk jamak / plural.
Kata
‘ELOHIM’ mempunyai bentuk tunggal / singular yaitu ‘ELOAH’
yang digunakan antara lain dalam Ul 32:15-17 dan Hab 3:3.
Tetapi
dalam Perjanjian Lama kata ‘ELOAH’ hanya digunakan sebanyak
250 x, sedangkan kata ‘ELOHIM’ sekitar 2500 x.
Penggunaan kata bentuk jamak / plural yang jauh lebih banyak
ini menunjukkan adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’.
Memang
harus diakui bahwa ELOHIM sering dianggap sebagai bentuk tunggal,
tetapi yang perlu dipertanyakan adalah: kalau memang Allah itu
tunggal secara mutlak, mengapa tidak digunakan ELOAH saja terus
menerus? Mengapa digunakan ELOHIM, dan lebih lagi, mengapa digunakan
ELOHIM jauh lebih banyak dari ELOAH?
Dalam
persoalan ini, buku ‘Haruskah anda percaya kepada Tritunggal?’
memberikan suatu serangan yang bagus, yang saya kutip di bawah ini:
“‘ELOHIM’
bukan berarti ‘pribadi-pribadi’, melainkan ‘allah-allah’.
Jadi mereka yang berkukuh bahwa kata ini menyatakan suatu Tritunggal
menjadikan diri sendiri politeis, penyembah lebih dari satu Allah.
Mengapa? Karena ini berarti ada tiga allah dalam Tritunggal” (hal
13).
Tanggapan
/ Bantahan:
Untuk
menjawab serangan ini kita bisa menjelaskan sebagai berikut:
a) ELOHIM
tidak boleh diartikan ‘Allah-Allah’, karena ini akan bertentangan
dengan ayat-ayat yang menggunakan ELOAH. Sedangkan ELOAH tidak boleh
diartikan ‘Allah yang satu secara mutlak’, karena akan
bertentangan dengan ayat-ayat yang menggunakan ELOHIM. Jadi
untuk mengharmoniskan ayat-ayat yang menggunakan ELOAH dengan
ayat-ayat yang menggunakan ELOHIM, haruslah diartikan bahwa Allah itu
tunggal dalam hakekatNya, tetapi jamak dalam pribadiNya.
b) Allah itu
begitu besar, ajaib, dan ada diluar jangkauan akal manusia. Karena
itu jelaslah bahwa tidak ada bahasa manusia (termasuk bahasa Ibrani),
yang bisa menggambarkan Allah dengan sempurna. Tata bahasa dan
kata-kata dari bahasa Ibrani (atau bahasa lain apapun) tidak
bisa menggambarkan bahwa Allah itu satu hakekat tetapi tiga pribadi.
Disamping itu, Kitab Suci bukanlah suatu buku Systematic Theology,
dan karena itu tidak menuliskan doktrin-doktrin yang ada di dalamnya
dengan rumus-rumus theologia, tetapi sebaliknya, mengajar dengan
menggunakan cerita sejarah, syair, surat-surat, dan sebagainya. Kalau
Kitab Suci selalu menggunakan kata bentuk tunggal ELOAH, maka
akan menunjuk kepada Allah yang tunggal secara mutlak. Sedangkan
kalau Kitab Suci selalu menggunakan kata bentuk jamak ELOHIM,
maka akan menunjuk kepada banyak Allah. Karena itu maka dalam
ayat-ayat tertentu Kitab Suci menggunakan ELOAH dan dalam ayat-ayat
lain Kitab Suci menggunakan ELOHIM.
Dalam
buku ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 403,
Saksi-Saksi Yehuwa menunjuk kepada Hak 16:23 dimana untuk dewa
Dagon dari orang-orang Filistin, juga digunakan kata ELOHIM yang lalu
diikuti dengan kata kerja bentuk tunggal.
Hak 16:23 -
“Sesudah itu berkumpullah raja-raja kota orang Filistin untuk
mengadakan perayaan korban sembelihan yang besar kepada Dagon, allah
mereka, dan untuk bersukaria; kata mereka: Telah diserahkan
oleh allah kita ke dalam tangan kita Simson, musuh kita.’”.
Catatan:
kata ‘telah diserahkan’ adalah kata kerja bentuk tunggal.
Dan
Saksi-Saksi Yehuwa itu lalu menyimpulkan tentang kata ELOHIM: “Bentuk
jamak dari kata-kata ini dalam bahasa Ibrani adalah untuk menunjukkan
keagungan atau kemuliaan. ... Jadi itu tidak menunjukkan banyaknya
pribadi-pribadi dalam ketuhanan” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai
Ayat-Ayat Alkitab’, hal 403.
Tanggapan
/ Bantahan:
Memang
kata ELOHIM bisa digunakan untuk dewa / allah kafir, dan sekalipun
kata ELOHIM itu kata bentuk jamak, tetapi lalu diikuti kata kerja
bentuk tunggal. Ini juga terjadi dalam kasus Allah sendiri. Tetapi
dalam kasus Allah sendiri, kadang-kadang digunakan kata kerja bentuk
jamak, seperti yang nanti akan kita lihat di bawah, dan setahu saya
hal seperti ini tidak pernah terjadi dengan dewa / allah kafir.
2) Penggunaan
kata bentuk jamak untuk Allah atau dalam hubungannya dengan Allah:
a)
Kata ganti orang bentuk jamak.
Contoh:
Mungkin dalam
persoalan ini, contoh ayat yang terpenting adalah Yes 6:8b, karena
dalam ayat ini kata ganti orang bentuk tunggal dan jamak untuk
menyatakan Allah, keluar sekaligus dalam satu ayat.
Tetapi dalam
Yes 6:8b ini, Kitab Suci bahasa Indonesia (baik terjemahan lama
maupun baru) salah terjemahan!
Yes 6:8b -
“Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan
Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’”.
KJV/RSV/NIV/NASB:
“Whom shall I send and who will go for Us?”
(= Siapa yang akan Kuutus dan siapa yang mau pergi untuk
Kami?).
Kej 3:22a
- “Berfirmanlah TUHAN Allah: ‘Sesungguhnya manusia itu telah
menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik
dan yang jahat; ...”.
Kej 11:7
- “Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa
mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.’”.
Yes 41:22
- “Biarlah mereka maju dan memberitahukan kepada kami apa
yang akan terjadi! Nubuat yang dahulu, beritahukanlah apa artinya,
supaya kami memperhatikannya, atau hal-hal yang akan datang,
kabarkanlah kepada kami, supaya kami mengetahui
kesudahannya!”.
Kej 1:26
- “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas
ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas
seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’”.
Ada
yang mengatakan bahwa pada waktu Allah menggunakan ‘Kita’ dalam
Kej 1:26, maka saat itu Ia berbicara kepada para malaikat. Jadi
itu tidak menunjukkan ‘kejamakan dalam diri Allah’. Tetapi ini
tidak mungkin, sebab kalau dalam Kej 1:26 diartikan bahwa ‘Kita’
itu menunjuk kepada ‘Allah dan para malaikat’, maka haruslah
disimpulkan bahwa:
·
manusia juga diciptakan menurut gambar dan rupa malaikat.
·
Allah mengajak para malaikat untuk bersama-sama menciptakan manusia,
sehingga kalau Allah adalah pencipta / creator, maka malaikat
adalah co-creator (= rekan pencipta).
Pandangan
Kristen menganggap bahwa kata ‘Kita’ menunjukkan bahwa
pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal itu berbicara satu dengan yang
lain, dan ini menunjukkan adanya ‘kejamakan tertentu dalam diri
Allah’.
b)
Kata kerja dalam bentuk jamak.
Contoh:
·
Kej 20:13a - “Ketika Allah menyuruh aku mengembara
keluar dari rumah ayahku, berkatalah aku kepada isteriku: ...”.
Kata-kata
‘menyuruh aku mengembara’ dalam bahasa Ibraninya adalah kata
kerja bentuk jamak.
·
Kej 35:7 - “Didirikannyalah mezbah di situ, dan dinamainyalah
tempat itu El-Betel, karena Allah telah menyatakan diri
kepadanya di situ, ketika ia lari terhadap kakaknya”.
Kata
‘menyatakan’ dalam bahasa Ibraninya adalah kata kerja bentuk
jamak.
·
2Sam 7:23a - “Dan bangsa manakah di bumi seperti umatMu
Israel, yang Allahnya pergi membebaskannya menjadi umatNya,
...”.
Kata
‘pergi’ dalam bahasa Ibraninya adalah kata kerja bentuk jamak.
·
Maz 58:12 - “Dan orang akan berkata: ‘Sesungguhnya ada
pahala bagi orang benar, sesungguhnya ada Allah yang memberi
keadilan di bumi.’”.
Kata
‘memberi keadilan’ dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk jamak
(sebetulnya ini bukan kata kerja tetapi participle).
Padahal
dalam ayat-ayat di atas ini, subyeknya adalah kata ‘ELOHIM’ yang
digunakan untuk menyatakan Allah yang esa.
c)
Kata-kata bentuk jamak lainnya seperti dalam:
·
Pkh 12:1 - “Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu,
sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang
kaukatakan: ‘Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!’”.
Kata
‘pencipta’ (creator), dalam bahasa Ibraninya ada dalam
bentuk jamak, sehingga seharusnya terjemahannya adalah
‘creators’ (= pencipta-pencipta).
·
Maz 149:2 - “Biarlah Israel bersukacita atas Yang
menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja
mereka!”.
Kata-kata
‘Yang menjadikannya’, dalam bahasa Ibraninya ada dalam
bentuk jamak.
·
Amsal 9:10 - “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN,
dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian”.
Kata-kata
‘Yang Mahakudus’, dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk
jamak.
·
Hos 12:1 - “Dengan kebohongan Aku telah dikepung oleh
Efraim, dengan tipu oleh kaum Israel; sedang Yehuda menghilang dari
dekat Allah, dari dekat Yang Mahakudus yang setia”.
Kata-kata
‘Yang Mahakudus’, dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk
jamak.
·
Ayub 35:10 - “tetapi orang tidak bertanya: Di mana Allah,
yang membuat aku, dan yang memberi nyanyian pujian di waktu
malam”.
Kata-kata
‘yang membuat aku’, dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk
jamak.
·
Yes 54:5 - “Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang
menjadikan engkau, TUHAN semesta alam namaNya; yang menjadi
Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah
seluruh bumi”.
Kata
‘yang menjadikan engkau’, dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk
jamak.
·
Yos 24:19 - “Tetapi Yosua berkata kepada bangsa itu: ‘Tidaklah
kamu sanggup beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah yang kudus,
Dialah Allah yang cemburu. Ia tidak akan mengampuni kesalahan
dan dosamu”.
Dalam
bahasa Ibraninya, kata ‘kudus’ ada dalam bentuk jamak, tetapi
kata ‘cemburu’ ada dalam bentuk tunggal. Jadi, kalau dalam
Yes 6:8a digunakan kata ganti orang bentuk tunggal dan jamak
untuk menunjuk kepada Allah dalam 1 ayat, maka dalam Yoh 24:19
digunakan kata sifat bentuk tunggal dan jamak terhadap diri Allah
dalam 1 ayat.
3) Beberapa
ayat dalam Kitab Suci membedakan Allah yang satu dengan Allah yang
lain (seakan-akan ada lebih dari satu Allah).
·
Maz 45:7-8.
Karena
dalam ayat ini Kitab Suci Indonesia kurang tepat terjemahannya,
mari kita lihat terjemahan NASB di bawah ini.
Psalm 45:6-7
(NASB): “Thy throne, O God, is forever and
ever ... Therefore God, Thy God has anointed
Thee” (= TahtaMu, Ya Allah, kekal selama-lamanya. ...
Karena itu, Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau).
Bandingkan
dengan Ibr 1:8-9 yang mengutip ayat ini.
·
Maz 110:1.
Juga
untuk ayat ini perhatikan terjemahan NASB di bawah ini.
Psalm 110:1
(NASB): “The LORD says to my Lord
...” (= TUHAN berkata kepada Tuhanku ...).
Bandingkan dengan Mat 22:44-45 yang mengutip ayat ini.
·
Hos 1:7 - “Tetapi Aku akan menyayangi kaum Yehuda dan
menyelamatkan mereka demi TUHAN, Allah mereka. Aku akan
menyelamatkan mereka bukan dengan panah atau pedang, dengan alat
perang atau dengan kuda dan orang-orang berkuda.’”.
Hos 1:7 (NASB):
“But I will have compassion on the house of
Judah and deliver them by the LORD
their God, and will not deliver them by bow, sword,
battle, horses, or horseman” (= Tetapi Aku akan
berbelaskasihan kepada kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka dengan
/ oleh TUHAN Allah mereka, dan tidak akan menyelamatkan mereka
oleh / dengan busur, pedang, pertempuran, kuda-kuda, atau
penunggang-penunggang kuda).
·
Kej 19:24 - “Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang
dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit”.
Tuhan
(YHWH), yang saat itu ada di bumi, menurunkan hujan belerang dan api
atas Sodom dan Gomora, berasal dari Tuhan (YHWH), dari langit. Jadi
kelihatannya ada 2 Tuhan (YHWH), satu di bumi, satu di langit.
·
Amsal 8 berbicara tentang ‘hikmat Allah’.
Kalau
dilihat dari istilahnya, yaitu ‘hikmat Allah’ [the wisdom of
God (= hikmat dari / milik Allah)], maka jelas bahwa ‘hikmat
Allah’ ini tidak sama dengan Allah.
Tetapi
Amsal 8 ini lalu mempersonifikasikan ‘hikmat Allah’ itu dan
menunjukkannya sebagai seorang pribadi yang bersifat kekal (Yesus).
Dengan kata lain, hikmat Allah itu juga adalah Allah (bdk. 1Kor 1:24
- “Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah”).
·
Penampilan dari Malaikat TUHAN (Kej 16:2-13 22:11,16 31:11,13
48:15,16 Kel 3:2,4,5 Hak 13:20-22).
Sama
seperti istilah ‘hikmat Allah’ di atas, maka istilah ‘Malaikat
TUHAN’ ini juga menunjukkan bahwa ‘Malaikat TUHAN’ (the
Angel of the LORD) ini tidak sama dengan
Allah.
Tetapi,
sekalipun dalam bagian-bagian tertentu Malaikat TUHAN itu disebut
sebagai Malaikat TUHAN, dalam bagian-bagian lain Ia juga disebut
sebagai Allah / TUHAN sendiri.
Contoh:
*
Dalam Kej 16:7,9,10,11 - disebut sebagai Malaikat TUHAN; tetapi
dalam Kej 16:13 disebut sebagai TUHAN sendiri.
Kej 16:7-13
- “(7) Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air
di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur. (8) Katanya:
‘Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?’
Jawabnya: ‘Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku.’ (9) Lalu kata
Malaikat TUHAN itu kepadanya: ‘Kembalilah kepada nyonyamu,
biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya.’ (10) Lagi kata
Malaikat TUHAN itu kepadanya: ‘Aku akan membuat sangat
banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.’
(11) Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: ‘Engkau
mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan
menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan
atasmu itu. (12) Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar,
demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang
dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat
kediamannya ia akan menentang semua saudaranya.’ (13) Kemudian
Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman kepadanya itu
dengan sebutan: ‘Engkaulah El-Roi.’ Sebab katanya: ‘Bukankah di
sini kulihat Dia yang telah melihat aku?’”.
*
Dalam Kej 22:11a - disebut sebagai ‘Malaikat TUHAN’; tetapi
dalam Kej 22:11b-12 - disebut sebagai ‘Tuhan’ / ‘Allah’
sendiri.
Kej 22:11-16
- “(11) Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit
kepadanya: ‘Abraham, Abraham.’ Sahutnya: ‘Ya, Tuhan.’
(12) Lalu Ia berfirman: ‘Jangan bunuh anak itu dan jangan
kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau
takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan
anakmu yang tunggal kepadaKu.’ (13) Lalu Abraham menoleh dan
melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut
dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya
sebagai korban bakaran pengganti anaknya. (14) Dan Abraham menamai
tempat itu: ‘TUHAN menyediakan’; sebab itu sampai sekarang
dikatakan orang: ‘Di atas gunung TUHAN, akan disediakan.’ (15)
Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit
kepada Abraham, (16) kataNya: ‘Aku bersumpah demi diriKu sendiri
- demikianlah firman TUHAN -: Karena engkau telah berbuat
demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang
tunggal kepadaKu, ...”.
Sekalipun
dalam ay 11 disebut sebagai ‘Malaikat TUHAN’, tetapi dalam
ay 11b disebut ‘Tuhan’ oleh Abraham. Dan dalam ay 15,
‘Malaikat TUHAN’ itu berseru, tetapi dalam ay 16 dikatakan
‘firman TUHAN’.
Lalu
dalam ay 16 Malaikat TUHAN itu bersumpah demi diriNya sendiri.
Bdk.
Ibr 6:13,16,17 - “(13) Sebab ketika Allah memberikan
janjiNya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diriNya sendiri,
karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari padaNya, ... (16) Sebab
manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu
menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan.
(17) Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima
janji itu akan kepastian putusanNya, Allah telah mengikat diriNya
dengan sumpah,”.
Hanya
Allah yang bersumpah demi diriNya sendiri, karena tidak ada yang
lebih tinggi dari Dia. Bdk. Kel 32:13 Yer 22:5
44:26 49:13 51:14 Amos 6:8.
Seorang
malaikat biasa akan bersumpah demi nama Tuhan, bukan demi dirinya
sendiri / namanya sendiri (bdk. Daniel 12:7 Wah 10:5-6).
Jadi
jelas bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Tuhan / Allah sendiri.
Juga,
dalam Kel 23:20-23, malaikat TUHAN ini mempunyai kuasa untuk
mengampuni dosa.
Kel 23:20-23
- “(20) ‘Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di
depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke
tempat yang telah Kusediakan. (21) Jagalah dirimu di hadapannya dan
dengarkanlah perkataannya, janganlah engkau mendurhaka kepadanya,
sebab pelanggaranmu tidak akan diampuninya, sebab namaKu ada
di dalam dia. (22) Tetapi jika engkau sungguh-sungguh
mendengarkan perkataannya, dan melakukan segala yang Kufirmankan,
maka Aku akan memusuhi musuhmu, dan melawan lawanmu. (23) Sebab
malaikatKu akan berjalan di depanmu dan membawa engkau kepada orang
Amori, orang Het, orang Feris, orang Kanaan, orang Hewi dan orang
Yebus, dan Aku akan melenyapkan mereka”.
Ada
2 hal yang perlu dipersoalkan:
¨
Dari kata-kata ‘namaKu ada di dalam dia’, Adam Clarke menganggap
bahwa malaikat ini adalah Malaikat Perjanjian, yaitu Yesus Kristus
sendiri.
Semua
ini menunjukkan bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Allah / TUHAN
sendiri.
¨
Tentang kata-kata ‘pelanggaranmu tidak akan diampuninya’, Adam
Clarke memberikan komentar sebagai berikut:
Adam
Clarke: “‘He will not pardon your transgressions.’He is
not like a man, with whom ye may think that ye may trifle, were he
either man or angel, in the common acceptation of the term, it need
not be said, He will not pardon your transgressions, for neither man
nor angel could do it” (= ‘Ia tidak akan mengampuni
pelanggaranmu’ Ia bukan seperti seorang manusia, dengan siapa
engkau bisa berpikir / menganggap bahwa engkau boleh menyepelekan;
seandainya Ia adalah manusia atau malaikat, dalam arti yang biasa
diterima, tidak perlu dikatakan, ‘Ia tidak akan mengampuni
pelanggaranmu’, karena baik manusia maupun malaikat tidak bisa
melakukannya).
4) Penggunaan
nama ‘TUHAN’ (YAHWEH / YEHOVAH) 3 x berturut-turut dalam
Bil 6:24-26 dan sebutan ‘kudus’ bagi Allah 3 x
berturut-turut dalam Yes 6:3 (bdk. Wah 4:8).
Bil 6:24-26
- “(24) TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; (25)
TUHAN menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau
kasih karunia; (26) TUHAN menghadapkan wajahNya kepadamu dan
memberi engkau damai sejahtera”.
Yes 6:3
- “Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: ‘Kudus,
kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh
kemuliaanNya!’”.
Bdk.
Wah 4:8 - “Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam,
sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan
tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: ‘Kudus,
kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan
yang ada dan yang akan datang.’”.
Tidak
anehkah bahwa ayat-ayat itu menyebutkan ‘TUHAN’ dan ‘kudus’
sebanyak 3 kali? Mengapa tidak 2 kali, atau 5 kali, atau 7 kali?
Jelas karena ada hubungannya dengan Allah Tritunggal!
5) Kata ‘esa’
/ ‘satu’ dalam Ul 6:4.
Ul
6:4 - “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN (YHWH) itu Allah kita
(ELOHEYNU), TUHAN (YHWH) itu esa!”.
Kata
‘esa / satu’ yang digunakan dalam Ul 6:4, dalam bahasa
Ibraninya adalah EKHAD.
Saksi-Saksi
Yehuwa mengatakan bahwa kata EKHAD ini berarti ‘satu yang mutlak’
dan tidak mengandung kejamakan.
Untuk
itu perhatikan kutipan dari buku ‘Haruskah anda percaya kepada
Tritunggal?’ di bawah ini:
“Kata-kata
tersebut terdapat dalam Ulangan 6:4. New Jerusalem Bible (NJB)
Katolik berbunyi: ‘Dengarlah Israel: Yahweh Allah kita adalah esa,
satu-satunya Yahweh’. Dalam tatabahasa dari ayat itu kata ‘esa’
tidak mengandung sifat jamak untuk menyatakan bahwa kata itu
mempunyai arti yang lain, yaitu bukan satu pribadi” (hal 13).
Tanggapan
/ Bantahan:
a) Pandangan
/ pernyataan Saksi Yehuwa bahwa kata EKHAD / ‘esa’ ini tidak
mengandung sifat jamak ini justru salah!
Kata
EKHAD ini sering berarti ‘satu gabungan / a compound
one’, bukan ‘satu yang mutlak / an absolute one’,
dan itu akan saya buktikan dari contoh-contoh di bawah ini:
·
Kej 1:5 - “Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu
malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama
(YOM EKHAD)”.
Gabungan
dari petang dan pagi membentuk satu (EKHAD) hari.
·
Kej 2:24 - Adam dan Hawa menjadi satu (EKHAD) daging.
Kej 2:24
- “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya
dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu
daging”.
·
Bil 13:23 - “Ketika mereka sampai ke lembah Eskol, dipotong
merekalah di sana suatu cabang dengan setandan buah anggurnya,
lalu berdualah mereka menggandarnya; juga mereka membawa beberapa
buah delima dan buah ara”.
‘Setandan
buah anggur’, atau ‘satu (EKHAD) tandan buah anggur’. Satu
tandan buah anggur pasti terdiri dari banyak buah anggur.
·
Hak 20:1,8,11 - “(1) Lalu majulah semua orang Israel; dari Dan
sampai Bersyeba dan juga dari tanah Gilead berkumpullah umat itu
secara serentak menghadap TUHAN di Mizpa. ... (8) Kemudian
bangunlah seluruh bangsa itu dengan serentak, sambil berkata:
‘Seorangpun dari pada kita takkan pergi ke kemahnya, seorangpun
dari pada kita takkan pulang ke rumahnya. ... (11) Demikianlah orang
Israel berkumpul melawan kota itu, semuanya bersekutu dengan
serentak”.
Semua
kata-kata ‘dengan serentak’ terjemahan hurufiahnya adalah ‘as
one man’ (= seperti / sebagai satu orang), seperti dalam KJV,
dan kata ‘satu’ menggunakan kata Ibrani EKHAD.
·
Ezr 2:64 - “Seluruh jemaah itu bersama-sama ada empat puluh
dua ribu tiga ratus enam puluh orang”.
Seluruh
jemaat itu satu (EKHAD) tetapi terdiri dari banyak orang. (Catatan:
kata ‘satu’ ini hanya bisa terlihat dalam bahasa Ibraninya).
·
Yeh 37:17 - “Gabungkanlah keduanya menjadi satu papan,
sehingga keduanya menjadi satu dalam tanganmu”.
Dua
papan digabung menjadi satu (EKHAD) papan.
b) Sebetulnya
ada sebuah kata lain dalam bahasa Ibrani yang berarti ‘satu yang
mutlak’ atau ‘satu-satunya’. Kata itu adalah YAKHID.
Contoh:
Kej
22:2,16 - “(2) FirmanNya: ‘Ambillah anakmu yang tunggal
itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan
persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu
gunung yang akan Kukatakan kepadamu.’ ... (16) kataNya: ‘Aku
bersumpah demi diriKu sendiri - demikianlah firman TUHAN - : Karena
engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk
menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu”.
Kalau
Musa memang mau menekankan tentang ‘kesatuan yang mutlak’ dari
Allah dan bukannya ‘kesatuan gabungan’ (a compound unity),
maka dalam Ul 6:4 itu ia pasti menggunakan kata YAKHID dan
bukannya EKHAD. Tetapi ternyata Musa menggunakan kata EKHAD, dan
ini menunjukkan bahwa Allah itu tidak satu secara mutlak, tetapi ada
kejamakan dalam diri Allah.
Dalam Perjanjian Baru.
Perjanjian
Baru memberikan pernyataan yang lebih jelas tentang pribadi-pribadi
yang berbeda dalam diri Allah.
1) Perjanjian
Baru menunjukkan ketiga pribadi Allah itu dengan lebih jelas, dan
juga menyetarakan Mereka.
Yoh
5:31,32,37 - “(31) Kalau Aku bersaksi tentang diriKu
sendiri, maka kesaksianKu itu tidak benar; (32) ada yang lain yang
bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang
diberikanNya tentang Aku adalah benar. ... (37) Bapa yang mengutus
Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah
mendengar suaraNya, rupaNyapun tidak pernah kamu lihat”.
Yoh 5:31
menunjukkan Yesus sebagai saksi, dan Yoh 5:32,37a menunjukkan
Bapa sebagai ‘saksi yang lain’, dimana untuk kata-kata ‘yang
lain’ digunakan kata bahasa Yunani ALLOS.
Ada
2 kata bahasa Yunani yang berarti ‘yang lain (= another)’,
yaitu ALLOS dan HETEROS. Tetapi kedua kata ini ada bedanya.
W.
E. Vine: “ALLOS ... denotes another of the same sort;
HETEROS ... denotes another of a different sort” (= ALLOS ...
menunjuk pada ‘yang lain’ dari jenis yang sama; HETEROS ...
menunjuk pada ‘yang lain’ dari jenis yang berbeda) - ‘An
Expository Dictionary of New Testament Words’, hal 52.
Illustrasi:
Saya mempunyai satu gelas Aqua. Kalau saya menginginkan satu
gelas Aqua ‘yang lain’, yang sama dengan yang ada pada saya ini,
maka saya akan menggunakan ALLOS. Tetapi kalau saya menghendaki
minuman ‘yang lain’, misalnya Coca Cola, maka saya harus
menggunakan HETEROS, bukan ALLOS.
Jadi
pada waktu Yesus disebut sebagai saksi, dan Bapa sebagai Saksi yang
lain, dan kata ‘yang lain’ itub menggunakan ALLOS, maka itu
menunjukkan bahwa Yesus mempunyai kwalitet / jenis yang sama dengan
Bapa, dan ini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah!
Hal
yang sama terjadi antara Yesus dan Roh Kudus. Yesus disebut
PARAKLETOS (1Yoh 2:1 - diterjemahkan ‘pengantara’), dan Roh
Kudus disebut PARAKLETOS yang lain (Yoh 14:16 - diterjemahkan
‘Penolong’). Di sini untuk kata-kata ‘yang lain’ juga
digunakan ALLOS, yang menunjukkan bahwa Yesus dan Roh Kudus mempunyai
jenis / kwalitet yang sama. Dengan demikian Bapa, Anak, dan Roh Kudus
mempunyai jenis / kwalitet yang sama, dan semua ini bisa digunakan
untuk mendukung doktrin Allah Tritunggal.
Memang
di sini tidak terlihat kesatuan dari pribadi-pribadi itu, tetapi ini
dengan mudah bisa didapatkan dari ayat-ayat yang menunjukkan
ketunggalan Allah, seperti Ul 6:4 Mark 12:32
Yoh 17:3 1Tim 2:5 Yak 2:19 1Kor 8:4, dsb, yang
telah saya bahas di depan.
2) Kalau
dalam Perjanjian Lama YAHWEH / YEHOVAH disebut sebagai Penebus dan
Juruselamat (Maz 19:15 78:35 Yes 43:3,11,14 47:4
49:7,26 60:16), maka dalam Perjanjian Baru, Anak Allah /
Yesuslah yang disebut demikian (Mat 1:21 Luk 1:76-79
Luk 2:11 Yoh 4:42 Gal 3:13 4:5 Tit 2:13).
3) Kalau
dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa YAHWEH / YEHOVAH tinggal di
antara bangsa Israel dan di dalam hati orang-orang yang takut akan
Dia (Maz 74:2 Maz 135:21 Yes 8:18 Yes
57:15 Yeh 43:7,9 Yoel 3:17,21
Zakh 2:10-11), maka dalam Perjanjian Baru dikatakan bahwa Roh
Kuduslah yang mendiami Gereja / orang percaya (Kis 2:4
Ro 8:9,11 1Kor 3:16 Gal 4:6 Ef 2:22
Yak 4:5).
4) Perjanjian
Baru memberikan pernyataan yang jelas tentang Allah yang mengutus
AnakNya ke dalam dunia (Yoh 3:16 Gal 4:4 Ibr
1:6 1Yoh 4:9), dan tentang Bapa dan Anak yang mengutus Roh
Kudus (Yoh 14:26 15:26 16:7 Gal 4:6).
5) Dalam
Perjanjian Baru kita melihat Bapa berbicara kepada Anak (Mark 1:11)
dan Anak berbicara kepada Bapa (Mat 11:25-26 26:39
Yoh 11:41 12:27) dan Roh Kudus berdoa kepada Allah dalam
hati orang percaya (Ro 8:26).
6) Dalam
Perjanjian Baru kita melihat ketiga pribadi Allah itu disebut dalam
satu bagian Kitab Suci.
·
Mat 3:16-17 - “(16) Sesudah dibaptis, Yesus segera
keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat
Roh Allah seperti burung merpati turun ke atasNya, (17) lalu
terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah
AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’”.
·
Mat 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa
muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus”.
·
1Kor 12:4-6 - “(4) Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh.
(5) Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. (6) Dan
ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu
yang mengerjakan semuanya dalam semua orang”.
·
2Kor 13:13 - “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih
Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian”. Dalam
Kitab Suci Inggris 2Cor 13:14.
·
Ef 4:4-6 - “(4) satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu
telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam
panggilanmu, (5) satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, (6)
satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan
oleh semua dan di dalam semua”.
·
1Pet 1:2a - “yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan
rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh,
supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan
darahNya”.
·
Wah 1:4-5 - “(4) Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di
Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari
Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari
ketujuh roh yang ada di hadapan takhtaNya, (5) dan dari Yesus
Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang
mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang
mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh
darahNya”.
Catatan:
satu hal yang perlu diperhatikan dalam ayat-ayat di atas ini adalah
bahwa urut-urutannya tidak selalu Bapa sebagai yang pertama, Anak /
Yesus sebagai yang kedua, dan Roh Kudus sebagai yang ketiga.
Urut-urutan dbolak-balik, dan ini menunjukkan kesetaraan Mereka.
Kalau Bapa memang lebih tinggi dari Anak, maka adalah mustahil bahwa
Yesus kadang-kadang ditulis lebih dulu dari Bapa, dan kalau Roh Kudus
hanya sekedar merupakan ‘tenaga aktif Allah’, maka juga merupakan
sesuatu yang mustahil bahwa ‘tenaga aktif Allah’ itu ditulis
lebih dulu dari Allahnya sendiri.
Untuk
ini ada komentar / serangan dari Saksi Yehuwa dalam buku ‘Haruskah
anda percaya kepada Tritunggal?’:
¨
“Apakah ayat-ayat ini menyatakan bahwa Allah, Kristus, dan roh
kudus membentuk suatu Keilahian Tritunggal, bahwa ketiganya sama
dalam bentuk, kekuasaan, dan kekekalan? Tidak, tidak demikian, sama
halnya menyebutkan tiga orang, seperti Amir, Budi dan Bambang,
tidak berarti bahwa mereka tiga dalam satu” (hal 23).
¨
“Ketika Yesus dibaptis, Allah, Yesus, dan roh kudus juga disebutkan
dalam konteks yang sama. Yesus ‘melihat roh Allah seperti burung
merpati turun ke atasNya’ (Matius 3:16). Tetapi, ini tidak berarti
bahwa ketiganya adalah satu. Abraham, Ishak, dan Yakub banyak kali
disebutkan bersama-sama, tetapi hal itu tidak membuat mereka menjadi
satu. Petrus, Yakobus dan Yohanes disebutkan bersama-sama, tetapi itu
tidak membuat mereka menjadi satu juga” (hal 23).
Dan
dalam buku mereka yang lain mereka juga mengatakan: “Bandingkan
1Timotius 5:21, yang menyebut Allah, Kristus dan malaikat-malaikat
bersama-sama” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’,
hal 403.
1Tim 5:21
- “Di hadapan Allah dan Kristus Yesus dan malaikat-malaikat
pilihanNya kupesankan dengan sungguh kepadamu: camkanlah petunjuk
ini tanpa prasangka dan bertindaklah dalam segala sesuatu tanpa
memihak”.
Tanggapan
/ Bantahan:
Kita
bisa menjawab serangan ini dengan berkata:
a) Jelas
bahwa doktrin Allah Tritunggal tidak bisa didapatkan seluruhnya dari
ayat-ayat tersebut. Ayat-ayat itu hanyalah salah satu dasar dari
doktrin Allah Tritunggal, sehingga kalau kita hanya menyoroti
ayat-ayat itu saja, maka mungkin sekali memang tidak bisa dihasilkan
doktrin Allah Tritunggal!
b) Memang
adanya tiga nama yang disebutkan bersama-sama tidak membuktikan bahwa
mereka itu satu. Bahkan tidak selalu membuktikan / menunjukkan
bahwa mereka setingkat. Tetapi dalam kasus-kasus tertentu, 3 nama
yang diletakkan berjajar bisa menunjukkan bahwa mereka setingkat.
Misalnya kalau dikatakan ada konperensi tingkat tinggi 3 negara, maka
kalau negara yang satu mengirimkan kepala negara, maka pasti kedua
negara yang lain juga demikian. Kalau negara yang satu mengirim
menteri luar negeri, maka pasti kedua negara yang lain juga demikian.
Jadi, kadang-kadang penyejajaran tiga nama memang bisa menunjukkan
bahwa tiga orang itu setingkat. Itu tergantung dari kontexnya;
dan karena itu harus dipertanyakan: dalam situasi dan keadaan apa
ketiga pribadi itu disebutkan bersama-sama?
Dalam
ayat-ayat di atas, Bapa, Anak, dan Roh Kudus disebutkan dalam kontext
yang sakral, seperti formula baptisan (Mat 28:19), berkat
kepada gereja Korintus (2Kor 13:13), baptisan Yesus (Mat 3:16-17),
dsb. Karena itu ayat-ayat itu bisa dipakai sebagai dasar untuk
menunjukkan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus itu setingkat.
c)
Dalam Mat 28:19 dikatakan ‘dalam nama Bapa, dan Anak,
dan Roh Kudus’.
Sesuatu
yang menarik adalah: sekalipun di sini disebutkan 3 buah nama, tetapi
kata ‘nama’ itu ada dalam bentuk tunggal, bukan bentuk jamak!
Dalam bahasa Inggris diterjemahkan name (bentuk tunggal),
bukan names (bentuk jamak). Karena itu ayat ini bukan hanya
menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu setingkat, tetapi juga
menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu adalah satu!
7)
Kontroversi tentang 1Yoh 5:7-8.
Ada
satu ayat Kitab Suci / Perjanjian Baru yang berbicara tentang
kesatuan dari tiga pribadi Allah itu, yaitu 1Yoh 5:7-8 yang
berbunyi: “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian [di dalam sorga:
Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga
yang memberi kesaksian di bumi]: Roh dan air dan darah dan ketiganya
adalah satu”.
Tetapi
perlu diketahui bahwa ayat ini, pada bagian yang ada dalam tanda
kurung tegak, sangat diragukan keasliannya, dan dianggap sebagai
suatu penambahan pada text asli Kitab Suci. Persoalannya, ada banyak
manuscript yang tidak mempunyai bagian ini. Dan
manuscript-manuscript yang mempunyai bagian ini hanyalah
manuscript-manuscript yang kurang bisa dipercaya. Karena itu, dalam
beberapa Kitab Suci bahasa Inggris, seperti NIV dan NASB, bagian ini
bahkan dihapuskan dari text Kitab Suci dan hanya diletakkan pada
footnote (= catatan kaki).
Dalam
berdebat / berdiskusi dengan Saksi-Saksi Yehuwa tentang Allah
Tritunggal, jangan menggunakan bagian ini sebagai dasar dari Allah
Tritunggal, karena:
·
Pada umumnya Saksi-Saksi Yehuwa, yang terkenal ‘ahli’ dalam hal
menyerang doktrin Allah Tritunggal, mengetahui bahwa ayat itu sangat
diragukan keasliannya. Jadi kalau saudara menggunakan ayat itu, itu
bisa justru menjadi bumerang bagi saudara!
·
Tidak fair bagi kita untuk menggunakan ayat yang kita tahu
ketidak-orisinilannya.
·
Dalam perang melawan setan, Firman Tuhan adalah senjata (pedang Roh)
bagi kita (Ef 6:17). Kalau bagian ini sebetulnya tidak termasuk
dalam Kitab Suci, maka itu berarti bahwa bagian itu juga bukan
merupakan Firman Tuhan, dan karenanya tidak cocok untuk kita gunakan
sebagai senjata.
·
Ada cukup banyak dasar Kitab Suci yang lain yang mendukung doktrin
Allah Tritunggal, yang bisa kita gunakan, untuk menegaskan dan
membela doktrin ini.
Kesimpulan:
Dalam
Kitab Suci ada ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah dan juga
ada ayat-ayat yang menunjukkan ‘kejamakan Allah’. Ada 2 sikap
extrim yang salah dalam persoalan ini:
1) Terlalu
menekankan ‘kejamakan dalam diri Allah’ dan mengabaikan
‘kesatuanNya’.
Ini
menjadi Tritheisme (= kepercayaan kepada tiga Allah). Ini salah,
karena mengabaikan ketunggalan Allah, berarti mengabaikan sebagian
dari Kitab Suci.
2) Menekankan
‘kesatuan Allah’ dan membuang / mengabaikan ‘kejamakan dalam
diri Allah’.
Kita
tidak bisa hanya menyoroti ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan
Allah, dan lalu mengatakan bahwa Allah itu tunggal secara mutlak.
Karena kalau kita melakukan hal itu, lalu apa yang akan kita lakukan
dengan ayat-ayat yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah?
Membuangnya? Mengabaikannya? Ini tentu tidak mungkin dilakukan oleh
orang yang mempercayai Kitab Suci sebagai Firman Tuhan!
Orang-orang
yang sungguh-sungguh percaya pada Kitab Suci harus memperhatikan
kedua kelompok ayat ini, dan doktrin Allah Tritunggal merupakan
satu-satunya jalan untuk mengharmoniskan kedua grup ayat tersebut.
Kalau kita mau menerima doktrin Allah Tritunggal, maka kita bisa
mengharmoniskan kedua golongan ayat tersebut. Kalau kita menolak
doktrin Allah Tritunggal, ini berarti kita harus menghadapi
kontradiksi yang tidak mungkin bisa diharmoniskan dalam Kitab Suci!
Yang mana yang menjadi pilihan saudara?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar