Selasa, 21 Februari 2012

NATAL, Kapan terjadinya?



    Sekalipun teolog Bruno Baur menolak bahwa Yesus pernah hidup di dunia, dan kelompok Jesus Seminar dan teolog modern menolak ke’Tuhan’annya, umat manusia secara umum mengakui bahwa Yesus pernah tinggal di Yudea dan lahir di Betlehem, namun kapan kelahiran itu terjadi?
Natal pertama tercatat secara jelas dalam Kitab Injil Matius 1:18-2:11 dan Lukas 2:1-20, peristiwa mana terjadi ketika kaisar Agustus mengeluarkan perintah sensus dimana penduduk harus mendaftar ulang di tempat asal kelahiran mereka. Dari sejarah kita mengetahui bahwa kaisar Agustus memerintah sekitar tahun 30sM – 14M. Namun, kapan ia mengadakan sensus?

    Dari data Alkitab kita mengetahui bahwa pada waktu Yesus dilahirkan, Yudea diperintah oleh raja Herodes Agung (37 – 4sM) yang kejam bahkan kita melihat kekejaman itu pada waktu ia membunuh bayi-bayi di Betlehem (Mat.2:16-18). Dari data ini kita dapat mengetahui bahwa waktunya tidak lebih lambat dari tahun 4sM, dan karena Herodes meninggal tidak lama setelah kelahiran Yesus, maka kemungkinan Yesus lahir antara tahun 6 – 4sM, dan bukan pada tahun 0.
Sekarang, pada bulan apa Yesus dilahirkan? Benarkah seperti yang dikatakan tradisi gereja yang menyebut tanggal 25 Desember? Kelihatannya bulan dan tanggal itu tidak tepat, soalnya pada bulan Desember – Januari, di Palestina, iklimnya cukup dingin dengan beberapa tempat bersalju, sehingga agaknya tidak mungkin ada bintang terang di langit dan para gembala bisa berada di padang Efrata dalam keadaan musim demikian (Luk.2:8), demikian juga tentunya kaisar Agustus tidak akan mengeluarkan kebijakan sensus dan menyuruh penduduk Yudea melakukan perjalanan jauh dalam suasana dingin yang mencekam sehingga Maria yang hamil mesti melakukannya.

   Ada pendapat selain bulan Desember itu, yaitu dikemukakan bahwa Yesus dilahirkan kemungkinannya di bulan Tishri (September – Oktober) yaitu pada hari Raya Pondok Daun, dimana iklimnya menunjang. Argumentasi ini didasarkan waktu penugasan Zakharia masuk ke Bait Allah adalah sekitar bulan Siwan (Mei – Juni) dan dengan memperhitungkan lama kandungan Elizabeth dan Maria, maka diperkirakan kelahiran Yesus terjadi pada sekitar Hari Raya Pondok Daun. Lalu mengapa diadakan pada tanggal 25 Desember?(Penulis mendukung pandangan ini, karena ini yang dinyatakan oleh Alkitab)
    
   Umat Kristen abad pertama tidak merayakan hari Natal, bagi mereka kekristenan berpusat pada rangkaian hari kematian, dengan puncak kebangkitan Tuhan Yesus Kristus yang dikenal sebagai hari Paskah. Sejak abad-3 gereja Timur (Orthodox) merayakan hari ‘Epifani’ (manisfestasi) pada tanggal 6 Januari untuk merayakan hari pembaptisan Yesus di sungai Yordan yang sekaligus mencakup peringatan akan kelahirannya. Perayaan Epifania masih dirayakan gereja Timur hingga kini dengan memberkati air baptisan dan sungai Yordan. Di gereja Barat, hari Epifani juga dirayakan untuk mengingat kunjungan para Majus, dan sejak abad-4 untuk mengenang peristiwa  sekitar manifestasi kelahiran Yesus di Betlehem.
    
    Pada tahun 274, di Roma dimulai perayaan hari kelahiran Matahari pada tanggal 25 Desember sebagai penutup festival saturnalia (17-24 Desember) karena diakhir musim salju Matahari mulai menampakkan sinarnya pada hari itu. Menghadapi perayaan kafir itu, umat Kristen umumnya meninggalkannya dan tidak lagi mengikuti upacara itu, namun dengan adanya kristenisasi masal di masa Konstantin, banyak orang Kristen Roma masih merayakannya sekalipun sudah mengikuti agama Kristen. Kenyataan ini mendorong pimpinan gereja di Roma mengganti hari perayaan ‘kelahiran Matahari’ itu menjadi perayaan ‘kelahiran Matahari Kebenaran’ dengan maksud mengalihkan umat Kristen dari ibadat kafir pada tanggal itu dan kemudian menggantinya menjadi perayaan ‘Natal.’ Pada tahun 336, perayaan Natal mulai dirayakan tanggal 25 Desember sebagai pengganti tanggal 6 Januari. Ketentuan ini diresmikan kaisar Konstantin yang saat itu dijadikan lambang raja Kristen. Perayaan Natal kemudian dirayakan di Anthiokia (375), Konstantinopel (380), dan Alexandria (430), kemudian menyebar ke tempat-tempat lain.
Dari kenyataan sejarah tersebut kita mengetahui bahwa Natal bukanlah perayaan dewa Matahari, namun usaha pimpinan gereja untuk mengalihkan umat Roma dari dewa Matahari kepada Tuhan Yesus Kristus dengan cara menggeser tanggal 6 Januari menjadi 25 Desember, dengan maksud agar umat Kristen tidak lagi mengikuti upacara kekafiran Romawi. Masa kini umat Kristen tidak ada yang mengkaitkan hari Natal dengan hari dewa Matahari, dan tanggal 25 Desember pun tidak lagi mengikat, sebab setidaknya umat Kristen secara umum merayakan hari Natal pada salah satu hari di bulan Desember sampai Januari demi keseragaman.

      Lalu bagaimana dengan istilah ‘Christmas’? Istilah ini berasal kata ‘Cristes Maesse’ yang berarti ‘misa Kristus.’ Memang harus diakui, di sini ada pengaruh budaya kafir Romawi atas ibadat Natal di gereja Barat (yang kemudian menjadi Roma Katolik) yaitu asalnya upacara kurban darah binatang di mezbah gedung pengadilan romawi yang bernama Basilika. Ini sejak pemerintahan Konstantin, Basilika dihadiahkan kepada gereja lalu patung dewa-dewi Romawi diganti menjadi patung orang-orang suci, dan upacara kurban darahnya diubah juga menjadi upacara ‘misa Kristus’, yaitu perayaan penebusan tubuh dan darah Yesus’ atau penghidupan kembali kematian dan kebangkitan Yesus disertai perjamuan kudus (ekaristi) dimana darah dan anggur dianggap berubah menjadi darah dan tubuh Yesus ketika masuk ke mulut (transubstansi). Umat Kristen tidak lagi menghias gereja dengan ‘patung’ dan melakukan ‘misa’ lagi (misa yang arti umumnya perayaan perjamuan kudus tetapi secara khusus dalam ekaristi RK diberi kandungan magis ajaran transubstansi dan penghidupan kembali pengorbanan Tuhan Yesus).
 
     “Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka yang menantikan Dia.” (Ibrani 9:28).

Tidak ada komentar: