Para penginjil penganjur Teologi Sukses biasanya mengucapkan slogan-slogan kemakmuran seperti berikut:
“Kalau Mafia bisa naik mobil Lincoln Continental, mengapa anak-anak Raja tidak?” (Fred Price)
“Allah
menghendaki anak-anak-Nya makan makanan terbaik, berpakaian pakaian
terbaik, mengendarai mobil yang terbaik, dan menghendaki mereka untuk
memperoleh segala sesuatu yang terbaik.” (Kenneth Hagin)
“Saya
melihat bahwa Tuhan menghendaki kita kaya. Sebab itu saya mulai
mengkotbahkan kekayaan orang Kristen. Saya memberitahukan orang-orang
bahwa Tuhan menginginkan mereka menjadi kaya melalui iman mereka.” (Oral
Roberts)
“Tuhan
menghendaki Anda menjadi makmur dalam segala kehidupan Anda. Apakah
Anda sudah siap untuk hidup makmur? Apakah Anda butuh hidup makmur? Maka
hendaklah Anda hidup makmur.” (Edwin Louise Cole)
“Saya tidak membutuhkan emas di sorga, saya mesti memilikinya sekarang.” (Benny Hinn).
Bandingkanlah ini dengan isi Alkitab:
“Janganlah
kamu mengumpulkan harta dibumi, di bumi ngengat dan karat merusakkannya
dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkan hartamu di
sorga, di sorga ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri tidak
membongkar serta mencurinya. Karena dimana hartamu berada disitu juga
hatimu berada.” (Matius 6:19-21)
“…
mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan
ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang
menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar
segala kejahatan adalah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa
orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan
berbagai-bagai duka.” (1 Timotius 6:9-10).
Kalau begitu, tidak bolehkah pengikut Kristus mencari uang dan menjadi kaya?
Firman
Tuhan tidak melarang orang menjadi kaya, malah perumpamaan talenta
menganjurkan orang bekerja lelah untuk melipat gandakan modalnya. Namun,
janganlah kekayaan dianggap sebagai sejajar dengan iman dan kemiskinan
sebagai lawan dari iman. Banyak umat Kristen yang taat tetap miskin
sekalipun mereka bekerja keras, karena mereka menghindari dan tidak mau
terlibat suap-menyuap dalam mengejar harta. Tidak ada salahnya umat
Kristen memiliki harta kekayaan dan hidup makmur, tetapi harta
kekayaannya itu harus disyukuri sebagai pemberian Allah untuk disalurkan
dalam menolong sesama kita.
“Barangsiapa
mempunya harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan
tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih
Allah dapat tetap di dalam dirinya?” (1 Yohanes 3:17).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar