Thursday, November 13, 2008
Oleh: Dr. Suhento Liauw
Kebanyakan
orang Kristen di Indonesia tidak mengenal Kristen Fundamentalis. Yang
dikenal adalah kaum Injili, Liberal, Pantekosta, dan Reform atau
Protestan. Tahun 70-an di mata sebagian orang Kristen Indonesia, yang
alkitabiah adalah yang Injili sedangkan yang Liberal itu salah tanpa
pengertian.
Tahun 80-an setelah Stephen Tong mendirikan Reform,
sebagian orang Indonesia yang kurang informasi berpikir yang berbau
Reform itulah yang alkitabiah. Sesungguhnya siapakah Fundamentalis,
Liberal, Injili, dll. itu? Apakah ada perbedaannya jika kita menjadi
salah satu dari mereka? Ikutilah nasehat Yakobus, "tetapi apabila di
antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya
kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan
dengan tidak membangkit-bangkit (tidak menegur), maka hal itu akan
diberikan kepadanya (1:5).
Sejak zaman
renaissance, setelah kekristenan pernah dikagetkan oleh kesesatan Gereja
Roma Katolik (GRK) yang sangat parah, ada kehausan akan kebenaran yang
alkitabiah. Pada saat itu muncul kelompok puritant, dan berbagai
kelompok yang tendensi theologisnya adalah menuju ke kebenaran Alkitab
yang murni. Semua yang dikatakan Alkitab diyakini sebagai kebenaran
absolut. Inilah KRISTEN FUNDAMENTALIS itu.
Tetapi pada akhir abad
ke-19, muncul kelompok yang tidak lagi percaya bahwa Alkitab adalah
kebenaran absolut yang tidak ada salah. Fenomena yang terhebat adalah
terbitnya Alkitab bahasa Yunani Critical Text
oleh Brooke Foss Westcott (Bishop Gereja Anglican) dan John Anthony
Hort pada tahun 1881, yang isinya penuh kesalahan tetapi diyakini
sebagai yang lebih tepat. Menurut pengeditnya kesalahan memang pada sang
penulis (Matius, Paulus dll.), bukan masalah mutu manuskrip yang mereka
jadikan patokan. Sejak saat itu Liberalisme yaitu "sikap tidak
mempercayai Alkitab sebagai kebenaran absolut yang tidak ada salah"
melanda Eropa. Angin itu bertiup kencang dan yang pertama kali
ditumbangkan adalah para theolog Jerman.
Adu argumentasi yang
tidak ada habis-habisnya antara kelompok FUNDAMENTALIS dan LIBERAL terus
berlanjut dan makin hari makin sengit. Tahun 1909, dua orang kaya
membiayai sebuah komisi yang diketuai oleh beberapa orang dan terakhir
oleh R.A.Torrey, menyusun argumentasi mewakili kelompok FUNDAMENTALIS
terhadap LIBERAL, menghasilkan 12 volume buku yang berjudul The
Fundamentals. (Buku ini ada di STT GRAPHE). Pada saat itu oleh kedua
orang kaya itu dicetak 300,000 set dan dibagi secara gratis kepada
pengkhotbah siapa saja yang menginginkannya. Peperangan doktrin tentu
semakin seru dan bukan hanya di Eropa dan Amerika melainkan juga hingga
di ladang misi.
Tahun 1947, Harold Ockenga, Rektor pertama Fuller
Theological Seminary, mendirikan kelompok yang ia sebut INJILI, katanya
untuk menjembatani kelompok Fundamental dengan Liberal. Sejak saat itu
muncullah kelompok INJILI yang memposisikan diri di tengah-tengah.
Karena posisinya di tengah, maka kadang ia seperti Fundamental dan
kadang ia seperti Liberal (berubah-ubah warna seperti bunglon). Kelompok
Injili ini maju pesat karena didukung oleh Billy Graham yang pada saat
itu sudah sangat tergiur untuk menjadi mashyur. Selain itu juga didukung
oleh Carl F.H. Henry, yang mendirikan majalah Christianity Today pada
tahun 1955. Kelompok ini berkembang terutama disebabkan oleh sikapnya
yang seperti bunglon. Ia bisa diterima oleh semua kelompok karena
fleksibilitasnya yang tinggi.
Sementara itu Gerakan Kharismatik
dimulai pada tahun 1886. Seorang Pendeta Baptis yang bernama Richard G.
Spurling dari Cokercreek, Tennessee, merasa tidak puas dengan organisasi
gerejanya sehingga ia keluar dan berusaha mendirikan gereja sendiri.
Setelah ia keluar, ia memimpin sebuah kebangunan rohani yang disertai
bahasa lidah. Kemudian ia berhasil mendirikan gereja yang disebut Church
of God (Sidang Jemaat Allah). Tahun 1898 Charles F. Parham, yang
dipanggil bapak Gerakan Pentakosta Modern, mendirikan rumah penyembuhan
Betel.
Kemudian tahun 1900 dia juga mendirikan Betel Bible College di
Topeka, Kansas. Sekolah Alkitab inilah yang dengan efektif menyebarkan
gerakan kharismatik bersama semua kelompoknya yang percaya masih ada
wahyu tambahan sesudah Alkitab (Wahyu 22:21).
Kesalahan terbesar
kelompok ini ialah mengejar Extra Biblical Authority (otoritas di luar
Alkitab), yaitu mimpi, bahasa lidah, nubuatan dan berbagai fenomenon.
Mereka percaya Allah masih menurunkan wahyu sesudah Wahyu 22:21. Dengan
demikian berarti mereka tidak percaya bahwa Alkitab adalah satu-satunya
firman Allah. Mereka tidak percaya bahwa diluar Alkitab tidak ada firman
Allah baik tertulis maupun lisan.
Kelompok Reform atau
Presbyterian adalah kelompok yang dimulai oleh John Calvin. Kelompok
Refrom dan Lutheran bisa dilihat sebagai kelompok yang sama yaitu
kelompok Protestan karena kedua-duanya melakukan protes dan keluar dari
GRK dalam waktu yang hampir bersamaan, atau setidaknya dalam suasana
yang sama. Pada awal reformasi hampir semua theolog Reform maupun
Lutheran berpandangan fundamental. Tetapi fakta menunjukan bahwa di
Eropa dan Amerika kelompok Lutheran dan Reform adalah yang paling cepat
menjadi Liberal. Boleh dikatakan bahwa Liberalisme itu muncul dari
Lutheran dan Reform. Mengapa?
Penyebab sebegitu lemahnya kelompok
Reform dan Lutheran dalam menghadapi godaan penyesatan itu sangat
mungkin karena mereka hanya mereformasi Doktrin Keselamatan
(soteriology) tanpa mereformasi Doktrin Gereja (Ecclesiology). Padahal
kesesatan Doktrin Keselamatan GRK itu dikarenakan kesesatan Doktrin
Gerejanya. Tetapi baik Calvin maupun Luther sama-sama masih tetap
memungut banyak tradisi GRK misalnya baptisan bayi dan baptisan percik
serta sistem tata-ibadah yang memakai Liturgi.
Baptisan percik
sekalipun salah tetapi tidak sebahaya baptisan bayi (pedo-baptism).
Baptisan bayi menyebabkan orang yang belum lahir baru menjadi anggota
gereja sejak bayi dan bertumbuh sebagai anggota gereja. Kalau semua
orang telah menjadi anggota gereja melalui kelahiran jasmani atau
Kristen keturunan, tentu pasti suatu hari gereja akan dipimpin oleh
orang yang belum lahir baru, dan sekolah theologi akan menghasilkan
banyak theolog tanpa lahir baru (theolog Kristen keturunan).
Sesuai
dengan berjalannya waktu, makin hari akan makin banyak theolog atau
pemimpin gereja Reform, Lutheran dan Anglikan (episkopal), atau yang
membaptis bayi, yang menjadi Liberal.
Kelompok Baptis terhitung
sebagai kelompok yang memiliki resistensi tinggi terhadap Liberalisme.
Kelihatannya rahasianya adalah tradisi anna-baptist yang menjadi
sokoh-gurunya. Tradisi Anna-baptist telah berumur dua ribuan tahun.
Sejak gereja dirusak dengan sistem Katolik (universal/Am), sekelompok
orang yang tidak rela membiarkan gereja dirusak dari dalam, memisahkan
diri. Mereka mempertahankan kemurnian kekristenan sambil mengorbankan
segala-galanya.
Gereja Roma Katolik sangat membenci mereka karena
mereka membaptis ulang orang dari GRK yang bertobat. Mereka diburu
lebih dari memburu binatang. Dan junmlah mereka yang telah dibunuh tidak
sanggup dihitung. Bahkan pada masa reformasi, mereka juga dibunuh oleh
para reformator, terutama Zwingli. Para reformator menganiaya
anna-baptist itu karena anna-baptist berkata bahwa mereka masih belum
benar sehingga orang Protestan yang mau bergabung dengan anna-baptist
diminta dibaptis ulang. Atas hal ini para reformator bukannya sadar atas
kesalahan mereka, malah tersinggung dan membunuh banyak anna-baptis.
John Bunyan, penulis buku Perjalanan Seorang Musafir, dipenjarakan oleh
gereja Anglikan selama 12 tahun, hingga meninggal, hanya karena ia
mengkhotbahkan pengajaran yang bertentangan dengan gereja Anglikan,
yaitu tidak oleh membaptis bayi dan gereja harus dipisahkan dari negara.
Setelah kebebasan beragama dijamin baik di Eropa maupun di Amerika,
anna-baptist keluar dan mendirikan gereja yang bernama BAPTIS.
Akhirnya, kelompok gereja Baptislah yang kuat
mempertahankan Fundamentalisme, yaitu sikap mempertahankan Alkitab
tanpa kompromi. Namun demikian pada abad 20 ini banyak juga gereja
Baptis yang terhanyut oleh badai liberalisme. Terlebih lagi di
Indonesia, dimana banyak gereja Baptis kehilangan hakekat inti jati
dirinya. Namun kalau theolog Baptis saja terhanyut, anda bisa
bayangkan apa yang terjadi dengan kelompok lain, terutama yang tidak
mereformasi Doktrin Gerejanya.
Fundamentalis tentu bukan hanya orang Baptis saja.
Dari kelompok lain juga ada, cuma lebih banyak dari kelompok Baptis
terutama baptis yang alkitabiah. Bob Jones, Sr. pendiri Bob Jones
University adalah pendekar Fundamentalis dari gereja Methodis. Dr.
Timothy Tow di singapore adalah Fundamentalis dari gereja
Presbytarian, dll.
Menurut hemat saya, tidak ada kelompok Kharismatik
yang tergolong ke dalam fundamentalis karena tidak mungkin benar
untuk percaya bahwa Alkitab satu-satunya firman Allah sambil
mempercayai adanya wahyu tambahan di luar Alkitab. Mereka tidak sadar
bahwa dengan mempercayai adanya nubuatan sesudah Alkitab selesai, itu
artinya percaya bahwa ada firman Allah di luar Alkitab. Biasanya
mereka akan dengan lugu berargumentasi bahwa I Kor.14:1 suruh
bernubuat, tanpa menyadari bahwa pada saat surat itu ditulis Alkitab
belum final, atau Wahyu 22:21 belum ditulis.
Di
Indonesia, Kristen Fundamentalis hampir tidak pernah dikenal. Dr. Rod
Bell, Sr. (ketua Fundamental Baptist Fellowship) bahkan berkata kepada
Dr. Suhento Liauw, "kalau nama Fundamentalis tidak harum di negara anda,
pakai istilah lain saja." Tetapi Dr. Liauw tetap memakai istilah
Fundamentalis dan mempopulerkan istilah Kristen Fundamentalis karena
percaya bahwa orang-orang di Indonesia sudah cukup pintar dan pasti
dapat membedakan dan tahu bahwa Fundamentalis Kristen itu adalah yang
sangat teguh berpegang pada Alkitab, dan kalau seseorang sangat teguh
berpegang pada Alkitab itu pasti tidak mungkin menculik orang seperti
yang dilakukan Abu Sayaf. Justru karena sangat memegang teguh Alkitablah
kaum Fundamentalis telah dianiaya sepanjang masa oleh berbagai kelompok
yang tersinggung oleh ketegasan mereka.
Sepulang dari USA, Saya
memperkenalkan Kristen Fundamentalis yang berpegang teguh pada Alkitab.
Alkitab adalah kebenaran firman Tuhan yang absolut. Diluar Alkitab tidak
ada firman Tuhan baik lisan maupun tertulis. Orang Kristen lahir baru
harus memiliki kerinduan untuk mematuhi Alkitab apapun resikonya. Inilah
seruan Dr. Liauw diantara begitu banyak prinsip yang diperjuangkan oleh
kaum Fundamentalis.
Tidak ada maksud untuk menyinggung pihak
manapun, melainkan hanya dengan tanpa rasa takut mengungkapkan
kebenaran. Dan jika kebenaran itu ternyata membuat sebagian orang
tersinggung, yang dapat kami katakan hanyalah "mohon maaf, yang
sebesar-besarnya." Itu adalah pendapat kami. Apakah mengemukakan
pendapat itu sebuah kesalahan? Apakah ada negara yang melarang orang
berpendapat? Kalau memakai akal sehat, seharusnya tidak ada.
Siapakah Kristen Fundamentalis?
Orang yang hanya percaya kepada Alkitab dan memegang teguh Alkitab tanpa kompromi, berapapun harga yang harus dibayar untuk itu*******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar