[by Dr Jeffrey Khoo, Translated by Yahya Salam]
Gerakan Karismatik telah mempopulerkan bahasa roh di banyak gereja. Beberapa gereja menyatakan bahwa bahasa roh telah membangkitkan kembali gereja sementara yang lain mengamati bahwa bahasa roh sebaliknya
telah menyebabkan kekacauan. Apakah orang Kristen harus berbahasa roh
saat ini? Apakah yang diajarkan Alkitab mengenai bahasa roh?
Karunia Supernatural dari Roh Kudus
Roh
Kudus adalah Pribadi yang memungkinkan seseorang untuk dapat berbahasa
roh (I Kor 12:4, 8-10). Dialah yang memutuskan karunia-karunia mana yang
perlu dimiliki seorang Kristen (I Kor 12:11). Jika bukan kehendak Roh
Kudus bahwa seseorang harus memiliki karunia bahasa roh, ia tidak dapat
memilikinya bahkan jika orang tersebut mencarinya melalui banyak berdoa
dan berpuasa. Paulus
telah menjelaskan bahwa tidak semua orang dapat mempunyai karunia yang
sama: “Apakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Apakah
mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, atau untuk
menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk
menafsirkan bahasa roh?” (I Kor 12:29-30). Pertanyaan retorik ini
mengharapkan jawaban “Tidak”. Tidak semua mempunyai karunia bahasa roh,
dan dapat berkata-kata dalam bahasa roh.
penting untuk diperhatikan bahwa saat karunia bahasa roh diberikan pada
seseorang, Roh Kudus secara supernatural memungkinkan orang tersebut
untuk berkata-kata dalam bahasa roh. Seseorang tidak perlu menjalani
pelatihan bahasa apapun supaya dapat mempraktekkan karunia ini.
Berbahasa roh bukanlah membiarkan lidah seseorang untuk “berputar”
dalam haleluyah yang
sangat cepat sampai orang tersebut bergumam. Bahasa roh yang dipelajari
sendiri dan diinduksikan sendiri seperti itu bukanlah bahasa roh yang
alkitabiah. Kemampuan berbicara dalam bahasa roh adalah pemberian Allah,
bukan buatan manusia!
Bahasa Asing atau Ocehan yang ‘indah’”?
Contoh
pertama dari berbahasa roh adalah pada saat Pentakosta, ketika Roh
Kudus memenuhi murid-murid Kristus, dan mereka mulai berkata-kata “dalam
bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka
untuk mengatakannya” (Kis 2:4). Dalam bahasa Yunani glossai (bahasa roh)
berarti “bahasa-bahasa”. Rasul-rasul pada Pentakosta secara
supernatural diperkuat untuk berkata-kata dalam bahasa-bahasa asing yang
belum pernah dipelajari mereka. Ini dibuktikan oleh fakta bahwa ketika
mereka berbicara dalam bahasa roh, orang-orang keheranan karena “mereka
masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka
sendiri (secara literal, “dialek”),” dan bertanya-tanya di antara
mereka sendiri. “Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang
Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka
berkata-kata dalam bahasa kita sendiri?” (Kis 2:6, 8). Siapakah
orang-orang yang mendengar Rasul-rasul berbicara ini? Mereka adalah
“Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus
dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libiah yang
berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik Kreta dan
orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri
tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah” (Kis 2:9-11).
Lukas, sejarawan yang diinspirasikan Roh Kudus itu, menginginkan kita
tahu bahwa ketika Rasul-rasul berbicara bahasa roh, mereka berbicara
dalam bahasa-bahasa asing atau dialek-dialek etnis. Berkata-kata dalam
bahasa roh bukanlah ocehan yang ‘indah’ atau gumaman. Karunia bahasa roh
adalah karunia bahasa-bahasa.
Sudah
diakui oleh banyak orang yang berbicara bahasa roh bahwa bahasa roh
yang digunakan mereka bukanlah bahasa manusia (yaitu bahasa asing)
tetapi bahasa malaikat (yaitu ocehan yang ‘indah’, 1 Kor 13:1).
Sepanjang yang kita tahu dari Firman Tuhan, setiap saat malaikat
berbicara, mereka melakukannya dalam bahasa manusia, yaitu, bahasa
Ibrani, Aramais, atau Yunani. Kita haruslah mengerti bahwa Paulus
menggunakan bahasa hiperbolis disini. Hiperbolis dimaksudkan untuk
melebih-lebihkan untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan. Paulus
tidak berkata bahwa ia dapat berbicara dalam bahasa malaikat (atau ada
sesuatu yang disebut bahasa malaikat), atau mengerti segala rahasia,
memiliki seluruh pengetahuan, atau memindahkan gunung. Ia berkata bahwa
bahkan jika ia dapat melakukan semua hal ini, tetapi tidak mempunyai kasih,
ia sama sekali tidak berguna. Pengertian 1 Kor 13:1-2 yang lain dari
ini berarti salah pengertian bahwa ini adakah perkataan Paulus.
mengenai berkata-kata bahasa roh bukanlah sesuatu hal yang baru. Paulus
menemukan kekacauan mutlak mengenai penggunaan karunia roh di gereja
Korintus (1 Kor 12-14). Karunia bahasa roh disalahgunakan oleh orang
Kristen di sana. Setiap anggota gereja menginginkan untuk berkata-kata
dalam bahasa roh. Jelas sekali, beberapa tidak mempunyai karunia
tersebut, tetapi berpura-pura mempunyai dengan berbicara secara
ekstatik.
Perlu dijernihkan bahwa “bahasa yang tidak dikenal” (Alkitab bahasa Indonesia –bahwa Roh; KJV – unknown tongue)
yang dibicarakan Paulus bukanlah ocehan yang ‘indah’ tetapi bahasa
asing (1 Kor 14:2). “Tidak dikenal” dalam pengertian bahwa orang yang
dikaruniai dapat berbicara dalam bahasa asing yang tidak pernah ia
pelajari atau dengar sebelumnya, dan bahasa itu tidak dapat dimengerti
oleh pendengar yang tidak tahu bahasa yang digunakan tersebut. Di dalam
keadaan biasa, ketika seseorang berbicara dalam bahasa roh di dalam
gereja asalnya sendiri, tidak seseorangpun mengerti; hanya Allah
mengerti karena Ia mengerti semua bahasa (1 Kor 14:2). Jadi seseorang
yang berkata-kata dalam bahasa roh hanya membangun dirinya sendiri,
karena jika tanpa seorang penterjemah, hanya dia sendirilah yang dapat
mengerti apa yang dikatakannya (1 Kor 14:4). Paulus menekankan
pentingnya pengertian, “Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka
mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain
juga, daripada beribu-ribu kata dengan bahasa roh” (1 Kor 14:19).
Konsep
utama yang dicoba diutarakan Paulus adalah bahwa membangun (1 Kor 14:3,
4, 5, 12, 17, 26) datang melalui pengertian (1 Kor 14:2, 7, 9, 14, 15,
16, 19). Paulus berkata bahwa bernubuat adalah lebih berharga daripada
berbahasa roh. Karunia bernubuat adalah karunia untuk dapat meramalkan
dan memberitahukan kehendak dan Firman Tuhan. Ketika seorang nabi
berbicara, ia berbicara kepada orang-orangnya dengan bahasa mereka
sendiri. Anggota-anggota gereja memperoleh berkat dari firman yang
disampaikan, karena mereka dapat mengerti berita yang disampaikan. Sang
Rasul memperjelas dengan menggunakan ilustrasi musik (1 Kor 14:7-8).
Musik adalah baru benar-benar musik hanya jika ada lagu atau melodi.
Bagaimana seseorang dapat diharapkan memberikan apresiasinya terhadap
musik jika pianis hanya memainkan satu not saja, atau suatu urutan not
yang acak yang tidak membentuk suatu lagu? Jadi kecuali seseorang
berbicara dalam sebuah bahasa yang orang lain dapat mengerti, orang
tersebut hanya menyia-nyiakan napasnya saja (1 Kor 14:9). Sebuah bahasa
mempunyai tata bahasa dan struktur sintaks bahasa yang terdiri dari kata
benda, kata kerja, kata sambung, kata depan, kata sifat dsb. Seperti
Paulus berkata, “Ada banyak, . . . macam bahasa di dunia, sekalipun
demikian tidak ada satupun di antaranya yang mempunyai bunyi yang tidak
berarti” (1 Kor 14:10). Ketika seseorang berdoa dalam bahasa roh, ia
berdoa dengan seluruh hatinya dan dengan akal bunyi (1 Kor 14:15).
Dengan perkataan lain, ia tahu bahwa ia berkata dan dapat mengenali
bahasa roh yang sesungguhnya dapat menganalisa bahasa yang
dipergunakannya dengan mengenali kata-kata berlainan yang digunakannya
serta artinya masing-masing. Roh Kudus adalah sempurna. Karunia yang
datang dariNya jugalah sempurna. Ketika pembicara bahasa roh yang
sesungguhnya diberikan kemampuan supernatural untuk berbicara dalam
bahasa asing, ia akan dapat menggunakan bahsa itu dengan sempurna. Ia
dapat berbicara. Ia dapat menuliskan isi dari pembicaraannya,
mendaftarkan perbendaharaan katanya, dan mendemonstrasikan hubungan tata
bahasa dan sintaks kata-kata tersebut. Apakah pembicara bahasa roh di
zaman modern ini dapat melakukan hal tersebut?
Karunia sebagai tanda
“Karena
itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang beriman, tetapi
untuk orang yang tidak beriman” (1 Kor 14:22). Apakah yang dimaksudkan
Paulus ketika ia berbicara bahwa “bahasa roh adalah tanda?” Di dalam
ayat 20, Paulus memperingati orang Korintus, “Saudara-saudara, janganlah
sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam
kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!” Dengan perkataan
lain, Paulus memberitahukan mereka, “Ketahuilah Alkitabmu! Tidakkah kau
tahu tujuan dari bahasa roh?” Paulus kemudian menarik perhatian mereka
kepada Perjanjian Lama. Dalam ayat 21, sang Rasul mengutip Yes
28:11-12b. Konteks Yesaya 28 adalah penghakiman. Orang-orang Israel
telah berulang-ulang berkeras kepala menolak peringatan Tuhan melalui
nabiNya. Karena mereka tidak dengar-dengaran akan Firman Tuhan yang
dikatakan kepada mereka dalam bahasa merek sendiri, yaitu, bahasa
Ibrani, mereka akan mendengarnya dalam bahasa lain, yaitu, Asyur. “Maka
mereka akan mendengarkan firman Tuhan yang begini: ‘Harus ini harus itu,
mesti begini mesti begitu, tambah ini tambah itu!’ supaya dalam
berjalan mereka telentang, sehingga luka, tertangkap dan tertawan” (Yes
28:13). Itu adalah perkataan penghukuman terhadap orang Israel yang
tidak percaya.
Oleh
karena itu, bahasa roh adalah tanda bagi orang Yahudi yang tidak
percaya. Orang Yahudi berpikir bahwa mereka adalah bangsa satu-satunya
yang diberikan keselamatan oleh
Allah. Ini adalah kesalahan konsep berpikir. Karunia bahasa roh
dimaksudkan untuk mengoreksi konsep yang salah ini. Di dalam Kisah
Rasul-rasul 10, Tuhan menginginkan Petrus untuk mengabarkan Injil kepada
Kornelius, seorang bangsa lain. Sebagai seorang berdarah Yahudi Petrus
tidak akan mempunyai hubungan dengan bangsa lain. Tetapi Tuhan berfirman
kepada Petrus di dalam penglihatannya memerintahkan dia tiga kali untuk
memakan makanan yang diklasifikasikan orang Yahudi sebagai haram (Kis
10:11-16). Hal ini untuk mempersiapkan Petrus untuk melayani Kornelius,
seorang yang haram di mata orang Yahudi. Ketika Kornelius memanggil
Petrus, dengan patuh pada Tuhan, Petrus pergi melihatnya, dan Alkitab
berkata “Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke
atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu. Dan semua orang
percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus tercengang-cengang,
karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas
bangsa-bangsa lain juga, sebab mereka mendengar orang-orang itu
berkta-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah” (Kis 10:44-46).
Ketika Petrus kembali ke Yerusalem, ia dipanggil oleh Dewan untuk
mempertanggungjawabkan kunjunganny ke bangsa lain. Rasul-rasul dan
Penatua-penatua sekerjanya marah kepadanya karena ia memberitakan ini
kepada Kornelius. Bagaimana bisa Petrus mempertahankan dirinya? Petrus
menceritakan pda mereka seluruh kejadiannya, bagaimana Allah berkata
kepadanya, dan bagaimana Roh Kudus memimpinnya ke rumah Kornelius.
Petrus bersaksi, “Dan ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke
atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita (Kis 11:15). Petrus
melihat Kornelius dan seisi rumahtangganya secara luar biasa
diselamatkan, dibuktikan dengan berbicaranya mereka dalam bahasa roh
seperti yang ia lakukan dalam Pentakosta. Petrus terus berkata, “Jadi
jika Allah memberikan karuniaNya kepada mereka sama seperti kepada kita
pada waktu kita mulai percaya kepada Yesus Kristus, bagaimanakah mungkin
aku mencegah Dia? (Kis 11:17). Apakah tanggapan Dewan Yerusalem yang
menanyai Petrus? “Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi
tenang, lalu memuliakan Allah, katanya: “Jadi kepada bangsa-bangsa lain
juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup” (Kis
11:18). Jadi inilah tujuan dari karunia bahasa roh – sebuah tanda kepada
orang Yahudi yang tidak percaya. Untuk Petrus dan orang-orang suci
Yerusalem, bahsa roh adalah tanda konfirmasi, tetapi bagi orang yang
menolak untuk percaya, itu adalah tanda penghakiman.
Apakah
masih perlu bagi Allah untuk meyakinkan orang-orang Yahudi bahwa Injil
juga diberikan kepada bangsa lain? Tidak perlu . Sekarang orang Yahudi
sudah tidak lagi mengabarkan Injil kepada bangsa lain, tetapi bangsa
lain kepada orang Yahudi! Jadi apakah tujuan dari bahasa roh sekarang?
Karena bahasa roh telah menyelesaikan tujuannya, apakah ia telah
ditiadakan?
Apakah Bahasa Roh Sudah Berakhir?
Rasul Paulus dalam abad pertama, memberitahukan orang Korintus bahwa karunia pengwahyuan seperti nubuat, bahasa roh dan pengetahuan, akan berakhir: “Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap” (1 Kor 13:8).
Sebelum
kita mendiskusikan berakhirnya bahasa roh, marilah kita mempelajari
berakhirnya nubuat dan pengetahuan dahulu. Paulus berkata bahwa nubuat
“akan berakhir,” dan pengetahuan “akan lenyap.” Perkataan “berakhir,”
dan “akan lenyap” adalah kata yang sama di dalam bahasa Yunani, katargeo,
yang merupakan kata “berakhir” yang sangat kuat. Pada dasarnya kata itu
berarti “menghancurkan” (membinasakan – 1 Kor 15:24, 26). Katakatargeo (menghancurkan)
ditulis di dalam kata pasif Yunani. Ini mengindikasikan bahwa akan ada
oknum eksternal yang akan menyebabkan nubuat dan pengetahuan berakhir.
Apakah itu elemen eksternal tersebut? Ayat 9-10 memberikan jawaban:
yaitu, “yang sempurna” (to teleion).
Apakah yang dimaksud “yang sempurna” ini? Yang dimaksud adalah
penyelesaikan kanon (yaitu 66 buku dalam Alkitab). Ketika Paulus menulis
suratnya kepada orang Korintus, Perjanjian Baru masih di dalam proses
penulisan. Seketika Alkitab selesai – buku terakhir ditulis –
pengwahyuan berakhir. Semua yang Allah inginkan manusia untuk tahu
mengenaiNya dan kita dapat ditemukan dalam Alkitab. Alkitab mempunyai
kecukupan dan otoritas. Alkitab adalah wahyu Allah kepada manusia yang
lengkap dan telah selesai (2 Tim 3:16-17, Wahyu 22:18-19).
Bagaimana
dengan bahasa roh? Paulus menuliskan bahwa bahasa roh “akan berakhir.”
Perkataan “berakhir” disini adalah bahasa Yunani pauo yang
berarti “berhenti”. Tidak seperti karunia nubuat, dan pengetahuan, yang
memerlukan kekuatan eksternal untuk mengakhirinya, karena bahasa roh
akan berhenti dengan sendirinya (kata pertengahan bahasa Yunani). Bahasa
roh akan menghilang secara otomatis dalam jangka waktu tertentu ketika
telah mencapai tujuannya. G.F. Rendal, seorang bekas Karismatik,
memberikan komentar, “Tujuan ini telah dicapai sepenuhnya ketika telah
diakui bahwa semua bangsa, dan juga ‘bangsa ini’ (orang Yahudi),
memperoleh berkata dari penyelamatan Yahweh. Ketika fakta ini dipercaya,
diterima dan tidak dilawan secara universal, karunia ini tidak lagi
diperlukan . . . Bintang-bintang, seperti semua orang tahu, terlihat dan
berguna hanya pada malam hari. Ketika matahari terbit mereka segera
menghilang. Seperti itu pula karunia bahasa roh. Berguna hanya selama
kegelapan orang Israel yang tidak percaya yang melawan penyelamatan
bangsa-bangsa. Karunia ini menghilang pada saat panggilan kepada
bangsa-bangsa lain menjadi nyata. Inilah yang mengakhiri pertahanan saya
yang terakhir” (Dari buku ‘I Speak in Tangues More Than You All’,
80-1).
Apakah
sejarah memberikan konfirmasi akan pengakhiran bahasa roh pada
permulaan gereja? Bapa Gereja yang sangat terkenal, Agustinus,
menuliskan dalam abad ke-empat, “Dalam waktu sangat awal, Roh Kudus
turun atas mereka yang percaya: dan mereka berbicara dengan bahasa roh,
yang tidak pernah mereka pelajari, ‘karena Roh Kudus memberikan mereka
kemampuan untuk mengucapkan.’ Ini adalah tanda-tanda yang berlaku waktu
itu. Karena harus ada tanda dari Roh Kudus di dalam semua bahasa, untuk
menunjukkan bahwa Injil Allah harus dikabarkan melalui semua bahasa ke
seluruh bumi. Hal itu terjadi sebagai tanda dan hal itu telah berlalu”
(Dari buku ‘Ten Homilies on the First Epistle of John,’ vol VII, The Nicene and Post-Nicene Fathers, VI, 10).
Kebangkitan besar Gereja setelah Pentakosta, yaitu, Reformasi Protestan
abad ke-16, tidak dikarakteristikkan dengan berbahasa roh, tetapi
penginjilan yang sangat berpengaruh. Luther, Calvin dan Knox tidak
berbicara dalam bahasa roh.
Rasul
Paulus mencoba untuk menempatkan hal ini ke posisi sebenarnya:
karunia-karunia milik para Rasul yang merupakan tanda (2 Kor 12:12) akan
berlalu. Mereka hanyalah karunia-karunia sementara. Gereja tidak perlu
mengejar akan hal-hal ini, malah sebaliknyha orang Kristen harus
mengejar ketiga kasih karunia Kristen tersebut: “Demikianlah tinggal
ketiga hal ini yaitu iman,
pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih”
(1 Kor 13:13). Kesementaraan karunia-karunia nubuat, bahasa roh, dan
pengetahuan dikontraskan dengan kepermanenan nilai-nilai baik iman,
pengharapan dan kasih. Penting sekali untuk memperhatikan
tiga-rangkaian argumen Paulus: (1) Nubuat, bahasa roh, dan pengetahuan
akan berakhir pada saat selesainya Alkitab, dan meninggalnya para Rasul;
(2) Iman, pengharapan dan kasih adalah kebenaran yang akan tetap ada sepanjang Zaman Gereja; (3) Iman dan
pengharapan akan direalisasikan saat Kristus kembali. Tetapi yang
terbesar dari ketiga ini adalah kasih karena kasih akan tetap
selama-lamanya karena itu adalah kebenaran surgawi.
Dapat
terlihat jelas, dalam terang Alkitab, bahwa bahasa roh dari Gerakan
Karismatik tidaklah sama dengan bahasa roh Perjanjian Baru. Mereka bukan
dari Roh Kudus yang sama. Allah tidak akan mengacaukan GerejaNya karena
Dia “tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera” (1 Kor
14:33). Apakah penyelesaian dari kekacauan Karismatik? Kuncinya adalah
kasih, karena kasih “tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi
kebenaran” (1 Kor 13:6).
Sumber: http://teologia.mystudylight.com/pengujian-bahasa-lidah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar