Saksi Yehuwa
Saksi
Yehuwa (SY, Jehovah Witnesses) adalah aliran agama yang sering secara
terbuka mengaku sebagai ‘Siswa-Siswa Alkitab’ namun juga sering mengaku
sebagai Kristen (namun ajarannya bersifat antitesa terhadap kekristenan)
dan cenderung berpraktek melalui kunjungan dari rumah-ke-rumah, dan
sekalipun SY menyiarkan keyakinan mereka juga pada penganut agama
lain, misi mereka memang diutamakan mendatangi umat Kristen yang sudah
bergereja. Karena perilaku mereka yang cukup rajin mendatangi
orang-orang di rumah mereka dan telah menimbulkan keresahan di kalangan
umat beragama umumnya karena praktek kunjungan-kunjungan ke rumah-rumah
masyrakat yang sudah beragama dan juga melakukan antitesa terhadap
beberapa aspek pemerintahan, pada tahun 1976 melalui SK Jaksa Agung
R.I., kegiatan SY dilarang. Melalui SK Jaksa Agung RI pula, pada tanggal
1 Juni 2001, SK tahun 1976 itu dicabut.
Prakteknya,
SY sekalipun secara resmi dilarang kala itu, kegiatan mereka berjalan
terus apalagi kegiatannya kurang kelihatan sebagai organisasi yang
memiliki 'gedung pertemuan' dan SY lebih aktip dalam siar agamanya
melalui pendekatan pribadi dengan kunjungan kerumah-rumah, apalagi di
era reformasi dan keterbukaan sekarang, dapat dimaklumi kalau larangan
demikian menjadi kurang efektif. Faktanya, mereka terus aktif mengadakan
pertemuan-pertemuan di gedung-gedung pertemuan umum bahkan menurut
'Buku Kegiatan 1997' (hal.29-30) yang mereka terbitkan, disebutkan bahwa
pada tanggal 19 Juli 1996 telah dibuka cabang Indonesia berupa gedung
yang dipergunakan bukan saja sebagai tempat pertemuan dan kantor pusat
kegiatan tetapi juga percetakan.
Memang
dalam era reformasi dengan demokrasinya, dan bebasnya informasi melalui
internet, sudah bukan masanya kalau umat Kristen menolak kehadiran
mereka secara resmi karena itu melanggar HAM tentunya, tetapi umat
Kristen dengan institusinya tentu tepat bila menolak mereka sebagai
bagian agama Kristen karena mereka menolak Yesus sebagai Tuhan dan
Kristus yang bangkit dan menolak Alkitab Kristen sebagai firman Allah,
jadi berbeda dengan kekristenan secara umum.
PENDIRI SAKSI YEHUWA
SY
didirikan oleh Charles Tase Russel (1852-1916) yang semula adalah
anggota gereja Presbyterian kemudian terpengaruh Adventisme soal ajaran
Akhir Zaman dan ajaran Christadelphian yang berbeda dengan ajaran
Kristen yang umum, pada tahun 1870 merasa memperoleh wahyu untuk
menyingkapkan rahasia-rahasia Alkitab dan pada tahun 1872 membentuk
kelompok pemahaman Alkitab. Setelah Russel meninggal (1916) ia
digantikan oleh Joseph Franklin Rutherford, dan pada tahun 1942
digantikan oleh Nathan Homer Knorr, menyusul tahun 1977 oleh Frederick
W. Franz. Setelah kematian Franz (1992) Milton G. Henzel memerintah
sampai sekarang. Tokoh-tokoh pemimpin ini dianggap sebagai nabi.
Ajaran
SY bukanlah merupakan exegese dari Alkitab tetapi lebih merupakan
ajaran para tokohnya. Buku utama mereka bukan Alkitab tetapi buku karya
Russel berjudul 'Studies in the Scripture' (Penyelidikan Alkitab) yang
dinilai lebih berotoritas dari Alkitab sendiri. Saksi Yehuwa merupakan
organisasi teokratis yang menekankan keterlibatan semua anggotanya dalam
siar agama, sedang nama Saksi Yehuwa adalah nama yang baru di kemudian
hari ditahun 1931 dipakai, 52 tahun setelah SY berdiri, yang diambil
dari ayat-ayat Yesaya 43:10-12
SY
sangat aktif dalam siaran radio disamping kunjungan-kunjungan ke
rumah-rumah, dan terutama propaganda literatur sangat tekankan. Banyak
buku-buku propaganda telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan
dicetak dengan harga murah tetapi dengan kualitas yang baik dan
berwarna. Buletin SY berjudul 'Menara Pengawal' dan 'Sedarlah' sangat
menarik karena dikemas begitu indah dan berisi masalah-masalah yang
hangat dihadapi manusia modern. Disamping itu traktat-traktat berwarna
banyak dicetak dan disebar luaskan.
Biasanya
tema promosi literatur SY berkisar soal penderitaan di bumi dan bahwa
baik pemerintah maupun agama-agama tidak berhasil mengatasinya, dan
hanya para Saksi Yehuwalah yang bisa menawarkan jalan keluar menuju
firdaus yang kekal. Literatur SY bersifat menyalahkan
pemerintah-pemerintah maupun agama-agama secara umum terutama agama
Katolik, dan dengan penjelasan para penyiar agama yang meyakinkan tentu
saja banyak orang menjadi tertarik, apalagi bila yang bersangkutan
sedang mengalami masalah dengan gereja yang diikutinya.
SOAL ALKITAB
Bagi
SY Alkitab terjemahan Kristen dan lebih-lebih Katolik semuanya salah
dan hanya terjemahan SY yang diberi nama 'Kitab Suci Terjemahan Dunia
Baru' (DB/New World Translation/NW) lah yang benar. Terjemahan NW
mengikuti terjemahan 'Empathic Diaglot' yang diterjemahkan oleh Benyamin
Wilson, seorang tokoh Christadelphian (1864), yaitu dengan cara
menterjemahkan tiap kata Ibrani (PL) dan Yunani (PB) (bahasa asli
Alkitab) dibawahnya dan menafsirkannya.
“Untuk
menyingkirkan sesuatu yang rupa-rupanya menjadi pertentangan di sini
marilah kita kutip salinan bahasa Gerika kata-demi-kata seperti
diperlihatkannya diantara garis-garis bacaan dalam The Emphatic
Diaglott.” (Karena Allah Itu Benar Adanya, 1960, hlm.110. Disesuaikan
dengan ejaan baru).
Tentu
saja tafsiran harfiah kata-per-kata dengan urutan demikian yang tidak
mengikuti prinsip-prinsip penerjemahan dan tatabahasa, jelas
menghasilkan teks yang bisa diartikan berbeda dengan penafsrian umumnya
di kalangan Kristen & Katolik. Apalagi dengan adanya asumsi dogmatis
bahwa semua terjemahan Kristen & Katolik adalah salah dan
terjemahan SY-lah yang benar, tentu sulit untuk membandingkan mana
terjemahan yang benar, apalagi sudah menjadi kenyataan, bahwa para
penulis ‘Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru’ bukanlah ahli-ahli yang
menguasai bahasa Ibrani dan Yunani secara akademis karena mereka menolak
belajar teologi formal. Faktanya Alkitab NW bukanlah terjemahan tetapi
lebih merupakan tafsiran (paraphrase) untuk mendukung keyakinan Saksi
Yehuwa.
Dalam
literatur SY dikemukakan alasan bahwa terjemahan mereka bertitik tolak
pada upaya meninjau kembali ayat demi ayat dan kata-kata di dalam ayat
itu yang berpeluang dijadikan tafsiran sepihak oleh pendukung doktrin
pengutip dari sumber yang asal-usulnya diragukan, dan ayat-ayat dan
kata-kata itu diluruskan sesuai sumber a.l.
dewan alkitabiah internasional, penemuan dari cambridge university dan
dari kalangan anthropologi international yang mapan dan diakui. Posisi
demikian kelihatannya meyakinkan namun bila diselidiki ternyata
sumber-sumber itu umumnya adalah kalangan SY sendiri sebab mereka
mengatakan bahwa Alkitab terbitan Katolik (Lembaga Biblika Sedunia) dan
Protestan (Lembaga Alkitab Sedunia) dianggap salah terjemahannya.
Mengenai bagaimana SY biasa menafsirkan secara tekstual dan harfiah
untuk mendukung ajaran mereka dapat dibaca dalam artikel sambungan ini.
AJARAN TENTANG ALLAH
Bagi
SY, Dunia diperintah Allah yang bernama Yehuwa yang kekal dan esa dan
memerintah secara teokratis dan di bumi diwakili oleh pemerintahan
'Saksi-Saksi Yehuwa.' Yesus bukanlah Allah melainkan titisan malaikat
Mikhael yang adalah ciptaan yang sulung dan kemudian disetarakan dengan
Allah (a god). Dengan pimpinan Yesus, Lucifer dengan kerajaan dunianya
akan dibinasakan dan Yesus
mendirikan kerajaan teokratis di bumi. Yesus diramalkan datang tahun
1914 dan disusul kerajaan 1000 tahun. Dibawah Rutherford yang keluar
dari penjaran tahun 1919, dalam pertemuan SY disebutkan bahwa
"pemerintah-pemerintah dunia maupun organisasi gereja adalah alat
iblis."
Pada
saat kedatangan Yesus akan terjadi perang Armagedon yang merupakan
perang terakhir antara Allah dan Iblis dan organisasi-organisasinya
termasuk agama, gereja dan negara. Mereka yang menolak ajaran Saksi
Yehuwa akan dimusnakan bersama Iblis dan kerajaan dunianya, dan mereka
yang menerima akan memperoleh hak sebagai bagian 144.000 umat pilihan
dalam Firdaus yang kekal dan sisanya akan menempati kerajaan teokratis
di bumi. Ketika tahun 1914 Yesus tidak datang maka diramalkan kembali
tahun-tahun 1918, 1921, 1925, 1941, 1975 dan 1992, tetapi semuanya
merupakan nubuatan kosong. (Pokok masalah perhitungan mereka adalah
dipaksakannya tahun 606/7SM sebagai tahun pembuangan umat Israel, tahun
yang tidak ada dasar historisnya, faktanya sejarah adalah tahun 587SM).
Roh
Kudus hanya dianggap 'kekuatan/daya Allah saja' jadi bukan pribadi, dan
sekalipun rumus pembaptisan Amanat Agung (Matius 28:19) menyebut tiga
nama, namun ditulis dengan nama 'Bapak dan Putra dan rohkudus' (roh
dengan huruf kecil). Jadi karena Putra (Yesus) adalah mahluk ciptaan
yang sulung (Mikhael) dan rohkudus hanya kekuatan saja maka hanya ada
satu Allah tunggal yaitu yang bernama Yehuwa.
SY
sangat alergi dengan pengajaran soal 'Allah Tritunggal' yang
dianggapnya berasal dari kepercayaan bangsa-bangsa Babil dan Mesir dan
bangsa-bangsa lain yang
mempercayai dewa-dewa pada zaman dahulu kala, dan bahwa pencipta
pengajaran tritunggal itu adalah Setan (Karena Allah itu Benar Adanya',
hlm.105). Untuk menunjang hal ini maka ayat-ayat mengenai 'Yesus yang
adalah Tuhan' ditafsirkan bahwa Yesus hanyalah suatu Ilah seperti ayat
Yohanes 1:1. (Uraian ayat ini akan dibahas pada sambungan artikel ini).
HIDUP MANUSIA & KESELAMATAN
Bagi
SY, manusia adalah jiwa sebagai gabungan debu tanah dan nafas Allah dan
hakekatnya sama dengan binatang pada umumnya. Bila manusia mati, maka
jiwa itu mati bersamanya, jadi tidak dipercayai adanya kehidupan yang
kekal, kecuali para penganut SY yang dipilih menjadi bagian Firdaus
maupun kerajaan teokratis di bumi. Kematian di dunia adalah dimasukinya
status 'tidur rohani' yang menunggu hari penghakiman.
Penebusan
Yesus Kristus di kayu salib ditolak oleh SY. Yesus mati di tiang
siksaan dan kemudian mati dan dibangkitkan dalam roh saja. Penebusan
darah Yesus ditolak dan manusia untuk menyelamatkan diri harus dicapai
dengan amal baik dan dengan menjadi SY yang menyiarkan ajaran SY untuk
memperoleh status hidup kekal dalam kerajaan teokratis atau akan
dimusnahkan. Ajaran tentang dosa, pertobatan, pengampunan, kasih, dan
darah Kristus dalam penebusan dosa diabaikan. Hakekat neraka tidak
dipercayai apalagi sebagai siksaan yang kekal. Hanya ada dua pilihan di
akhirat, hidup kekal dalam kerajaan teokratis bersama Yehuwa atau
dimusnahkan habis.
PERJUMPAAN DENGAN SAKSI-SAKSI YEHUWA
Dalam
konteks Indonesia yang memasuki alam reformasi dan keterbukaan dan
dengan adanya kemajuan media internet, maka interaksi dengan Saksi-Saksi
Yehuwa tidak lagi terhindarkan. Pelarangan secara resmi tidak menjamin
hilangnya para penganut SY dan usaha mereka dalam menyiarkan agama itu
apalagi setelah sekarang diizinkan kembali beroperasi secara resmi.
Karena itu, yang diperlukan bagi umat Kristen adalah kesiapan mereka
dalam bersenjatakan senjata-senjata rohani dan mengetahui bagaimana
cara-cara para SY dalam mendekati seseorang.
Biasanya dalam menyiarkan
agama mereka di kalangan Kristen, mereka meminta izin masuk ke rumah
dan berkenalan dengan pemilik rumah. Kemudian mereka mengajak berdiskusi
mengenai masalah dunia
dan ajaran Kristen. Awalnya memang mereka mengajak agar dibukakan
Alkitab terjemahan Kristen (LAI), kemudian menafsirkan beberapa
ayat-ayat tertentu di luar konteks dan yang ditafsirkan menurut
terjemahan dan ajaran mereka yaitu ‘Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru.’
Bila
seseorang tertarik, mereka diajak untuk mengikuti 'Persekutuan Wilayah'
dan bila makin teruji kesetiannya, mereka diajak bergabung dalam 'Balai
Kerajaan'. Disini dengan pertemuan-pertemuan marathon beberapa kali
seminggu, mereka dipersiapkan sebagai Saksi-Saksi Yehuwa yang dewasa dan
siap untuk mendidik orang lain pula. Mereka juga dilatih untuk
mengajarkan ajaran SY kepada orang lain. Dapat dimaklumi mengapa para SY
bersikap militan yaitu karena diberi peran yang besar sesuai dengan
harga diri masing-masing. Bila dalam Balai Kerajaan mereka sudah teruji
kesetiaannya barulah mereka dibaptis dengan cara diselam dan pada taraf
ini mereka sudah tidak lagi bisa diubah pandangan imannya. Perjamuan
Suci tidak diberlakukan sebagai sakramen persekutuan iman tetapi
dirayakan setahun sekali sekedar sebagai peringatan kematian Yesus.
Kebangkitan Yesus dalam daging tidak dipercaya mereka.
Para
SY yang datang kerumah-rumah adalah mereka yang terdidik secara
disiplin dan dibekali kemampuan berdebat yang luar biasa, karena itu
biasanya umat Kristen (apalagi yang awam) akan sangat sukar melayani,
dan bila mereka tidak mampu melayani perdebatan itu kemungkinan terbuka
akan tertarik ajaran tersebut. Karena SY dilatih begitu intensip maka
dalam berdiskusi mereka sudah biasa menghadapi pertanyaan dan menguasai
materi pembicaraan, karena itu umat Kristen harus berhati-hati untuk
masuk dalam percakapan dengan mereka, apalagi bila anggota SY yang
datang kalah dalam berdiskusi, biasanya anggota yang lain yang lebih
matang dan senior akan datang sampai lawan bicaranya kalah.
Cara
yang terbaik yang dapat dilakukan oleh umat Kristen adalah membekali
diri dengan senjata-senjata rohani yang diperlukan (Efs.6:10-20) seperti
Iman, Firman yang adalah pedang Roh, kebenaran, keadilan, doa &
berjaga-jaga, dan kesediaan memberitakan Injil. Sekalipun demikian bila
belum benar-benar menguasai firman Tuhan ada baiknya menghindari
perdebatan dengan SY. Justru karena menghadapi serangan yang gencar
seharusnya umat Kristen terus dengar-dengaran akan firman Tuhan dan
belajar untuk mengerti firman Tuhan dengan mendalam sehingga ia dapat
menangkis panah-panah api yang diarahkan kepadanya.
ALIRAN KULTUS (CULT)
Saksi
Yehuwa hanyalah salah satu aliran 'kultus' (cult) yang bekerja di
sekitar kekristenan, tetapi kita harus sadar bahwa dalam era reformasi
dan keterbukaaan yang didukung oleh kebebasan internet, maka umat
Kristen akan berhadapan dengan begitu banyak aliran kultus yang baru
yang ada yang ringan tetapi ada juga yang berat bahkan membius. Karena
itu tidak ada cara lain dari umat Kristen yang harus ditempuh kecuali
hidup sebagai anak Tuhan yang taat akan firman Tuhan, rajin berbakti dan
bersekutu, dan rajin berdoa sambil berjaga, dengan sikap demikian
diharapkan ajaran-ajaran kultus tidak sampai mempengaruhi iman kita yang
mula-mula.
Aliran-aliran
kultus diawal abad ke-XXI ini sangat bervariasi, ada yang ringan yang
ingin memurnikan ajaran Kristen dan makin mendekati kekristenan
Alkitabiah (Advent), ada yang fanatik (Mormon & Saksi Yehuwa), dan
bahkan ada yang rela mati bersama-sama mengikuti pimpinan mereka (Jim
Jones & Kenisah Matahari), berani berperang (David Koresj), bahkan
berani membunuh orang-orang secara massal demi keyakinan mereka akan
Armagedon (Aum Shrinkiyo). Beberapa ciri aliran kultus (cult) yang perlu
diwaspadai adalah sebagai berikut:
(1) Aliran
kultus berkisar pada ajaran tokoh-tokoh yang dikultuskan yang dianggap
sebagai nabi atau messias, dan biasanya ucapan dan perilakunya diikuti
oleh para pengikutnya dengan fanatik tanpa reserve menggantikan peran
Yesus Kristus. (SY mengkultuskan Charles Tase Russel dan tulisannya
‘Studies in Scriptures);
(2) Aliran
kultus biasanya bersikap eksklusif, bahwa merekalah umat pilihan yang
benar dan semua agama terutama Kristen adalah sesat. Karena itu mereka
mengecam gereja-gereja yang resmi yang disebut 'Susunan Kristen.' Dalam
hal SY merekalah yang dianggap termasuk kerajaan Theokratis;
(3) Adanya
semangat akan Akhir Zaman yang luar biasa, dan seperti SY sekalipun
jelas ramalan-ramalan para tokohnya selalu terbukti keliru, fanatisme
itu tetap eksis;
(4) Biasanya
aliran kultus memiliki 'Kitab' suci ucapan dan tulisan para tokohnya
yang dianggap lebih berotoritas daripada Alkitab Kristen. SY memiliki
‘Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru’ dan ‘buku karya Charles Tase Russel
(Setelah Russel meninggal diselesaikan Rutheford) berjudul ‘Studies in
Scriptures.’;
(5) Jalan
Keselamatan dalam Kristus di tolak dan biasanya ditambah-tambahi dengan
'taurat baru' apakah itu dalam bentuk memelihara hari Sabat, vegetarian,
hukum Taurat, amal baik, atau dalam kasus SY menjadi penyiar agama SY;
(6) Tetapi, ada
satu hal menarik yang tidak bersifat prinsip tetapi efektif adalah
'peran kaum awam yang aktif' dalam ikut serta menyiarkan keyakinan
mereka. SY melakukan kunjungan ke rumah-rumah penduduk;
(7) Dan, tidak
dapat disangkal bahwa aliran-aliran kultus sangat menekankan pelayanan
melalui literatur, yaitu traktat-traktat, buku, majalah maupun
brosur-brosur dan disamping itu mereka gencar melakukan siar agama
melalui internet. SY paling menonjol dalam hal ini.
Dikeluarkannya
SK pencabutan larangan akan beroperasinya aliran Saksi Yehuwa tentu
tidak perlu dikuatirkan oleh umat Kristen karena itu sejalan dengan
demokrasi yang dijalankan pemerintahan Gus Dur, namun pencabutan SK itu
jelas akan berdampak makin bebasnya mereka mengunjungi rumah-rumah semua
orang dari agama apapun karena memang misi mereka demikian, namun
dibalik itu masyarakat Indonesia menjadi tahu secara terbuka bahwa kalau
selama ini mereka yang sering keluar-masuk rumah penduduk dijadikan
stigma sebagai 'misi penginjilan Kristen' sekarang dengan terang
masyarakat akan tahu bahwa itu adalah para 'Saksi-Saksi Yehuwa', yang
juga mendatangi rumah umat Kristen sekalipun mereka mengaku sebagai
'Kristen' juga. Dalam buku doktrin mereka disebutkan:
"Sekarang
ini mereka gemar akan melakukan kewajiban yang diletakkan di atas
pundak tiap-tiap orang Kristen sejati, yaitu menyiarkan kabar kesukaan
mengenai kerajaan Allah. Dengan segala suka hati mereka pergi, dari
rumah ke rumah, di jalan-jalan besar, dan di tempat-tempat pertemuan
umum memberitakan jalan Allah menuju ke arah hidup kepada umat Katolik,
Protestan, Yahudi dan orang-orang penganut kepercayaan agama lain, atau
yang tak beragama sama sekali" (Karena Allah Itu Benar Adanya,
hlm.257-258).
Semoga
beberapa catatan ini bisa dijadikan bekal dalam perjumpaan kita dengan
aliran-aliran kultus yang akhir-akhir ini dengan rajin menyiarkan
keyakinan mereka kepada masyarakat umum khususnya umat Kristen di
Indonesia. Mereka yang ingin informasi lebih lengkap bacalah
'SAKSI-SAKSI YEHUWA, siapa dan bagaimana mereka?’ (Yayasan Kalam Hidup,
1999, cetakan ke-4).
Saksi
Yehuwa 2
PANDANGAN
TENTANG ALKITAB
Saksi-Saksi
Yehuwa (SY) menganggap bahwa Alkitab dari umat Kristen (terjemahan Indonesia
diterbitkan Lembaga Alkitab Indonesia / LAI) salah terjemahannya,
lebih-lebih terjemahan Katolik Roma 'Douay' yang diterjemahkan dari Vulgata
sangat ditentang (dalam bahasa Indonesia diterbitkan oleh Lembaga Biblika
Indonesia / LBI), karena itu SY merasa bertanggung jawab untuk
menerjemahkannya menurut versi mereka sendiri.
SY
mendasari Kitab Sucinya dari terjemahan Empathic Diaglott yang ditulis oleh
Benyamin Wilson (1864) seorang tokoh Christadelphian. Diaglott artinya dua
bahasa, cara kerjanya adalah dengan menulis terjemahan di bawah setiap kata
bahasa asli Alkitab. Versi SY kemudian disebut sebagai 'The New World
Translation' (NW). Terjemahan Perjanjian Baru diselesaikan pada tahun 1950
dan Perjanjian Lama pada tahun 1960, dan setelah direvisi, maka pada tahun
1961 diterbitkan secara lengkap. Edisi ini direvisi ulang pada tahun 1970
dan 1971 dan kemudian pada tahun 1984. Pada kata pengantar bahasa Inggeris
edisi 1961 disebutkan:
"Secara
jujur kami terdorong untuk menyebut bahwa, selagi masing-masing terjemahan
lain itu mempunyai manfaatnya, mereka telah jatuh menjadi mangsa kuasa
tradisi dalam berbagai tingkatan, konsekwesninya, tradisi agama, menjadi tua
karena waktu, telah diterima sepenuhnya tanpa tersaingi dan tidak
terselidiki. Hal-hal ini telah terjalin ke dalam terjemahan yang mewarnai
pemikirannya. Untuk menunjang ajaran agama, hal-hal yang tidak konsisten dan
tidak masuk akal telah dimasukkan dalam ajaran buku-buku yang diwahyukan.
Anak Allah mengajar bahwa tradisi buatan manusia telah membuat hukum dan
ajaran Allah tidak mempunyai kuasa dan pengaruh. Usaha dari panitia New
World Bible Translation dimaksudkan untuk menghindarkan jerat tradisi
agama." (terjemahan dari kata Pengantar 'The New Bible Translation of
the Greek Scripture, 1961).
Edisi
bahasa Indonesia kitab Perjanjian Baru disebut
'Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru'
(DB-PB) terbit pada tahun 1994 dan edisi lengkap termasuk Perjanjian
Lama diterbitkan pada tahun 1999 dengan nama 'Kitab Suci Terjemahan Dunia
Baru' (DB). SY mengemukakan bahwa terjemahan mereka bertitik tolak pada
upaya meninjau kembali ayat demi ayat dan kata-kata di dalam ayat itu yang
berpeluang dijadikan tafsiran sepihak oleh pendukung doktrin pengutip dari
sumber yang asal-usulnya diragukan, dan ayat-ayat dan kata-kata itu
diluruskan sesuai sumber a.l. dewan alkitabiah internasional, penemuan dari
cambridge university dan dari kalangan anthropologi international yang mapan
dan diakui.
Promosi
di atas kelihatannya meyakinkan namun bila diselidiki ternyata sumber-sumber
itu umumnya adalah dari kalangan SY sendiri atau dari sumber sepaham, sebab
mereka mengatakan bahwa para ahli Alkitab dibalik terbitan Katolik (Lembaga
Biblika Sedunia) dan Protestan (Lembaga Alkitab Sedunia) dianggap salah
terjemahannya. Mengenai bagaimana SY biasa menafsirkan sejara textual dan
harfiah untuk menerjemahkan dan menafsirkan Kitab Suci dan mendukung ajaran
mereka dapat dilihat pada dua contoh berikut:
NAMA
YEHUWA
Sekalipun
mereka semula menyebut diri mereka sebagai 'Siswa-siswa Alkitab' dan
penggunaan nama 'Saksi-Saksi Yehuwa' baru diresmikan pada tahun 1931, nama
Yehuwa kemudian dianggap sebagai nama Tuhan satu-satunya dan digunakan dalam
terjemahan DB dalam Perjanjian Lama (LAI menerjemahkan sebagai TUHAN),
kemudian menerjemahkan 237 kata-kata 'Kurios' (Yunani) dalam Perjanjian Baru
dengan nama Yehuwa pula (Apendiks 1, DB, hlm.2024-2025). Nama Yehuwa adalah
nama Tuhan satu-satunya dari Tuhan yang esa karena itu tidak boleh
diterjemahkan.
Sebenarnya
pendapat SY yang mengatakan bahwa nama Yehuwa adalah nama pribadi Allah
satu-satunya dan pertama kali muncul di Kejadian 2:4 tidak sesuai fakta
sejarah, sebab hal itu didasarkan versi kanon Ibrani Massoret pada abad-1
yang sekarang umum dipakai yang sudah mengalami evolusi redaksional, padahal
menurut penelitian sejarah, nama Allah semula adalah 'El' (yang menjadi
Allah dalam bahasa Arab). Nama Yehuwa (tepatnya YHWH = tetragramaton) baru
diperkenalkan kepada Musa di padang gurun (Keluaran 6:1-2), dan sekalipun
nama YHWH sudah diperkenalkanpun dalam kitab para Nabi seperti Yesaya dan
pada masa Pembuangan ke Babel, nama 'El' masih sering dipakai sebagai
sinonim bahkan pengganti YHWH. Bandingkanlah ungkapan
'Yahweh Elohe Yisrael' (Keluaran 32:27;Yosua 8:30) dengan 'El Elohe
Yisrael' (Kejadian 33:20;46:3) yang artinya 'Allahnya Israel adalah
Yahweh/El.
Fanatisme
nama YHWH bisa dilihat dalam klaim SY yang menganggap bahwa nama Yehuwa
dalam Septuaginta (LXX, terjemahan PL Ibrani ke bahasa Yunani) juga tetap
digunakan dan tidak ikut diterjemahkan. Sebagai argumentasi disebutkan bahwa
telah ditemukan 18 fragmen naskah Septuaginta dari kitab Ulangan dimana nama
YHWH masih tertulis (12 diantaranya dimuat gambarnya dalam 'Kitab-Kitab
Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru, Apendiks 1, 1994, h.410-411). Juga
dianggap bahwa dalam PB pun nama Yahweh tetap dipakai, itulah sebabnya dalam
'Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru' disebutkan 237 nama Yehuwa pula dalam
Perjanjian Baru.
Teori
yang menyebutkan bahwa Septuaginta (bahasa Yunani) itu mengandung nama YHWH
(bahasa Ibrani) berdasarkan 18 fragmen kitab Ulangan Septuaginta itu
lemah sekali, soalnya fragmen itu sendiri mengungkapkan adanya rekayasa.
Bila kita melihat dengan mata awam pun, gambar-gambar naskah itu jelas
menunjukkan bahwa huruf-huruf YHWH diselipkan diatas bekas nama lama yang
dihapus. Indikasinya: (1) Ada bekas huruf-huruf yang dihapus; (2) Jarak
hapusan itu panjangnya sama dengan kata KURIOS (terjemahan YHWH dalam bahasa
Yunani); (3) Kata YHWH yang ada disitu memiliki jarak spasi dengan
huruf-huruf sebelum dan sesudahnya, padahal tulisan Yunani kuno tidak ada
jarak antar katanya; (4) kepekatan tinta kata YHWH lebih tajam dari
kata-kata kalimat menunjukkan penambahan lebih baru; (5) Huruf-huruf YHWH
yang diselipkan itu memiliki font (bentuk dan ukuran) yang berbeda dan lebih
kecil dari huruf-huruf Yunani dalam kalimat; (6) Perlu disadari bahwa kata
Yunani ditulis dari kiri ke kanan sedangkan Ibrani dari kanan ke kiri; (7)
dan kata YHWH yang diselipkan menyiratkan sudah ada tanda bacanya, sesuatu
yang baru ada jauh sesudah masa penulisan Septuaginta. Kesimpulannya, nama 'Kurios'
dalam naskah Ulangan itu diganti dengan tulisan YHWH oleh pengikut aliran
Yahwisme (yang sangat meninggikan nama YHWH seperti SY).
Lalu
adakah kata YHWH dalam PB? Kecuali terselip dalam kata 'Haleluya' (Yah dari
YHWH, Wahyu 19:1,4), jelas tidak ada, karena PB ditulis sepenuhnya dalam
bahasa Yunani dengan perkecualian beberapa kata Aram dan pada waktu
penulisan PB, bahasa Ibrani adalah bahasa mati yang tidak digunakan dalam
percakapan sehari-hari. Ribuan naskah awal salinan PB ditemukan dan tidak
ada yang dalam bahasa Ibrani. Memang dalam penjelasan gambar fragmen-fragmen
di atas disebutkan pula bahwa Jerome (h.412) menulis bahwa Matius pernah
menulis Injil dalam bahasa Ibrani, namun kita harus sadar bahwa dalam
tulisan Jerome (misalnya juga 'Perang Yahudi' yang terkenal itu) yang
dimaksudkan dengan 'bahasa Ibrani' adalah 'bahasa Aram' yang disebutnya 'lidahnya
orang Ibrani', demikian juga terjemahan 'bahasa Ibrani' (biasa ditulis
hebraisti atau hebraik dialekto) dalam Perjanjian Baru menunjuk pada 'bahasa
Aram' yang kala itu dipakai oleh orang Yahudi Palestina.
"Bahasa
ibu orang Yahudi Palestina di waktu itu adalah Aram. Sekalipun para Rabi dan
Ahli-Kitab masih menggunakan bahasa Ibrani klasik Perjanjian Lama, untuk
mayoritas umat, ini adalah bahasa mati. ... Barangkali karena rasa bangga
yang keliru, dan kemungkinan besar karena tidak dapat membedakan ketepatan
ilmiah, bahasa Aram secara populer disebut sebagai bahasa "Ibrani".
... Bahasa percakapan umum semitik orang Yahudi palestina pada waktu Yesus
adalah Aram." (Bruce M. Metzger, The Language of the New Testament,
dalam The Interpreters Bible, Vol.7, hlm.43).
Dari
uraian Nama Yehuwa ini dapatlah kita melihat salah satu contoh bahwa apa
yang terjadi dengan Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru bukanlah penderjemahan
bahasa yang dimengerti secara benar (exegese), namun lebih banyak dilakukan
dengan memasukkan suatu doktrin yang dipercayai ke dalam terjemahan itu (eisegese).
Karena itu, adalah suatu hal yang berlebihan kalau terjemahan suatu kelompok
sempalan mengganggap salah (dan mereka sendiri yang benar) terjemahan yang
dihasilkan begitu banyak tim ahli dibalik penerjemahan yang dihasilkan
Lembaga Alkitab Sedunia dan Lembaga Biblika Sedunia.
ALLAH
ATAU SUATU ALLAH?
Salah
satu penafsiran Saksi Yehuwa (SY) yang perlu diuji adalah soal penafsiran
ayat Yohanes 1:1, dimana hasil terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia
Terjemahan Baru (LAI-TB) berbeda dengan terjemahan SY 'Kitab Suci Terjemahan
Dunia Baru' (DB), yaitu di situ disebutkan:
"Pada
mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu
adalah Allah." (LAI-TB)
"Pada
mulanya Firman itu ada, dan Firman itu bersama Allah, dan Firman itu adalah
suatu allah." (DB)
Apakah
memang terjemahan SY (DB) yang benar dan terjemahan Kristen (LAI) salah?
Kita perlu menyadari bahwa terjemahan Kristen dalam bahasa apapun bunyinya
begitu. Ataukah hal ini sekali lagi menunjukkan bagaimana SY memanipulasi
terjemahan dan memasukkan ajaran SY yaitu 'anti-Tritunggal'
ke dalam proses penerjemahan itu? Marilah kita simak!
Dari
sumber-sumber Saksi Yehuwa sendiri, dalam uraiannya pada ayat Yohanes 1:1
dikemukakan argumentasi seperti dalam sumber buku dogmatika SY berikut:
"Ayat
yang terakhir untuk dipertimbangkan dan dipergunakan membenarkan tritunggal
ialah Yohanes 1:1: "Maka pada awal pertama adalah Kalam, dan Kalam itu
bersama-sama dengan Allah, dan Kalam itulah Allah." Untuk menyingkirkan
sesuatu yang rupa-rupanya menjadi pertentangan di sini marilah kita kutip
salinan bahasa Gerika kata-demi-kata seperti diperlihatkannya diantara
garis-garis bacaan dalam The Emphatic Diaglott. Bunyinya begini: "Sejak
semula adalah Kalam itu, dan Kalam itu berada dengan Allah itu, dan suatu
allahlah Kalam itu." Dalam hal ini "Allah" ditulis dengan
kata "itu" dibelakangnya, sedangkan dalam kalimat pendek
berikutnya, yaitu suatu allahlah Kalam itu," pembaca melihat bahwa
"allah" ditulis dengan kata penunjuk yang tak tertentu "suatu"
dihadapannya. Hal itu membuktikan, bahwa pembicaraan itu mengenai dua oknum
yang bersama-sama, dan bukan dua oknum menjadi satu serta Allah yang
sama." (Karena Allah Itu Benar Adanya, 1960, hlm.110-111. Disesuaikan
dengan ejaan baru).
Hal
yang lebih jelas juga disebutkan sebagai Apendiks dalam 'Kitab-Kitab Yunani
Kristen Terjemahan Dunia Baru' (DP-PB, 1994) sebagai berikut:
"Allah
yang pada mulanya bersama-sama dengan Firman atau Logos, di sini dinyatakan
dengan kata Yunani 'ho theos', yakni, theos namun didahului oleh kata
sandang tertentu ho. Ini merupakan theos yang tertentu. ... Dalam teks
Yunani terdapat banyak predikat berupa kata sandang tunggal tanpa kata
sandang yang mendahului kata kerja. Sebagai contoh, lihat Markus
6:49;11:32;Yohanes 4:19;6:70; 8:44,48;9:17;10:1,13,33;12:6;18:37. Di
tempat-tempat ini para penerjemah memasukkan kata sandang tidak tertentu
"suatu atau seorang" [bahasa Inggeris "a"] sebelum kata
benda yang merupakan predikat agar membuat jelas ciri atau sifat dari subyek
yang bersangkutan. Karena dalam ayat-ayat demikian kata sandang tidak
tertentu dimasukkan sebelum kata benda yang merupakan predikat, dengan
alasan yang sama yang dapat dibenarkan, kata sandang tidak tertentu "suatu"
dimasukkan sebelum theos tanpa kata sandang di dalam predikat dari Yohanes
1:1 sehingga tertulis "suatu allah". Kitab Suci mendukung
kebenaran dari penerjemahan demikian." (DB-PB, 1994, hlm.414-415. Di
sini juga dikutip beberapa kutipan terjemahan yang sama yang umumnya dari
lingkungan SY sendiri).
Orang
awam dengan membaca uraian demikian kelihatannya mudah terpengaruh
pernyataan di atas yaitu bahwa bila didahului kata sandang tertentu (definitif,
dhi 'ho' dalam bahasa Yunani) maka kata itu diterjemahkan tanpa kata 'sesuatu
atau seseorang' dan menunjukkan identitas atau kepribadian, namun bila tidak
didahului kata sandang 'ho' (seperti
12 ayat yang dicontohkan dalam kutipan kedua) maka harus diterjemahkan
dengan tambahan 'sesuatu atau seseorang' sehingga dengan contoh yang sama
maka 'theos' tanpa kata sandang 'ho' dalam
Yohanes 1:1 harus diterjemahkan sebagai 'suatu allah.' Benarkah argumentasi
demikian?
Sebenarnya
argumentasi ini menunjukkan kembali suatu rekayasa untuk menurunkan derajat
Yesus agar bukan sebagai Allah namun hanya sekedar 'suatu allah'. Bila kita
membaca bahasa Yunani sebagai teks asli ayat-ayat tersebut, kata sandang
tertentu (definitif) yang digunakan dalam ayat itu bukanlah 'ho' (nominatif)
namun 'ton' (akusatif), atau lengkapnya Yohanes 1:1 dalam bahasa aslinya
Yunani dieja: "en arche en ho logos en pros ton theon kai theos en ho
logos." Theos kedua memang tidak diberi kata sandang 'ton' (akusatif)
seperti theos yang pertama, namun apakah itu berarti bahwa semua kata benda
yang tidak diberi kata sandang tertentu (definite article) harus
diterjemahkan dengan tambahan 'suatu atau seorang'?
Kalau
argumentasi ini kita ikuti maka dalam 18 ayat pertama dari teks Yohanes 1
saja kita dapat menemukan adanya 6 kata 'theos' yang juga tidak didahului
kata sandang definitif 'ton' (akusatif) yaitu ayat-ayat Yohanes 1:1,6,12,13,
dan dua kali dalam ayat 18. Ayat 1 menunjuk pada Yesus dan 5 ayat
lainnya menunjuk pada 'theos' Yehuwa.
Maka bila argumentasi SY kita ikuti maka terjemahan ke-6 ayat itu
bisa berbunyi:
"Pada
mulanya Firman itu ada, dan Firman itu bersama Allah, dan Firman itu adalah
SUATU Allah." (ayat 1, DB, 1999).
"Datanglah
seorang yang diutus SUATU Allah, namanya Yohanes." (ayat 6).
"Tetapi
semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak SUATU
Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya." (ayat 12).
"orang-orang
yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara
jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari SUATU Allah."
(ayat 13).
"Tidak
seorangpun yang pernah melihat SUATU Allah; tetapi Anak Tunggal SUATU Allah,
yang ada dipangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya." (ayat 18).
Beginilah
jadinya terjemahannya (dengan menambahkan kata SUATU) bila kita mengikuti
argumentasi SY. Allah hanya SUATU dan Yehuwa hanya SUATU Allah dan bukannya
pribadi dan identitas yang jelas! Pandangan SY sendiri dengan demikian tidak
sesuai dengan konsep kemahatunggalan Allah yang dipercayainya, sebab bila
dalam seluruh Alkitab disebutkan bahwa 'Hanya ada satu Tuhan' (Yesaya
43:11;Yohanes 17:3;1-Korintus 8:4-6) dan tidak ada Tuhan lain, maka dengan
menganggap Yesus adalah 'SUATU Allah,' berarti SY mempercayai politheisme (banyak
allah), ini bahkan bertentangan dengan hukum utama "Jangan ada allah
lain" (Keluaran 20:3) yang sangat dibela SY.
Pembahasan
ini kembali menunjukkan bagaimana Saksi Yehuwa memanipulasi penerjemahan
Alkitab dengan argumentasi yang direkayasa dan tidak konsisten, agar
terjadilah HASIL terjemahan yang mendukung keyakinan mereka bahwa tidak ada
pengajaran 'Tritunggal,' bahkan
dirasa perlu penafsiran Yohanes 1:1 dicetak sebagai Apendiks dalam
Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru.
Kita
dapat melihat bahwa sekalipun buku-buku SY penuh dengan data-data acuan dan
Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru edisi 1999 penuh dengan ayat-ayat referensi
(di kolom tengah), kenyataannya umumnya penafsiran mereka didasarkan pada
ayat-ayat tertentu yang dimengerti secara tekstual dan harfiah (yang
terjemahannya meragukan) yang bila dimengerti secara kontekstual bisa
berarti lain. Karena itu, mereka yang benar-benar mencari kebenaran perlu
mendalami Alkitab dengan benar secara hermeneutis dan kontekstual.