Secara Teologis, baptisan bisa didefinisikan sebagai suatu tindakan untuk bersatu atau berkenalan dengan seseorang, kelompok tertentu, pesan tertentu, atau kejadian tertentu.
Baptisan dalam agama misteri Yunani menghubungkan para calon penganut dengan agama tersebut.
Baptisan dalam agama Yahudi menghubungkan pemeluk agama baru itu dengan Yudaisme.
Baptisan Yohanes Pembaptis menghubungkan para pengikut Kristus dengan BeritaNya tentang kebenaran (secara kebetulan, Yohanes Pembaptis nampaknya merupakan orang pertama yang pernah membaptiskan orang lain—biasanya baptisan dilakukan sendiri). Karena Yakobus dan Yohanes dibaptis dengan Baptisan Kristus, maka berarti
Baptisan Kristus dihubungkan dengan penderitaanNya (Markus 10:38-39).
Dibaptis dengan Roh Kudus menghubungkan seseorang dengan tubuh Kristus (1 Kor 12:13) dan dengan kehidupan baru di dalam Kristus (Rm 6:1-10).
Dibaptis di dalam Musa berarti mengakui kepemimpinanannya dalam membawa orang Israel keluar dari Mesir (1 Kor 10:2).
Dibaptis bagi orang mati berarti berada di pihak kelompok Kristen dan mengambil tempat sebagai orang Percaya yang telah meninggal (1 Kor 15:29).
Baptisan Kristen berarti pengenalan terhadap berita Injil, pribadi Juruselamat, dan kelompok orang-orang percaya.
Beberapa baptisan yang disebutkan tadi tidak menggunakan air.
Bayangkan betapa menyedihkannya kita jika tidak mempunyai pengertian yang tepat tentang arti dan macam-macam baptisan.(Ryrie)
Subjek Baptisan
Apakah hanya orang percaya saja yang dibaptis atau haruskah bayi (dari orang tua yang percaya) juga dibaptis?
Pendapat yang menyetujui Baptisan anak/bayi antara lain sebagai berikut:
1. pendapat Sunat. Kolose 2:11,12 dengan jelas menghubungkan sunat dengan baptisn. Karena menurut Perjanjian Lama setiap bayi disunat, maka menurut Perjanjian Baru mereka harus dibaptiskan. Pendapat ini berdasarkan Teologi Perjanjian (Covenant Theology) yang mengandung arti bahwa sunat sebagai langkah awal untuk menerima janji keselamatan dalam Perjanjian Lama dan baptisan dalam Perjanjian Baru. Upacara ini menunjukkan keanggotaan dalam perjanjian itu, tidak perlu iman pribadi (bacalah James Buswell, A Systematic Theology of The Christian Religion [Grand Rapids: Zondervan, 1962], 2:262)
2. pendapat Historis. Sejak semula gereja mempraktikkan baptisan anak; karena itu baptisan tersebut diperbolehkan. Bapa-Bapa gereja sangat mendukung baptisan anak, seringkali menghubungkannya dengan sunat, namun fakta bahwa gereja mula-mula melakukan atau mempercayai sesuatu tidak dengan sendirinya membenarkan hal itu (membuat hal itu ALKITABIAH-sesuai ajaran Alkitab—penekanan Dede). Beberapa orang dalam gereja mula-mula mengajarkan Kelahiran Kembali melalui Baptisan, dan hal itu merupakan pengajaran BIDAT.
3. pendapat seisi rumah. Seisi rumah dibaptiskan dalam zaman Perjanjian Baru. Mungkin sekali bahwa beberapa bayi setidak-tidaknya termasuk dalam seisi rumah tersebut (Kis 11:14, 16:15,31, 18:18, 1 Kor 1:16). Beberapa orang juga mengatakan bahwa menurut 1 Kor 7:14 bukan saja mengizinkan, namun bahkan mengharapkan baptisan bayi dalam suatu rumah tangga di mana salah satu orang tuanya telah menjadi percaya.
Pihak yang menentang Baptisan bayi/anak kecil dan karena itu mendukung Baptisan untuk orang yang percaya menyatakan:
1. Bahwa Alkitab selalu mengajarkan percaya dahulu, dan kemudian baru dibaptiskan (Mat 3:2-6; 28:19; Kis 2:37,38; 16:14,15,34).
2. Bahwa Baptisan merupakan upacara yang harus dijalani orang yang hendak masuk ke dalam suatu kelompok orang percaya, gereja; karena itu, baptisan hanya boleh dilakukan bagi orang percaya. Sebaliknya, sunat memasukkan oarng (termasuk bayi) ke dalam suatu teokrasi yang di dalamnya juga terdapat orang yang tidak percaya.
3. Bahwa usia anak tidak pernah disebutkan dibagian manapun yang menyebutkan tentang baptisan seisi rumah. Tapi dikatakan bahwa semua yang dibaptis di dalam rumah itu menjadi percaya. Jadi hal ini tidak meungkin memasukkan bayi dalam baptisan tersebut.
4. Jika 1 Kor 7:14 mengizinkan atau mengharuskan baptisan anak-anak dalam satu rumah tangga/keluarga dimana salah satu orang tuanya telah percaya, maka hal itu juga akan mengizinkan atau mengharuskan baptisan bagi orang dewasa yang belum percaya.
ORANG-ORANG YANG DIBAPTIS
”Baptisan diperuntukkan bagi orang-orang yang secara pribadi dan sukarela bersedia menanggapi panggilan keselamatan. Dalam Perjanjian Baru, calon baptisan adalah orang yang akan diajar (Matius 28:20), yang telah menerima Firman Allah (Kisah 2:41), dan yang telah menerima Roh Kudus (Kisah 10:47). Beberapa orang dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya (Kisah 10:48; 16:15,33;18:8; I Kor 1:16), sehingga ada yang menafsirkan bahwa berarti bayi-bayi juga dibaptis. Telah dianjurkan bahwa baptisan bayi semacam ini sama dengan upacara sunat dalam Perjanjian Lama. Untuk menanggapi pendapat semacam ini, kami mengatakan bahwa ”seisi rumah” seperti dipakai di atas belum tentu berarti bahwa BAYI; dan selanjutnya, dalam kasus-kasus tersebut maka mereka yang dibaptis itu adalah orang-orang yang sudah mendengar pemberitaan Firman Allah (Kisah 10:44) dan percaya (kisah 16:31,34). Tidak pernah Alkitab mengajarkan bahwa bayi harus dibaptis. Penyerahan anak kepada Tuhan oleh orang tuanya merupakan cara yang lebih dapat dipertanggungjwabkan daripada baptisan bayi.” (Henry Clarence Thiessen, Teologi Sistematika, Gandum Mas)
Baptisan Ulang
Hanya ada satu contoh yang jelas tentang orang yang dibaptis 2 kali (Kis 19:1-5). Ke-12 orang ini, yang telah dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, dibaptis kembali oleh Paulus setelah mereka mepercayai berita tentang Kristus. Hal ini memberikan suatu contoh tentang perlunya konseling bagi mereka yang telah dibaptis entah sebagai bayi, remaja, atau orang dewasa yang belum percaya kepada Kristus. Hal ini juga merupakan pendapat yang menentang baptisan bayi, karena mengapa membaptis bayi, jika kemudian, setelah ia secara pribadi menerima Kristus, ia harus dibaptiskan kembali?
(Tambahan dari Dede:
Jika seorang Dibaptis Percik, kemudian diBaptis Selam alias dibaptis ulang, apakah SALAH? Jelas Tidak salah, karena ketika diBaptis Selam, masih tetap dibaptis dalam Nama yang SAMA entah itu hanya dalam nama Yesus, atau dalam nama Bapa, Anak/Putra,dan Roh Kudus.
Keyakinan bahwa Baptis Percik tidak SAH dan Tidak ALKITABIAH/tidak sesuai dengan Ajaran Alkitablah yang membuat seseorang mau dibaptis ulang atau dibaptis SELAM, atau karena meyakini cara Baptisnya TIDAK BENAR menurut Alkitab, makanya ia ingin dibaptis ulang dengan CARA YANG BENAR)
SAAT BAPTISAN
Contoh-contoh dalam Perjanjian Baru menunjukkan bahwa orang percaya dibaptiskan segera setelah mereka percaya. Tidak ada petunjuk tentang masa percobaan/katekisasi, walaupun hal semacam itu mungkin dibenarkan untuk membuktikan kemurnian iman.
CARA BAPTISAN
1. dengan cara dipercik.
Argumen dan Bukti yang diajukan
(1) beberapa upacara untuk pengudusan dalam Perjanjian Lama termasuk pemercikan (Kel 24:6,7; Im 14:7; Bil 19:4,8), dan semua ini digolongkan sebagai ”baptisan” dalam Ibrani 9;10
(2) pemercikan dengan jelas menggambarkan penyucian yang dilakukan oleh Roh Allah seperti tercatat dalam Yeh 36:25
(3) baptisan mempunyai arti tambahan (sekunder) sebagai ”membawa ke dalam pengaruh”, dan pemercikan dengan mudah dapat menggambarkan hal itu.
(4) Cara selam tidak mungkin dapat dilakukan dalam keadaan-keadaan tertentu (Kis 2:41, terlalu banyak orang; 8:38, terlalu sedikit air di padang gurun; 16:33, terlalu sedikit air di dalam rumah)
(5) Mayoritas terbesar dari gereja yang kelihatan mempraktikkan baptisan dengan cara bukan selam
2. dengan cara dituangkan atau dicurahkan
Argumen dan Bukti yang diajukan
(1) penuangan dengan baik sekali menggambarkan pelayanan Roh yang datang dan msuk ke dalam kehidupan orang percaya (Yl 2:28,29; Kis 2:17,18).
(2) Ungkapan ”ke dalam air” dan ”keluar dari air” dengan cara yang sama baiknya bisa diterjemahkan dengan ”menuju ke air” dan ”menjauhi” air. Dengan kata lain, orang yang akan dibaptis itu menuju ke air, mungkin bahkan masuk ke dalam air, tetapi tidak di bawah permukaan air seluruhnya.
(3) Lukisan-lukisan di katakombe menunjukkan orang yang sedang dibaptis sedang berdiri kira-kira setinggi pinggang di dalam air, sedangkan orang yang sedang membaptiskan menuangkan air ke atas kepala orang tadi dari sebuah bejana yang dipegangnya.
3. dengan cara SELAM
Argumen dan Bukti yang diajukan
(1) Penyelaman memang merupakan arti utama dari kata BAPTIZO. Bahasa Yunani memiliki kosakata yang berarti pemercikan (rantiso) dan penuangan yang tidak pernah digunakan untuk menjelaskan tentang baptisan
(2) Penyelaman menggambarkan dengan tepat sekali arti tentang baptisan, yaitu mati terhadap kehidupan yang lama dan bangkit dalam kehidupan baru (Rm 6:1-4)
(3) Penyelaman sangat mungkin telah dilakukan dalam setiap keadaan. Cukup tersedia banyak kolam di Yerusalem sehingga memungkinkan 3000 orang yang bertobat dibaptis (SELAM) pada Hari Pentakosta. Jalan ke Gaza itu sepi dan gersang, namun bukan berarti tak ada air. Rumah-rumah seringkali memiliki kolam-kolam di luar rumah dimana, misalnya, keluarga kepala penjara Filipi sangat mungkin telah dibaptis selam
(4) Baptisan proselit dilakukan dengan cara menyelamkan diri sendiri ke dalam sebuah tangki air. Cara baptisan seperti inilah yang mungkin biasa dilakukan dalam gereja Kristen
(5) Penuangan air, bukan pemercikan, merupakan pengecualian pertama terhadap penyelaman dan diizinkan dalam kasus untuk penderita sakit. Hal ini disebut ”baptisan klinis”. Cyprian (pada 248-258 SM) merupakan orang pertama yang menyetujui cara pemercikan. Bahkan mereka yang tidak menganut Baptis Selam menyatakan bahwa penyelaman merupakan Praktik yang umum (universal) dalam gereja pada zaman para rasul (Bacalah Calvin, Institutes, 4:15:19).
Sebuah pengamatan: Mereka yang ingin membenarkan cara pemercikan nampaknya memiliki jalan pemikiran sebagai berikut: Jika Anda dapat menunjukkan bahwa cara lain dari penyelaman (seperti penuangan/pencurahan) dipraktikkan pada awalnya, maka secara sah Anda dapat mempraktikkan pemercikan, walaupun hal itu terbukti tidak dilakukan dalam gereja pada zaman para rasul. Dengan kata lain, jika Penuangan dapat menjadi suatu alternatif lain dari cara penyelaman yang universal, maka pemercikan juga dapat. Akan tetapi, seandainya ada, bukti yang ada hanya menunjukkan bahwa penuangan (jika hal itu pernah dilakukan) dapat dinggap sama dengan penyelaman, tetapi pemercikan TIDAK DAPAT dianggap SAH sebagai BAPTISAN.
PENYELAMAN sebanyak 3 Kali: dengan cara ini orang yang dibaptiskan diselamkan sebanyak 3 kali (biasanya ke depan) untuk melambangkan hubungan dengan Tuhan Trinitas/Tritunggal.
Didache menyatakan bahwa apabila baptisan dengan cara SELAM TIDAK MUNGKIN DILAKUKAN, maka air harus dituangkan sebanyak 3 kali di atas kepala (pasal 7). Perhatikan cara ini mula-mula tidak berarti untuk menyelamkan sebanyak 3 kali, namun hanya menuangkan sebanyak 3 kali. Para pendukung cara ini menunjukkan bahwa beberapa leksikon mengatakan, BAPTIZO berarti menyelamkan ke dalam air berulang-kali (tapi beberapa leksikon tidak menyebutkan demikian). Bukti terhadap pandangan ini tidak kuat.
PENTINGNYA BAPTISAN
1. Kristus dibaptis (Mat 3:16). Walaupun arti baptisanNya berbeda sama sekali dari arti baptisan orang Kristen, namun hal itu mengandung arti bahwa kita mengikuti Tuhan apabila kita dibaptis. Harus disadari, kita tidak akan pernah mampu meniru pribadi yang tidak berdosa; namun kita harus mengikuti langkah-langkahNya, dan baptisan merupakan salah satu langkahNya (1 Petrus 2:21).
2. Tuhan menyetujui murid-muridNya untuk membaptiskan (Yoh 4:1-2).
3. Kristus memerintahkan supaya orang percaya dibaptiskan pada zaman ini (Mat 28:19). Perintah ini jelas bukan hanya untuk para rasul yang mendengarnya, namun untuk para pengikutnya di sepanjang zaman, karena Ia berjanji akan menyertai mereka senantiasa sampai pada kesudahan zaman.
4. Gereja mula-mula sangat mementingkan Baptisan (Kisah 2:38,41; 8:12,13,36,38; 9:18; 10:47,48; 16:15,33; 18:8; 19:5). Gereja mula-mula sama sekali tidak menerima orang percaya yang tetap tidak dibaptiskan.
5. Perjanjian Baru menggunakan ordonansi (upacara yang diperintahkan Tuhan untuk dilaksanakan Gereja) itu untuk menggambarkan atau melambangkan kebenaran teologis yang PENTING (Rm 6:1-10; Gal 3:27; 1 Ptr 3:21).
6. Penulis surat Ibrani mengatakan Baptisan merupakan suatu Kebenaran yang Mendasar (Ibr 6:1-2). Baptisan bukan lagi merupakan pilihan atau kurang penting bila dibandingkan dengan pengajaran tentang pertobatan, kebangkitan, dan penghakiman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar