Khasanah Gnostik adalah kumpulan tulisan yang dijilid (kodeks) dalam bahasa koptik yang ditemukan di Mesir di perpustakaan Chenoboskion yang lebih dikenal di lokasi Nag Hamadi
di tepi sungai Nil di Mesir. Penemuan itu terjadi pada tahun 1945 dan
kemudian baru pada tahun 1957 dikenal luas setelah diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggeris. Perpustakaan itu berasal dari abad-3-4M dan
berisi tulisan-tulisan berfaham Gnostik, sedangkan kita mengetahui bahwa
faham Gnostik baru berkembang sekitar abad-2-3M di sekitar Palestina.
Dalam
khasanah Gnostik di Nag Hamadi terkumpul sebanyak 13 kodeks papirus
yang dijilid dengan sampul kulit (perkamen) dan seluruhnya terdiri dari
52 traktat Gnostik, termasuk 3 karya Corpus Hermeticum dan terjemahan karya Plato ‘Republik.’ Setelah
melalui berbagai tangan di pasar gelap barang antik, sebagian besar
khasanah Gnostik itu akhirnya terkumpul dan disimpan di Museum Koptik di Kairo, Mesir. Dari khasanah Gnostik itu, 5 diantaranya disebut Injil, yang memuat percakapan Yesus yaitu Injil Thomas, Injil Filipus, Injil Maria, Injil Mesir, dan Injil Kebenaran.
Dari kelima Injil itu, Injil Thomas-lah yang paling terkenal karena
ditemukan lengkap. Injil Thomas paling diminati para penganut Jesus Seminar dan dianggap sebagai Injil Kelima (The Five Gospels, Scribner, 1996) hingga dapat dimengerti mengapa pengikut Jesus Seminar cenderung bernafaskan Gnostik juga.
Injil
Gnostik tidak ada satu pun yang sesuai dengan Injil Perjanjian Baru
dari abad-1M. Ciri khas dari Injil gnostik adalah percakapan rahasia
antara Yesus dengan murid-murid-Nya dimana ajaran gnostik diajarkan di
dalamnya.
Khasanah
atau pustaka Gnostik dimiliki komunitas Gnostik di Mesir waktu itu yang
mungkin karena adanya tentangan karya tulis mereka disembunyikan. Ajaran
Gnostik adalah ajaran mistik esoterik yang kemudian dipercayai secara
sinkretis dengan kekristenan oleh para pengikutnya. Gnostik berasal dari
bahasa yunani ‘Gnosis’ yang artinya ‘pengetahuan rahasia’ yang
diungkapkan kepada manusia. Aliran gnostik menawarkan pengetahuan
rahasia mengenai realita ilahi. Percikan atau benih ilahi yang baik itu
jatuh dari realitas yang transenden ke dua materi yang jahat, dan
terpenjara dalam tubuh manusia. Dibangunkan oleh pengetahuan rahasia,
percikan api ilahi itu dapat kembali ke dunia dimana dia sebenarnya
berasal yaitu dunia spiritual yang transenden.
Bagi
para pengikut gnostik, ada sumber kebaikan tertinggi yang disebut
pikiran Ilahi yang esa yang berada dialam spiritual diluar alam materi
ini yang pada dasarnya baik. Pikiran ilahi yang lebih rendah dipancarkan
keluar dari sumber itu secara bertingkat. Yang terakhir dari seri
pancaran itu adalah ‘Sophia’ (hikmat) yang mengandung keinginan
untuk mengetahui sumber kebaikan yang tidak diketahui itu. Keinginan ini
menghasilkan bayangan ilahi yang cacat dan jahat atau ‘Demiurge’
yang diyakini sebagai yang menciptakan alam semesta. Percikan ilahi
yang mendiami manusia jatuh ke alam materi untuk membebaskan
kemanusiaan. Orang-orang Gnostik menganggap demiurge sebagai Yahweh
Perjanjian Lama yang menciptakan langit dan bumi untuk memelihara
kemanusiaan dari keinginan mereka kembali kepada sumbernya.
Graham Stanton, ahli Perjanjian Baru Inggeris merumuskan keyakinan Gnostik Kristen secara sederhana sebagai:
“dunia
adalah tempat yang jahat diciptakan oleh Tuhan yang jahat (Yahweh), dan
yang berbalikan dari Tuhan yang benar dan Esa. Pengikut Gnostik kristen
menganggap diri mereka sebagai keturunan Tuhan yang esa itu, dan
sebagai percikan ilahi yang terkurung dalam dunia yang jahat ini.
Kristus dikirim untuk mengingatkan pengikut Gnostik mengenai hakekat
diri mereka yang sebenarnya. Kristus memberitakan rahasia (gnosis) pada
para pengikut Gnostik agar mereka dapat melepaskan diri dari dunia yang
jahat ini dan kembali kepada Tuhan yang benar.” (Gospel Truth? hlm.87).
Manusia
sebagai keturunan Ilahi yang esa itu memiliki percikan kekuatan Ilahi
itu, namun ia terkurung dalam penjara tubuh materi. Berbeda dengan
kepercayaan Kristen, gnostik mengajarkan bahwa setiap orang bisa
berhubungan dengan pikiran Ilahi itu dan keselamatan terletak dalam
membangunkan percikan api Ilahi itu dan kembali menyatu kedalam pikiran
Ilahi (pandangan mistik/kebatinan). Untuk mencapainya dibutuhkan seorang
pembimbing rohani yang dikalangan gnostik-kristen disebut Kristus.
Bagi
Gnostik, Kristus mengajarkan ucapan-ucapan rahasia sehingga mereka yang
mengerti bisa mencapai ke’Ilahi’an mereka sama seperti Kristus. Bagi
mereka, Kristus, roh Yesus yang ilahi mendiami tubuh manusia Yesus,
Yesus yang ilahi tidak mati disalib tetapi dinaikkan ke realita ilahi
dimana Ia semula berasal, bahkan dalam Second Discourse of Seth (ca
200-230) disebutkan Yesus tidak mati disalib. Karena itu pengikut
Gnostik menolak penderitaan dan kematian Yesus yang menebus manusia dan
kebangkitan tubuh.
Injil Gnostik lainnya yang ditemukan kemudian di Muhafazat El-Minya, kira-kira 300 KM disebelah utara Nag Hamadi, pada tahun 1970-an adalah Injil Yudas. Injil Yudas mulai dikenal khalayak ramai ketika pada bulan April 2006 situs web National Geographic
memuat liputan panjang soal Injil Yudas. Liputan mana juga difilmkan
dan diputar melalui media TV, dan kemudian pada bulan berikutnya dimuat
dalam versi cetak dan menjadi cover story majalah National Geographic - May 2006 dan versi Indonesianya dimuat dalam edisi National Geographic - Juni 2006.
Injil
Yudas ditemukan dalam bentuk papirus diantara tahun 1950-60 dan menurut
perhitungan waktu radiokarbon, papirus itu ditaksir berasal dari tahun
ca 220-340, dan ada yang menyimpulkan sebagai terjemahan dari naskah
asli bahasa Yunani dari tahun ca 130-180. Yang jelas, sekalipun disebut
berjudul Injil Yudas, Injil itu tidak mengklaim diri sebagai ditulis
oleh Yudas (Iskariot).
Injil
Yudas mulai menarik perhatian pada tahun 1970 ketika dicuri keluar
Mesir dan kemudian muncul ke pasar antik Jenewa pada tahun 1983, dan
mulai diperkenalkan pada konperensi Koptik di Paris pada 2004. Setahun
kemudian diberitakan bahwa naskah itu akan diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggeris, Perancis dan Jerman. Pada tahun 1999 baru diketahui sebanyak
26 halaman, kemudian berangsur-angsur dapat dikumpulkan dua-pertiga dari
naskah lengkap 62 halaman itu pada awal tahun 2006. Pada bulan April
2006, National Geographic mengumumkan selesainya terjemahan Injil Yudas
ke dalam bahasa Inggeris (terjemahan bahasa Indonesianya diterbitkan oleh Gramedia dan dirilis pada tanggal 29 Juni 2006 bersama dengan buku ‘The Lost Gospel’ (Injil yang Terhilang).
Memang, dalam catatan sejarah gereja, Irenius dari Lyons pernah menyebut mengenai Injil Yudas sebagai sejarah fiktif dalam tulisannya ‘Adversus Haereses’ (180) yang kemudian dikutip oleh Origenes dalam tulisannya ‘De Stromateis’ (230). Pada tahun 375, Epiphanes,
uskup Salamis, juga menolak Injil Yudas. Apakah Injil Yudas yang
disebutkan oleh Irenius, Origenes dan Epiphanes sama dengan Injil Yudas
yang baru ditemukan itu memang tidak pasti, yang jelas Irenius menyebut
Injil Yudas yang disebutnya sebagai sesat karena tidak merupakan fakta
sejarah dan mengandung ajaran Gnostik ini dikuatkan oleh Origenes dan
Epiphanes. Bila perkiraan perhitungan waktu penulisan Injil Yudas baru
itu benar, mungkin Injil Yudas itulah yang dimaksudkan oleh Irenius.
Isi
dari Injil Yudas memang bersifat gnostik sama halnya dengan
tulisan-tulisan yang ditemukan dalam pustaka Gnostik di Nag Hamadi. Bagi
Gnostik memang kematian Yesus diatas salib sebagai penebus tidak ada
artinya, itulah sebabnya dalam Injil Yudas kesan Yesus sebagai korban
yang disalibkan menjadi kabur dan Yudas dijadikan pahlawan. Injil Yudas
diawali kalimat berbunyi: “Isi Rahasia Wahyu yang dikatakan Yesus dalam percakapannya dengan Yudas,” dan rahasia itu juga mengungkapkan bahwa yang dimengerti para murid Yesus selama ini salah arah.
Yang
jelas, isi Injil Yudas berbalikkan dengan berita Injil yang selama ini
dipercayai gereja, misalnya ucapan Yesus yang mengingatkan para muridnya
bahwa “mereka selama ini salah jalan.“ Dalam injil ini, Yudas
digambarkan secara positif sebagai murid yang paling disukai Yesus,
setia dan taat akan perintah Yesus dan bukan sebagai seseorang yang
menyerahkan Yesus. Yesuslah yang menyuruh Yudas untuk menyerahkan diri
Yesus. Injil ini tidak mengklaim bahwa para murid lainnya setuju dengan
pemikirannya, tetapi inti Injil ini menyebutkan bahwa para murid Yesus
lainnya belum mengerti Injil yang benar yang hanya diajarkan oleh Yesus
secara rahasia kepada Yudas. Itulah sebabnya ada gambaran dalam ‘Injil
Yudas’ bahwa ia mati karena dilempari batu oleh murid-murid lainnya.
Dalam beberapa kesempatan Yesus disebutkan mengkritik para muridnya akan
ketidak acuhan mereka. Kalau begitu, apakah banyak Injil Gnostik yang
dianggap ditulis para murid Yesus yang lain seperti Injil Thomas juga
salah arah karena penulisnya kurang mengerti gnosis sebenarnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar