Mungkin Anda sering mendapat kunjungan dari beberapa orang yang menamakan dirinya Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab atau Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka biasanya datang berpasangan. Membawa sejumlah buku untuk dijual atau dibagikan secara cuma-cuma dengan sampul buku dan isi buku yang berwarna menarik. Siapakah mereka dan apakah isi kepercayaan mereka mencerminkan iman Kristen yang berlandaskan Kitab Suci?
Siapakah Saksi Yehuwa itu?
Saksi-Saksi Yehuwa adalah suatu denominasi Kristen, milenarian
(cenderung pada ajaran Kerajaan 1000 Tahun Damai), restorasionis
(pemulihan) yang dahulu bernama Siswa-Siswa Alkitab hingga pada tahun 1931. Agama ini diorganisasi secara internasional, lebih dikenal di dunia Barat sebagai Jehovah's Witnesses,
yang mencoba mewujudkan pemulihan dari gerakan Kekristenan abad
pertama yang dilakukan oleh para pengikut Yesus Kristus. Saksi-Saksi
Yehuwa sendiri bukanlah suatu sekte, mereka tidak pernah memisahkan
diri dari gereja atau kelompok besar manapun. Wewenang tertinggi
kehidupan mereka berdasarkan hukum-hukum dan prinsip-prinsip dari Kitab
Suci atau Alkitab[1].
Secara resmi pengajaran Saksi-Saksi
Yehuwa di Indonesia dilarang melalui Surat Keputusan Jaksa Agung Nomor
129 Tahun 1976, lewat SK itu, Jaksa Agung telah melarang kegiatan
Saksi Yehuwa atau Siswa Alkitab di seluruh wilayah Indonesia. Sebab,
Saksi Yehuwa memuat hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan hukum
yang berlaku, seperti menolak salut bendera dan menolak ikut
berpolitik. Ajaran yang mereka yakini juga dianggap bertentangan dan
menyimpang dari kebijaksanaan dan politik pemerintah RI dan dianggap
meresahkan karena perilaku penyebaran agama.
Pengikut yang cukup rajin mendatangi orang-orang dari rumah ke rumah, hal ini telah menimbulkan keresahan di kalangan umat beragama umumnya karena praktek kunjungan-kunjungan ini dilakukan ke rumah-rumah masyarakat yang sudah beragama. Mereka juga melakukan antitesa terhadap beberapa aspek pemerintahan. Pada Februari 1994 ada upaya untuk mencabut SK ini dengan berlandaskan Pasal 29 UUD 1945, Tap MPR Nomor XVII/1998 tentang HAM, dan Instruksi Presiden No. 26 Tahun 1998. Pada 1 Juni 2001 SK ini kemudian dicabut. Walaupun begitu, sebenarnya sejak tanggal 19 Juli 1996, Saksi-Saksi Yehuwa telah membuka kantor cabang Indonesia berupa gedung yang dipergunakan sebagai tempat pertemuan dan pusat kegiatan[2].
Pengikut yang cukup rajin mendatangi orang-orang dari rumah ke rumah, hal ini telah menimbulkan keresahan di kalangan umat beragama umumnya karena praktek kunjungan-kunjungan ini dilakukan ke rumah-rumah masyarakat yang sudah beragama. Mereka juga melakukan antitesa terhadap beberapa aspek pemerintahan. Pada Februari 1994 ada upaya untuk mencabut SK ini dengan berlandaskan Pasal 29 UUD 1945, Tap MPR Nomor XVII/1998 tentang HAM, dan Instruksi Presiden No. 26 Tahun 1998. Pada 1 Juni 2001 SK ini kemudian dicabut. Walaupun begitu, sebenarnya sejak tanggal 19 Juli 1996, Saksi-Saksi Yehuwa telah membuka kantor cabang Indonesia berupa gedung yang dipergunakan sebagai tempat pertemuan dan pusat kegiatan[2].
Para Pendiri Saksi Yehuwa
Charles Taze Russell
Lahir Tgl 16 Februari 1852 dan wafat
Tgl 31 Oktober 1916. Dikenal sebagai orang Kristen Restorasi terkemuka
di awal Abad XX yang memulai pelayanannya di Pittsburgh, Pennsylvania
Amerika dan pendiri dari apa yang sekarang disebut Gerakan Siswa
Alkitab darimana Saksi Yehuwa dan sejumlah kelompok Siswa Alkitab
bermunculan setelah kematiannya.
Dimulai pada bulan Juli tahun 1879 ketika dia mulai menerbitkan jurnal keagamaan bulanan dengan nama Zion's Watch Tower and Herald of Christ's Presence (Menara Pengawal Sion dan Kehadiran Bentara Kristus). Jurnal ini sekarang berubah nama The Watchtower Announcing Jehovah's Kingdom
(Deklarasi Menara Pengawal dari Kerajaan Yehuwa) dan diterbitkan
setengah bulan sekali. Pada tahun 1881 dia menjadi asisten pendiri Zion's Watch Tower Tract Society (Risalah
Masyarakat Menara Pengawal Sion) dan pada tahun 1884 badan hukum
organisasi tersebut secara resmi didaftarkan ulang kembali dimana Russel
terpilih sebagai direktur. Russel banyak menuliskan artikel, buku,
brosur, pamflet dan kotbah yang keseluruhannya diperkirakan ada 50.000
cetakan. Dari tahun 1886 sampai 1904 Russel menerbitkan enam volume
pelajaran Kitab Suci berseri yang semula dinamakan Millennial Dawn (Permulaan Milenium) yang kemudian diberi nama baru Studies in the Scriptures
(Pelajaran-pelajaran dalam Kitab Suci) yang menghabiskan hampir 20
juta copi yang telah dicetak dan disebarluaskan ke seluruh penjuru
dunia dalam berbagai bahasa selama hidupnya (Volume ketujuh telah
dituliskan dan diterbitkan oleh Joseph Rutherford pada tahun 1917).
Masyarakat Menara Pengawal (The Watch Tower Society) menyatakan secara
resmi bahwa penerbitan tulisan-tulisan Russel berhenti pada tahun 1927
meskipun buku-bukunya berlanjut diterbitkan oleh beberapa kelompok
independen semenjak tahun itu.
Russel adalah figur kharismatik
(seorang yang memiliki karisma) namun mengklaim tidak memiliki
pewahyuan khusus atau penglihatan bagi pengajarannya dan tidak
memiliki otoritas khusus atas apa yang dimilikinya. Dia menyatakan
bahwa dia tidak hendak mendirikan denominasi baru namun sebaliknya
hany berniat mengumpulkan bersama-sama diantara mereka yang mencari
kebenaran Firman Tuhan “selama masa penuaian”. Dia menuliskan bahwa
“kebenaran nyata yang dibentangkan” dalam ajarannya berkaitan dengan
“fakta sederhana bahwa waktu Tuhan telah datang dan jika saya tidak
berbicara dan tidak ada perantara lain ditemukan maka batu-batu itu
akan berteriak”. Dia melihat dirinya sendiri – dan semua orang-orang
Kristen diurapi oleh Roh Kudus- sebagai “penyambung lidah Tuhan”
(God's mouthpiece) dan sebagai Duta Mesias. Dalam karirnya di kemudian
hari dia menerima tanpa sangkalan bahwa banyak Siswa Alkitab
memandang dirinya sebagai “pelayan yang setia dan bijaksana” sebagaimana
dikatakan dalam Matius 24:25 dan dia digambarkan oleh Menara Pengawal
(Watch Tower), setelah kematiannya sebagai yang telah menjadi “pemimpin dari semua Tuan yang baik”.
Setelah Russel meninggal, krisis
kepemimpinan mengitari direktur baru dari komunitas tersebut. Joseph
Rutherford kemudian menghasilkan perpecahan gerakan secara luas.
Sebanyak tiga per empat dari Siswa Alkitab yang diperkirakan berjumlah
50.000 yang telah bergabung pada tahun 1917 telah meninggalkan
organisasi tersebut pada tahun 1931 dan menghasilkan formasi kelompok
baru yang mempertahankan nama Siswa Alkitab (Bible Students) secara
bervariasi. Mereka yang tetap mempertahankan persekutuan dengan
Masyarakat Menara Pengawal (Watch Tower Society) kemudian mengadopsi
nama dengan Saksi Yehuwa (Jehovah's witnesses) pada tahun 1931.
Sementara itu beberapa dari antara mereka yang bertalian dengan
komunitas tersebut membentuk kelompok mereka sendiri termasuk Pastoral Bible Institute (Institut Penggembalaan Alkitab) pada tahun 1918, the Layman's Home Missionary Movement (Gerakan Pelayanan Rumah dari Golongan Awam) pada tahun 1919 serta Dawn Bible Students Association (Asosiasi Siswa Alkitab Permulaan) pada 1929[3].
Namun kehidupan pribadi Russel banyak
berhadapan dengan sejumlah persoalan yang bertentangan dengan
ajarannya sendiri. Istri Russel pernah menuntut cerai karena Russel
memiliki hubungan dengan seorang wanita bernama Rose Ball. Istrinya
tidak diperkenankan bercerai atas dasar perzinahan, tetapi boleh atas
dasar “keangkuhan” dan “tindakan sewenang-wenang” dari pihak sang
suami, yang menjadikan hidup sang istri tak tertahankan”[4]. Beberapa
masalah lainnya adalah penangkapan Russel karena dia memindahkan hak
milik harta bendanya kepada perseroan-perseroan dan lembaga-lembaga
yang dikuasainya secara mutlak. Hal itu dilakukan untuk menghindarkan
diri dari membayar biaya penyelesaian cerai dengan istrinya. Tidak
hanya itu, salah satu surat kabar di New York pernah menuduh bahwa
Russel menjual “gandum ajaib” seharga empat kali lipat dari harga
pasaran. Ketika dia diperkarakan ke pengadilan dia mengakui bahwa
dakwaan itu mengandung unsur-unsur kebenaran[5]
Joseph Franklin Rutherford
Lahir Tgl 8 November 1869 dan wafat
pada Tgl 8 januari 1942 dan dikenal sebagai “Hakim” Rutherford yang
merupakan direktur ketiga dari Watch Tower Bible and Tract Society dan
memainkan peranan penting dalam perkembangan organisasi dan doktrin
dari Saksi Yehuwa yang muncul dari gerakan Siswa Alkitab yang
didirikan oleh Charles Taze Russell.
Rutherford memulai karir dalam bidang
hukum, bekerja sebagai penulis cepat di pengadilan, pengacara (trial
lawyer) dan jaksa penuntut. Dia mulai menaruh minat dalam doktrin dari
direktur Watch Tower Society bernama Charles Taze Russell yang
menuntunnya bergabung dengan gerakan Siswa Alkitab dan dibaptis pada
tahun 1906. Dia ditetapkan sebagai penasihat hukum (legas counsel)
bagi Watch Tower Society pada tahun 1907 dalam perjalanannya kemudian
membawa dia sebagai direktur terpilih pada tahun 1917. Awal
kepemimpinannya ditandai oleh perselisihan diantara dewan direktur
Watch Tower Society, dalam mana empat dari tujuh anggota dewan
direktur mengecam sikap otoriter Rutherforf dan meminta dia mengurangi
kekuasaanya. Hasil dari krisis kepemimpinan tersebut memisahkan
komunitas Siswa Alkitab tersebut dan menyumbangkan hilangnya sepertujuh
pengikut sejak 1919 sebanyak 75% pada tahun 1931. Rutherford dan enam
eksekutif lainnya dari Watch Tower pernah dipenjara pada tahun 1918
setelah adanya tuntutan terhadap penerbitan The Finished Mystery yaitu sebuah buku yang dianggap “membangkang” (seditious) karena komentar-komentar anti perangnya.
Rutherford memperkenalkan banyak
perubahan di bidang organisasi dan doktrin yang menyumbangkan bentuk
kepercayaan dari Saksi Yehuwa. Dia mengadakan struktur administrasi
terpusat dalam gerakan Siswa Alkitab di seluruh dunia yang kemudian
dia namakan sebuah Teokrasi yang menuntut semua pengikut untuk
mengedarkn literatur melalui kotbah pintu ke pintu dan menyediakan
laporan berkala dari aktifitas mereka. Dia juga mendirikan program
pelatihan untuk berbicara di depan umum sebagai bagian dari pertemuan
ibadah mingguan. Dia menetapkan bahwa tahun 1914 sebagai saat
kembalinya Mesias secara tidak nampak dan menyatakan bahwa kematian
Mesias bukan di kayu salib melainkan di atas pohon. Kemudian
memformulasi konsep Saksi Yehuwa mengenai Harmagedon sebagai peperangan
Tuhan terhadap orang fasik dan memperkuat kepercayaan bahwa
pemerintahan Kerajaan Seribu Tahun dari Mesias telah dekat. Dia
memerintahkan kepada para pengikutnya agar tidak memelihara perayaan
tradisional seperti Christmass (Natal) dan perayaan Ulang Tahun
Kelahiran. Melarang menghormat kepada bendera atau menyanyikan lagu
kebangsaan. Dia memperkenalkan nama “Saksi Yehuwa” pada tahun 1931 dan
istilah “Balai Kerajaan” sebagai rumah peribadahan pada tahun 1935.
Dia telah menulis sebanyak dua puluh satu buku dan dihargai oleh Watch
Tower pada tahun 1942 dengan penyebaran hampir 400 juta buku dan
buklet. Meskipun terjadi pengurangan signifikan selama tahun 1920-an,
secara keseluruhan anggota berkembang lebih dari enam kali lipat pada
akhir dua puluh lima tahun Rutherford menjabat sebagai direktur[6].
Pokok Ajaran Saksi Yehuwa
Saya akan batasi pokok pembahasan
ajaran Saksi Yehuwa dalam hal “Nama Tuhan”, “Kristologi” (dokrin
tentang Mesias), ”Soteriologi” (doktrin tentang Keselamatan)
”Eskatologi” (doktrin tentang Akhir Zaman), “Pneumatologi” (doktrin
Roh Kudus) dan beberapa aspek ajaran lainnya. Berikut pokok ajaran
Saksi Yehuwa:
1. Ketuhanan
Saksi Yehuwa menolak istilah Tritunggal
dan menolak essensi kesetaraan Bapa, Anak, Roh Kudus sebagai
personifikasi YHWH, Firman dan Roh-Nya.
“Jadi, ke-39 buku dari Kitab-Kitab
Ibrani ataupun kanon dari ke-27 buku yang terilham dari Kitab-Kitab
Yunani Kristen tidak ada memuat ajaran yang jelas mengenai
Tritunggal...Jadi bukti dari Alkitab dan dari sejarah membuat jelas
bahwa Tritunggal tidak dikenal sepanjang zaman Alkitab dan selama
beberapa abad setelahnya...Jadi dibutuhkan waktu berabad-abad sejak
zaman Kristus bagi Tritunggal untuk dapat diterima secara luas dalam
susunan Kristen. Dan dalam semua hal tersebut, apa yang membimbing
keputusan-keputusannya? Apakah Firman (Tuhan) atau apakah pertimbangan
para pendeta dan politik? Dalam Origin and Evolution of Religion,
E.W. Hopkins menjawab: Definisi ortodoks yang terakhir dari tritunggal
sebagian besar adalah masalah politik gereja”[7]
2. Nama Tuhan
Saksi Yehuwa memperjuangkan eksistensi
nama Tuhan bernama Yehuwa yang termuat dalam 7000 tempat di Kitab Suci
TaNaKh atau lazim disebut Perjanjian Lama oleh Kekristenan.
“Demikian pula dengan nama (Tuhan).
Tidak diketahui dengan tepat bagaimana kata itu diucapkan, meskipun
beberapa sarjana berpikir bahwa ‘Yahweh’ itu benar. Namun bentuk
‘Jehovah’ (Yehuwa) telah dipakai berabad-abad dan paling luas dikenal.
Akan tetapi apakah kita seharusnya menggunakan nama (Tuhan) meskipun
kita mungkin tidak mengucapkannya dengan tepat sebagaimana
ucapan-ucapan semua? Kita menggunakan nama-nama orang lain dalam
Alkitab meskipun tidak diucapkan dengan cara yang sama seperti dalam
bahasa Ibrani asli. Misal, nama Yesus diucapkan ‘Yeshua’ dalam bahasa
Ibrani. Demikian pula sepatutnya orang menggunakan nama (Tuhan) yang
dinyatakan dalam Alkitab, tidak soal apakah kita mengucapkan ‘Yahweh’,
‘Yehuwa’ atau dengan cara lain yang umum dalam bahasa kita”[8]
“(Tuhan) memberi diri-Nya sebuah
nama yang penuh makna. Nama-Nya, Yehuwa, menunjukkan bahwa (Tuhan)
dapat memenuhi janji apapun yang Ia buat dan dapat melaksanakan apapun
yang telah Ia tetapkan. Nama (Tuhan) itu unik, lain daripada yang
lain. Hanya Dialah yang memiliki nama itu. Yehuwa unik dalam banyak
hal”[9]
3. Kristologi
Sekalipun Yesus Sang Mesias mendapat
tempat terhormat dalam pengajaran Saksi Yehuwa dan menjalankan fungsi
penebusan yang menyediakan kehidupan kekal, namun kedudukan Yesus
hanyalah mahluk ciptaan pertama yang keberadaannya sudah terlebih
dahulu ada sebelum langit dan bumi ada dan setara dengan malaikat
ciptaan Yehuwa. Dalam derajat tertentu, Yesus disetarakan dengan
Hikmat dalam Kitab Amsal.
“Jadi sebelum dilahirkan di bumi
sebagai manusia, Yesus sudah ada di surga sebagai pribadi roh yang
penuh kuasa. Ia mempunyai tubuh yang tidak dapat dilihat manusia
seperti halnya (Tuhan)...Sebelum datang ke bumi, Yesus disebut Firman
dari (Tuhan). Gelar ini memperlihatkan bahwa di Surga ia melayani
sebagai pribadi yang berbicara mewakili Tuhan. Ia juga disebut ‘Anak
yang sulung’ dari (Tuhan) maupun Anak-Nya “yang tunggal” (Yoh 1:14;
3:16, Ibr 1:6). Ini berarti bahwa ia diciptakan sebelum dunia semua
putra rohani lainnya dari Tuhan dan bahwa ia adalah satu-satunya yang
langsung diciptakan oleh Tuhan. Alkitab menjelaskan bahwa Putra ‘yang
sulung’ ini ikut bersama Yehuwa dalam menciptakan perkara-perkara lain
(Kol 1:15-16)”[10]
“Alkitab mengajarkan bahwa Yesus
hidup di surga sebelum ia datang k’e bumi. Mikha menubuatkan bahwa
Mesias akan lahir di Betlehem dan bahwa ia sudah ada ‘sejak purbakala’
(Mik 5:2) Yesus sendiri beberapa kali mengatakan bahwa sebelum lahir
sebagai manusia, ia hidup di surga (Yoh 3:13; 6:38,62; 17:4-5).
Sebagai mahluk roh di surga, Yesus mempunyai hubungan istimewa dengan
Yehuwa. Yesua adalah Putra yang paling Yehuwa kasihi-dan ada alasan
yang kuat untuk itu. Ia disebut ‘yang sulung dari antara semua
ciptaan’, sebab ia adalah ciptaan (Tuhan) yang pertama (Kol 1:15). Ada
lagi yang membuat Yesus menjadi Putra yang istimewa. Ia adalah ‘Putra
satu-satunya yang diperanakkan’ (Yoh 3:16). Itu berarti Yesus sajalah
yang diciptakan oleh (Tuhan) sendiri. Selain itu, Yesuslah
satu-satunya yang (Tuhan) gunakan ketika ia menciptakan semua hal lain
(Kol 1:16). Selanjutnya, Yesus disebut ‘Firman’ (Yoh 1:14). Sebutan
itu menunjukkan bahwa ia berbicara mewakili (Tuhan), tentunya untuk
menyampaikan berbagai pesan dan instruksi kepada putra-putra lainnya,
baik mahluk roh maupun manusia”[11]
“Perhatikan betapa erat hubungan
antara acuan-acuan kepada asal usul Yesus dengan pernyataan-pernyataan
yang diungkapkan oleh ‘hikmat’ kiasan dalam buku Amsal
di Alkitab: TUHAN (Yahweh, New Jerusalem Bible) telah menciptakan aku
sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama
dahulu kala. Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu daripada
bukit-bukit, aku telah lahir; sebelum ia membuat bumi dengan
padang-padangnya atau debu dataran yang pertama’ (Ams 8:12,22,25,26).
Meskipun istilah ‘hikmat’ digunakan untuk mempersonifikasi pribadi
yang (Tuhan) ciptakan, kebanyakan sarjana setuju bahwa ini sebenarnya
adalah kata kiasan untuk Yesus sebagai mahluk roh sebelum hidup
sebagai manusia”[12]
4. Soteriologi
Saksi Yehuwa mengenal konsep penebusan
yang dikerjakan oleh Yesus Sang Mesias untuk menggenapi gambaran
penebusan dalam Perjanjian Lama yang diwakili oleh hewan korban. Namun
demikian Sang Penebus tersebut bukan penebus yang Ilahi melainkan
manusiawi belaka.
“Bahkan sekarang korban tebusan
Yesus dapat memberi manfaat bagi kita. Cara bagaimana? Dengan
menjalankan iman di dalamnya kita dapat menikmati kedudukan yang
bersih di hadapan (Tuhan) dan berada di bawah pemeliharaan-Nya yang
pengasih dan lembut (Why 7:9-10, 13-15). Banyak di antara kita mungkin
telah melakukan dosa-dosa luar biasa sebelum belajar tentang (Tuhan).
Bahkan sekarang kita membuat kesalahan-kesalahan, kadang-kadang
sangat serius. Akan tetapi, kita dapat dengan leluasa meminta
pengampunan dari (Tuhan) atas dasar tebusan, dengan keyakinan bahwa Ia
akan mendengarkan kita (1 Yoh 2:1-2; 1 Kor 6:9-11). Demikian pula, di
masa-masa mendatang, tebusan kan membuka jalan bagi kita untuk
menerima karunia (Tuhan) yaitu hidup kekal dalam sistem baru-Nya yang
adil-benar (2 Ptr 3:13). Pada masa itu, semua orang yang menjalankan
iman dalam tebusan akan dibebaskan sepenuhnya dari perbuadakan dosa
dan kematian. Mereka dapat mengharapkan kehidupan kekal dalam
kesempurnaan”[13]
“Yehuwa bertindak untuk
menyelamatkan umat manusia melalui tebusan...Bagaimana Yehuwa
menyediakan tebusan? Ia mengutus seorang putra rohani-Nya yang
sempurna ke bumi. Tetapi Yehuwa tidak mengutus sembarang malaikat. Ia
mengutus pribadi yang paling Ia kasihi, yaitu Putra Tunggal-Nya (1 Yoh 4:9-10)”[14]
5. Pneumatologi
Saksi Yehuwa meyakini Roh Kudus
bukanlah Roh Tuhan melainkan hanya sekedar kekuatan seperti listrik
dengan fungsi dan tujuan yang tertentu.
“Roh Kudus yang digunakan dalam
Alkitab menyatakan bahwa ini adalah suatu kekuatan atau tenaga yang
dikendalikan yang digunakan oleh (Tuhan) Yehuwa untuk melaksanakan
berbagai maksud dan tujuan-Nya. Sampai taraf tertentu, ini dapat
disamakan dengan listrik, tenaga yang dapat digunakan untuk melakukan
beragam fungsi...Kata Yunani untuk ‘Roh’ ialah berjenis netral dan
walaupun kita menggunakan kata gnti nama pribadi dalam bahasa Inggris
(He, His, Him), kebanyakan MSS (manuskrip) Yunani menggunakan kata
(bahasa Inggris) ‘It’. Jadi bila Alkitab menggunakan kata ganti nama
pribadi berjenis laki-laki sehubungan dengan ‘parakletos’ dalam
Yohanes 16:7, 8 hal ini sesuai dengan peraturan tata bahasa, bukan
menyatakan suatu doktrin”[15]
- 6. Eskatologi
Saksi Yehuwa gemar melakukan kajian
eskatologis dan tergoda untuk selalu melakukan ramalan dan prediksi
mengenai kedatangan Yesus kedua kali dan akhir dunia, meskipun selalu
terbukti keliru.
“Kita telah belajar bahwa “zaman
bangsa-bangsa” mulai pada tahun 607 SM. Jadi dengan menghitung 2.520
tahun sejak tahun itu, kita sampai pada tahun 1914. Pada tahun itulah
“zaman” yang ditetapkan ini berakhir. Jutaan orang yang masih hidup
mengingat peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun 1914. Pada tahun
itulah “zaman” yang ditetapkan ini berakhir. Jutaan orang yang masih
hidup mengingat peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun 1914. Pada
tahun itu, Perang Dunia I memulai suatu masa kesusahan luar biasa
yang telah berlangsung sampai zaman kita. Ini berarti bahwa Kristus
Yesus mulai memerintah sebagai raja dari pemerintahan surgawi (Tuhan)
pada tahun 1914”[16]
7. Kematian
Saksi Yehuwa mempercayai bahwa kematian setara dengan tidur panjang tanpa aktivitas dan tanpa sebuah kesadaran di dalamnnya.
“Sekarang coba pikirkan hal ini:
Bagaimanakah keadaan Lazarus ketika ia mati selama empat hari? (Yoh
11:11-44, red) Apakah ia ada di surga? Ia seorang yang baik. Namun
Lazarus tidak mengatakan apapun bahwa ia ada di surga, yang pasti akan
dikatakannya jika ia memang pernah ke sana. Tidak, Lazarus
benar-benar mati, seperti yang dikatakan Yesus. Maka, mengapa Yesus
mula-mula mengatakan kepada murid-muridnya bahwa Lazarus hanya tidur?
Yesus tahu bahwa Lazarus yang mati itu tidak sadar, seperti dikatakan
Alkitab: “Orang yang mati itu tidak tahu apa-apa”. “Orang yang mati
itu...tidak sadar akan apapun” (Pengkh 9:5, terjemahan New World
Translation). Akan tetapi, orang yang hidup dapat dibangunkan dari
tidur nyenyak. Jadi Yesus ingin menunjukkan bahwa, melalui kuasa
(Tuhan) yang diberikan kepadanya, Lazarus, sahabatnya dapat dibangunkan
dari kematian. Apabila seseorang tidur nyenyak, ia tidak ingat
apa-apa. Demikian pula halnya orang mati. Mereka tidak mempunyai
perasaan sama sekali. Mereka tidak ada lagi”[17]
“Yesus Kristus menggambarkan keadaan
orang mati. Ketika Lazarus, teman baiknya meninggal, Yesus memberi
tahu murid-muridnya, ‘Lazarus sahabat kita telah pergi beristirahat’.
Murid-murid mengira bahwa Yesus memaksudkan Lazarus sedang
beristirahat atau tidur agar ia dapat sembuh. Tetapi mereka keliru.
Yesus menjelaskan, ‘Lazarus telah mati’ (Yoh 11:11-14). Perhatikan
bahwa Yesus menyamakan kematian dengan istirahat dan tidur. Lazarus
tidak berada di surga ataupun di neraka yang menyala-nyala. Ia tidak
sedang bersama malaikat atau leluhurnya. Lazarus tidak dilahirkan
kembali sebagai manusia lain. Ia sedang beristirahat dalam kematian,
seolah-olah tidur nyenyak tanpa bermimpi”[1
8. Kebangkitan dari Kematian
Saksi Yehuwa mengakui adanya
kebangkitan orang mati namun bukan kebangkitan di alam roh melainkan
kebangkitan di dunia ini layaknya orang bangun dari tidur panjangnya.
Saksi Yehuwa membagi kebangkitan menjadi dua bagian, kebangkitan
pertama dimana orang yang turut ambil bagian dalam kebangkitan pertama
ini hidup di Surga sementara kebangkitan kedua bagi mereka yang
ditentukan untuk hidup di dunia yang sudah diperbarui ini.
“Jadi setelah Kristus dibangkitkan,
ke-144.000 (Why 14:1, red) inilah yang akan dibangkitkan berikutnya.
Mereka mendapat bagian dalam ‘kebangkitan pertama’ atau ‘kebangkitan
yang lebih awal’ (Fil 3:11, terjemahan New World Translation). Kapan
ini terjadi? ‘Pada waktu kedatangan-Nya’ (kehadiran-Nya, New World
Translation), kata Alkitab. Seperti yang telah kita pelajari dalam
pasal-pasal sebelumnya, Kristus mulai hadir pada tahun 1914. Jadi
‘hari’ untuk ‘kebangkitan pertama’ dari umat Kristen yang setia ke
surga telah tiba. Pasti rasul-rasul dan umat Kristen mula-mula yang
lainnya sudah dibangkitkan kepada kehidupan surgawi (2 Tim 4:8). Akan
tetapi, selama kehadiran Kristus yang tidak kelihatan ini, ada umat
Kristen yang masih hidup yang mempunyai harapan yang sama untuk
memerintah di surga bersama Kristus. Mereka adalah sisanya, sisa dari
144.000. kapan mereka akan dibangkitkan? Mereka tidak perlu tidur
dalam kematian, tetapi mereka akan segera pada waktu mereka mati.
Alkitab menjelaskan: Kita tidak akan akan mati semaunya, tetapi kita
semaunya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang
terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan
dibangkitkan” (1 Kor 15:51-52; 1 Tes 4:15-17)[19]
“Siapakah yang akan dibangkitkan?
Yesus mengatakan bahwa ‘semua orang dalam makam peringatan akan
mendengar suara Yesus lalu keluar’ (Yoh 5:28-29). Demikian pula
Penyingkapan (Why) 20:13 mengatakan, ‘Laut menyerahkan orang-orang
mati yang ada di dalamnya dan kematian dan hades menyerahkan
orang-orang mati yang ada di dalamnya’. Semua kuburan akan
dikosongkan. Miliaran orang yang beristirahat di sana akan hidup
kembali. Rasul paulus mengatakan, ‘Akan ada kebangkitan untuk
orang-orang yang adil-benar maupun yang tidak adil-benar’”(Kis
24:15)...Alkitab juga menyebutkan kebangkitan lain, yaitu untuk hidup
sebagai mahluk roh di surga. Alkitab hanya mencatat satu contoh dari
kebangkitan ini yaitu kebangkitan Yesus Kristus...Yesus tahu bahwa ia
tidak lama lagi akan kembali ke surga, maka ia memberi tahu para
pengikutnya yang setia bahwa ia akan ‘menyiapkan tempat’ bagi mereka
(Yoh 14:2)...Ke-144.000 orang Kristen itu, termasuk rasul-rasul Yesus
yang setia, dibangkitkan untuk hidup di surga. Kapan mereka
dibangkitkan? Rasul Paulus menulis bahwa hal itu akan terjadi pada masa
kehadiran Kristus (1 Kor 15:23)”[20]
9. Mengenai Neraka & Surga
Saksi Yehuwa menolak keberadaan neraka
karena Yehuwa yang pada dasarnya Kasih tidak mungkin menyediakan
tempat sejahat itu. Saksi Yehuwa melakukan penafsiran simbolis
terhadap kata Ibrani “Sheol” atau kata Yunani “Hades” dan kata Ibrani “Gehinom” atau kata Yunani “Gehenna” sebagai tempat kuburan dan tempat pembakaran di Yerusalem timur.
“Jutaan orang diajar oleh agama
mereka bahwa ‘neraka’ adalah suatu tempat siksaan kekal dan bahwa
orang-orang jahat pergi ke sana...Hal ini menimbulkan pertanyaan:
Apakah (Tuhan) Yang Maha Kuasa menciptakan tempat siksaan
demikian?...Dalam menyebutkan tempat yang dituju oleh umat manusia
pada waktu ia mati, Alkitab memakai kata ‘Sheol’ dalam Kitab-Kitab
Ibrani dan ‘Hades’ dalam Kitab-Kitab Yunani...Dalam Alkitab, disemua
ayat dimana ‘sheol’ muncul, tempat itu tidak pernah dihubungkan dengan
kehidupan, kegiatan atau siksaan. Sebaliknya, sering dihubungkan
dengan kematian dan ketidakaktifan...Jadi jawabannya menjadi sangat
jelas. Misalnya, pikirkan tentang Pengkhotbah 9:10 yang berbunyi:
‘Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah
itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan
dan hikmat dalam dunia orang mati (Sheol, New World Translation), ke
mana engkau akan pergi’. Sheol dan Hades tidak memaksudkan suatu
tempat siksaan melainkan kuburan umum umat manusia (Mzm 139:8).
Orang-orang baik maupun jahat pergi ke Sheol atau Hades”[21]
“Maka apa artinya Gehenna? Dalam
Alkitab Ibrani, Gehenna tak lain dari ‘Lembah Ben Hinom’. Ingat, Hinom
ialah nama sebuah lembah di luar tembok-tembok Yerusalem. Di tempat
itulah orang-orang Israel mengorbankan anak-anak mereka dalam api.
Pada waktunya, Raja Yosia yang baik membuat tempat ini menjadi tidak
cocok untuk digunakan bagi praktik yang begitu mengerikan (2 Raj
23:10). Tempat ini diubah menjadi tempat sampah yang sangat
besar...Kalau begitu apa yang dimaksudkan dengan ‘lautan api’ yang
disebut di Alkitab dalam buku Wahyu? Kata itu mempunyai arti yang sama
dengan Gehenna. Kata itu tidak berarti siksaan dalam keadaan sadar
melainkan kematian atau kebinasaan kekal. Perhatikan bagaimana Alkitab
sendiri mengatakan hal itu dalam Wahyu 20:14: “Lalu maut dan kerajaan
maut (Hades, New World Translation) itu dilemparkanlah ke dalam
lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api”. Ya, lautan api
berarti ‘kematian kedua’. Dari dalam kematian ini tidak ada
kebangkitan. Tak dapat disangkal bahwa ‘lautan’ ini adalah lambang,
karena maut dan kerajaan maut tidak dapat dibakar secara aksara. Akan
tetapi hal-hal itu dapat dan akan dilenyapkan atau dimusnahkan”[22]
10. Hermeneutik Saksi Yehuwa
Hermeneutik adalah “suatu bagian
teologi yang bersifat ilmiah dan seni yang memperhatikan hukum
tertentu bahkan melibatkan diri penafsir sepenuhnya dengan tujuan
mencari maksud yang ingin disampaikan oleh penulis Alkitab”[23].
Namun Saksi Yehuwa tidak menggunakan kaidah hermeneutik yang lazimnya
dipergunakan di sekolah-sekolah teologia. Mereka memiliki kaidah
penafsiran sendiri yang lebih menekankan aspek simbolis (lambang).
Untuk menafsirkan lambang-lambang yang sulit mereka biasanya memiliki
kelompok penafsir yang dijuluki “hamba yang setia dan bijaksana”
(faithfull and discreet slave class)[24]
11. Metode Pengajaran Saksi Yehuwa
Apa yang disebut “metode” tidak lebih
dari sebuah “pelajaran buku” atau “indoktrinasi” bahkan “cuci
otak”[25]. Mereka biasanya membacakan keras-keras materi dalam buku
terbitan Saksi Yehuwa dan diadakan pertanyaan-pertanyaan yang
jawabannya sudah tersedia dalam buku panduan tersebut. Kevin R. Quick
seorang mantan Saksi Yehuwa yang sudah berpaling pada Yesus Sang
Mesias memberikan kesaksiannya sbb: “Saya sering heran mengapa kami
memakai metode semacam itu. ‘Kalau apa yang kami pelajari adalah
suatu kebenaran’, pikir saya, ‘mengapa harus cuci otak seperti ini?
Mengapa tidak berdiskusi saja secara terbuka? Mengapa mengulang-ulang
penyajian yang sama, pengajaran yang sama tentang tema yang sama
pula?’ Saya lalu berkesimpulan bahwa karena sebagian besar Saksi
Yehuwa tidak tinggi pendidikannya, rupanya itulah satu-satunya cara
belajar yang efektif bagi mereka”[26]
12. Terjemahan Kitab Suci Saksi Yehuwa
Kelompok Saksi Yehuwa atau Wacth Tower
menjunjung tinggi kitab suci terjemahan mereka sendiri dan
merendahkan terjemahan lainnya. Pada mulanya mereka menerjemahkan
kitab suci dan menerbitkannya dengan nama The New Translation of the Christian Greek Scriptures diterbitkan oleh New World Translation Commiittee pada tahun 1950. Kemudian disusul dengan The New World Translation of the Hebrew Aramaic Scriptures
dalam lima jilid. Jilid pertama selesai tahun 1953 dan jilid terakhir
selesai pada tahun 1960[27]. Sekarang mereka menyatukan semua jilid
dan dikenal dengan nama The New World Translation.
Tujuh Langkah Indoktrinasi Saksi Yehuwa
Saksi Yehuwa menggunakan tujuh langkah
indoktrinasi atau rentetan pengajaran dan latihan yang bertujuan
menjangkau dan meyakinkan penganut-penganut baru. Cara-cara mereka
hendaknya dipelajari oleh orang Kristen agar memahami sepenuhnya
metode ‘penginjilan’ yang digunakan oleh aliran yang menyesatkan
itu[28]. Adapun tujuh langkah tersebut adalah sbb:
Menjual Bahan Cetakan
Ada banyak buku-buku kecil dan menarik
serta full color yang mempromosikan ajaran Saksi Yehuwa. Jika tahun
1970-an menggunakan buku utama Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi sekarang berganti dengan judul Apa Yang Sebenarnya Alkitab Ajarakan? Dan masih ada majalah Sedarlah dan brosur-brosur lainnya.
Kunjungan kepada Pembeli
Setelah ada pembeli literatur mereka, biasanya Saksi Yehuwa akan menindaklanjuti dengan melakukan perkunjungan dan tanya jawab.
Pelajaran di Rumah.
Jika pembeli berminat dan merespon ajaran Saksi Yehuwa, maka akan diadakan pertemuan berkala di rumah tersebut
Pelajaran Sedaerah
Kelompok belajar ini merupakan satu
kumpulan dari semua calon anggota di daerah yang berdekatan, yaitu
perhimpunan orang-orang yang sudah lebih dahulu belajar di rumah
masing-masing.
Undangan ke Balai Kerajaan
Pertemuan dalam Balai Kerajaan
berisikan pelajaran yang tidak ada batasnya dan belum pernah ada satu
orangpun yang menamatkannya. Ada pelajaran berpidato dan pendalaman
Kitab Suci yang bersifat indoktrinatif dengan bekal buku-buku panduan
dari Watch Tower dan tanpa diskusi kritis.
Calon itu Diutus Sebagai Penjual
Setelah dirasa cukup pengetahuannya
mereka akan diutus keluar untuk menjual literatur-literatur dengan
didampingi senior dan membuat laporan atas hasil pekerjaannya
tersebut.
Calon Dibaptiskan Dalam Teokrasi
Setelah mereka matang dan layak maka
mereka akan dibaptiskan dan masuk dalam Teokrasi. Mereka menganggap
bahwa teokrasi atau Kerajaan Tuhan itu tiada lain adalah organisasi
mereka sendiri.
Tanggapan Atas Ajaran Saksi Yehuwa untuk perlu dikaji sebagai orang kristen yang lahir baru
Patut kita akui bahwa dalam pengajaran
yang disampaikan oleh Saksi Yehuwa ada unsur-unsur kebenaran yang
bersumber dalam pengajaran Kitab Suci TaNaKh (Torah, Neviim, Ketuvim)
atau Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru seperti kebaikan moral,
menjauhi kejahatan dan perbuatan terkutuk. Merekapun mempercayai
keberadaan Tuhan, keberadaan Yesus Sang Mesias. Namun jika dikaji
secara seksama dan mendalam ada perbedaan yang tajam antara keyakinan
Saksi Yehuwa dengan apa yang diimani oleh gereja sepanjang abad
mengenai pokok-pokok keimanan khususnya terhadap Yesus Sang Mesias.
Tanggapan Mengenai Istilah Tritunggal
Kita sependapat dengan Saksi Yehuwa
bahwa istilah “Tritunggal” tidak terdapat dalam Kitab Suci baik TaNaKh
(Torah, Neviim, Ketuvim) maupun Kitab Perjanjian Baru. Namun sayang
Saksi Yehuwa menolak essensi kesetaraan, kesehakikatan YHWH, Firman
dan Roh (Kej 1:1-3) yang dipersonifikasikan dalam sebutan Sang Bapa,
Sang Putra dan Sang Roh Kudus (Mat 28:19-20).
Darimanakah istilah Tritunggal?
Perlukah kita menggunakan istilah Tritunggal? Kekristenan
mengungkapkan misteri relasi ontologis (hakikat) antara Bapa, Putra
dan Roh Kudus, dengan istilah Tritunggal atau trinitas. Terminologi
ini tidak tertulis dalam Kitab Suci. Istilah ini secara historis
merupakan perspektif orang beriman Abad 2 Ms.
Abad 2 Ms merupakan perpindahan titik
berat pola berteologia, dari teologia Palestina yang kontemplatif,
menjadi Teologia Hellenis yang rasionalistik dan metafisik[29]
Akibatnya, dibutuhkan suatu penjelasan yang rasional kepada kaum pagan
Yunani, mengenai realitas Tuhan. Bernhard Lohse memberikan komentar, “Karena
itu, sedikitpun tidak mengherankan bahwa gereja terkadang meraba-raba
dalam upayanya memformulasikan imannya secara intelrktual dan
konseptual kepada (Tuhan) Bapa, (Yesus Sang Mesias) dan Roh Kudus”[30].
Sejumlah teolog dan Bapa Gereja (Church Fathers) yang telah lebih
dahulu menggumuli persoalan relasi ontologis antara Bapa, Putra dan Roh
Kudus, adalah Yustinus martyr, Theophilus dari Anthiokhia, Adamatinus
, Origenes, Arius, Athanisius, Agustinus serta Tertulianus.
Dari sekian teolog yang merumuskan
formula relasi intologis antara Bapa, Putra dan Roh Kudus, adalah
tertulianus. Beliau merumuskan dalam bentuk ungkapan Yunani, “Mono Ousia Tress Hypostasis” atau dalam ungkapan Latin, “Una Substantiae Tress Persona”,
yang jika diterjemahkan adalah, “Satu Keberadaan Tiga pribadi”. DR.
Harun Hadiwyono mensinyalir ada pengaruh Filsafat Platonik tentang
konsep “Divine nature” (Tabiat Ketuhanan) dalam perumusan konsep Trinitas[31][32]”. “Ousia” atau “Substantiae” adalah: “apa
yang membedakan satu macam atau satu rumpun dengan macam rumpun yang
lain, serta yang memberi ciri khas kepada macam atau rumpun itu”.
Contoh : ‘rumpun mangga berbeda dengan rumpun jambu. Rumpun manusia
berbeda dengan rumpun binatang’. Ousia (Tuhan) adalah apa yang
membedakan (Tuhan) daripada manusia”[33]
Hampir semua teolog mengakui bahwa istilah “Trinitas/Tritunggal”,
tidak terdapat secara literal dalam Kitab Suci. Namun essensi yang
mengarah pada pengertian tersebut memang terpampang dalam banyak ayat.
DR. Andar Tobing, mengakui kenyataan tersebut dan mengatakan:
“kita terpaksa memakai istilah
Trinitas itu untuk menolak adjaran-adjaran dan pendapat-pendapat yang
salah dan bertentangan dengan isi Alkitab. Biarpun istilah itu tidak
sempurna…”[34]
Berdasarkan beberapa kajian diatas,
maka penulis mengusulkan suatu formula teologis untuk menggambarkan
relasi ontologis Bapa, Putra dan Roh Kudus, sbb : “Tuhan yang esa
dengan tiga maha karya yaitu mencipta dipanggil sebagai Bapa,
menyelamatkan dipanggil sebagai Putra, menghibur dalam diri orang
percaya disebut Roh Kudus”.
Mengapa digunakan istilah “Keesaan Bapa, Putra, dan Roh Kudus?” Pertama,
istilah Keesaan adalah istilah yang firmaniah dan secara literal
tertulis dalam TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru. Ortodoksi Yudaisme,
sebagai akar Kekristenan mendasarkan pada “Shema (Shema Yisrael, YHWH Eloheinu YHWH Ekhad” yang artinya, “Dengarlah Israel, YHWH itu Tuhan kita, YHWH itu Esa”,Ul 6:4). Rabbi Hayim Ha Levy Donin, memberikan keterangan: “The
Shema is declaration of faith, a pledge of allegiance to One God, an
affirmation of Judaism. It is the first prayer that children are
taught to say”(Shema adalah deklarasi iman, janji setia kepada satu
Tuhan, sebuah penegasan iman Yudaisme. Ini adalah doa pertama dari
seorang anak yang diajarkan untuk diucapkan) [35]
Dalam Kitab Perjanjian Baru, Yesus
kembali mengutip “Shema” (Mrk 12:29). Berulang kali, dalam suratnya,
Rasul Paul mengungkapkan sebutan Bapa, Putra, Roh Kudus bersamaan
dengan kata Esa (1 Tim 1:17, 1 Tim 2:5-6, 1 Kor 8:5-6, Gal 3:20),
demikian pula Rasul Yohanes menyebutkan mengenai keesaan (Yoh 5:45)
serta rasul Yudas (Yud 1:25). Secara literal, istilah “Keesaan” adalah Firmaniah atau Skriptural. Kedua,
makna Keesaan dalam sudut pandang Skriptural adalah bahwa orang
beriman harus menyembah kepada satu-satunya Tuhan yang benar, yaitu
Bapa, Putra dan Roh Kudus serta bukan kepada Tuhan yang lain. Hanya Dia
lah fokus ibadah (Ul 6:13), fokus kasih (Ul 11:1), fokus doa (Mzm
143:1), fokus pujian (Mzm 66:2). Jadi, kata “Ekhad”, bukan
bermakna aritmetis semata namun bermakna metafisik. Tuhan yang
mengatasi ruang dan waktu dan yang satu-satunya berhak menerima
penyembahan. Ketiga, baik Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah
sehakikat, setara dalam kekekalan. Bapa, Putra dan Roh Kudus, keluar
dari hakikat Bapa (Yoh 8:42, Yoh 15:26).
Tuhan yang Esa, yang dalam zaman hidup
nabi-nabi di Perjanjian Lama, dikenal dengan nama YHWH (Yahweh, Kel
3:15), maka dalam Perjanjian Baru telah menyatakan diri-Nya kepada
manusia (Ibr 1:3), melalui Firman-Nya yang menjadi manusia (Yoh
1:1,14) serta mengambil rupa manusia (Fil 2:7) yang bernama, Yesus
(Mat 1:21) serta mengajar manusia melaluii Roh-Nya yang berdiam dalam
diri orang beriman (Yoh 14:16-17).
YHWH disebut sebagai Bapa Surgawi (Yes
64:8, Mat 6:9) dan Pencipta Langit serta Bumi (Yes 40:28, Mzm
121:1-2). Yahshua disebut sebagai Putera Tuhan (Mat 16:16). Roh Bapa
atau Roh YHWH, disebut juga Roh Kudus atau Roh kebenaran (Yoh 14:26,
Yoh 15:26).
Baik YHWH, Firman dan Roh bukanlah tiga
melainkan satu. Karena Firman dan Roh berdiam bersama dalam kekekalan
bersama YHWH (Yoh 1:1). Bukanlah tiga melainkan satu, karena Firman
keluar dan datang dari hakikat Bapa (Yoh 8:42). Demikianpula Roh
keluar dari Bapa (Yoh 15:26). Bukanlah tiga melainkan satu, karena
Firman tidak diciptakan, melainkan menciptakan dan menyebabkan adanya
ciptaan (Mzm 33:6, Yoh 1:3, Kol 1:16). Demikian pula Roh Kudus yang
menyebabkan semua ciptaan menjadi hidup dan bernafas (Ayub 34:14).
Bukan pula tiga pribadi melainkan satu
pribadi dengan tiga karya dan manifestasi kuasa. Mengapa satu pribadi?
Bapa, Putra dan Roh Kudus (YHWH, Firman-Nya, Roh-Nya) adalah satu
pribadi dalam kekekalan, karena yang satu tidak ada dan diadakan lebih
dahulu oleh yang lain. Kata “satu” dalam ulasan ini bukan bermakna
aritmetik melainkan ontologik, karena kita sedang membicarakan Tuhan
yang mengatasi dan berada didalam segala sesuatu yang Dia ciptakan.
Sekalipun kita seharusnya meredefinisi
penggunaan istilah Tritunggal karena memang tidak dituliskan dalam
Kitab Suci dan dapat menimbulkan biasa pemahaman mengenai jumlah Tuhan
namun kita tidak menolak essensi kesetaraan dan kesehakitan YHWH,
Firman dan Roh-Nya yang dipersonifikasikan dengan sebutan Bapa, Anak
dan Roh Kudus. Sementara Saksi Yehuwa menolak keduanya, baik istilah
sekaligus essensinya.
Tanggapan Mengenai Nama Tuhan
Kita pun sepakat dengan Saksi Yehuwa
bahwa Tuhan memiliki nama. Rujukan penting mengenai nama Tuhan
terdapat dalam Keluaran 3:1-22 pada peristiwa perjumpaan Musa dengan
kehadiran Tuhan dalam api di semak duri yang tidak membakar semak duri
tersebut. Saat Musa hendak diutus untuk membebaskan bangsa Israel
keluar dari Mesir, Musa bertanya mengenai nama Tuhan sbb: “Lalu
Musa berkata kepada Tuhan: "Tetapi apabila aku mendapatkan orang
Israel dan berkata kepada mereka: Tuhan nenek moyangmu telah mengutus
aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang
nama-Nya? -- apakah yang harus kujawab kepada mereka?" (Kel 3:13). Lalu Tuhan menjawab demikian: “Firman
Tuhan kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah
kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku
kepadamu."(Kel 3:14). Jawaban ini kerap disalahpahami sebagai
bentuk penolakan Tuhan menyatakan nama dan arti yang terkandung dalam
nama-Nya. Seolah-olah Tuhan hendak menyembunyikan misteri diri-Nya
dengan pernyataan tersebut sebagaimana dikatakan Stefan Leks demikian, “Maka
jelaslah ungkapan Alkitabiah ini menegaskan akan adanya Tuhan, tetapi
sebenarnya tidak memberi jawaban siapakah nama Tuhan itu”[36]
Penyingkapan tabir hakikat dan nama Sang Pencipta tertulis dalam Keluaran 3:15, "Yahweh
Elohe avotekem, Elohe Avraham we Elohe Yishaq we Elohe Yaaqov,
shelakhmi aleikem, ze shemi le olam we ze zikri le dor dor" (Yahweh
Tuhan nenek moyangmu Tuhan Abraham, Tuhan Ishak dan Tuhan Yakub Telah
mengutus aku kepadamu Inilah nama-Ku untuk selamanya Dan inilah
pengingat-Ku turun temurun). Perhatikan frasa Ibrani Keluaran 3:15 sbb:
יהוה אלהי אבתיכם אלהי אברהם אלהי יצחק ואלהי יעקב
שׁלחני אליכם זה־שׁמי לעלם וזה זכרי לדר דר׃
Frasa “zeh shemi leolam” (inilah
nama-Ku Yang Kekal), menunjuk kepada nama Yahweh. Ada yang
berpendapat, bahwa Yahweh adalah kata kerja imperfek orang ketiga
tunggal. Ini pendapat yang keliru. Sekalipun akar kata Yahweh adalah hayah, sehingga Yahweh bermakna “Dia Ada”. Namun bentuk kata kerja orang ketiga tunggal dari hayah adalah yihyeh.
Adapun Yahweh”adalah nama dari Tuhan Abraham, Ishak dan Yakub. Makna
nama Yahweh sendiri adalah YANG SENANTIASA ADA, HADIR, BERBUAT,
BERKARYA, BERTINDAK.
Keluaran 3:14 menyingkapkan “sifat dan
keberadaan” Sang Pencipta, melalui bentuk kata kerja imperfek orang
pertama tunggal, “Ehyeh”. Sementara Keluaran 3:15 menyingkapkan bahwa
nama Tuhan Abraham, Ishak dan Yakub bernama Yahweh. Nama ini bukan
hasil penelitian Musa atau penjelajahan Musa dalam dunia esoteris
sehingga berhasil mendapatkan nama Sang Pencipta, melainkan
penyingkapan nama Sang Pencipta adalah INISIATIF Sang Pencipta
sendiri, untuk memperkenalkan jati diri-Nya pada Musa dan Yisrael.
Berbeda dengan agama-agama yang menamakan berbagai gejala alam (angin,
hujan, badai, panas, dll) menjadi nama tuhan mereka, maka Yudaisme
dan Kekristenan, berangkat dari keyakinan bahwa Tuhan telah
memperkenalkan nama pribadi-Nya, karena Dia berkehendak untuk dikenal
oleh umat-Nya.
Pada Abad I Ms pelarangan pengucapan
nama Yahweh di tempat umum menjadi suatu ketetapan dikalangan Yudaisme
di Yerusalem. Setiap mereka mengucapkan nama Yahweh, mereka akan
mengganti dengan bentuk euphemisme (penghalusan) al. Shamayim (langit), Adonai (tuan), ha Kadosh (yang kudus). Sebagaimana tercatat dalam literatur Yahudi pra Mesias, yaitu Misnah sbb: “…di tempat suci, seseorang mengucapkan Sang Nama sebagaimana tertulis, namun di luar tempat itu, harus dengan bentuk euphemisme”[37].
Setelah penghancuran Yerusalem pada tahun 70 Ms, mazhab Yahudi Farisi
melarang penggunaan nama itu. Berdasarkan “halakha” (keputusan
rabinik), mereka menyatakan bahwa nama itu “tersembunyi”[38] dan “harus
dirahasiakan”[39]. Setidaknya semua orang Yahudi tahu bahwa Yahweh
adalah nama Tuhan dan tidak dilupakan sama sekali. Dan literatur modern
merekam peristiwa tersebut dan memberikan deskripsi sbb:
New World Encyclopedia: “In
Judaism, pronunciation of the Tetragrammaton is taboo. Usually, Adonai
("the Lord") is used as a substitute in prayers or readings from the
Torah. When used in everyday speaking the Tetragrammaton is often
replaced by HaShem ("the Name"). According to rabbinic tradition, the
name was pronounced by the high priest on Yom Kippur, the only day when
the Holy of Holies of the Temple would be entered. With the
destruction of the Second Temple in the year 70 C.E., this use also
vanished, explaining the loss of the correct pronunciation.” (Dalam
Yudaisme, pengucapan Tetragrammaton adalah terlarang. Biasanya kata
Adonai dipergunakan sebagai pengganti dalam doa-doa atau pembacaan dari
Kitab Torah. Ketika dipergunakan dalam percakapan harian maka
Tetragrammaton terkadang diganti dengan Ha Shem [Sang Nama]. Menurut
tradisi rabinik nama tersebut diucapkan oleh Imam Besar saat perayaan
Yom Kipur hanya satu hari saat imam memasuki ruang Maha Suci).
Jewish Encyclopedia menuliskan:
“About 300 B.C., therefore, the word "Yhwh" was not pronounced in its
original form. For several reasons Jacob ("Im Namen Gottes," p. 167)
assigns the "disuse of the word 'Yhwh' and the substitution of
'Adonai' to the later decades of the Babylonian exile." (Sekitar
tahun 300 SM, kata YHWH tidak pernah diucapkan dalam bentuk aslinya.
Oleh karena beberapa alasan maka Yakub menetapkan penghindaran kata
YHWH dan memberikan sebutan pengganti Adonai pada dekade berikutnya
setelah pembuangan Babilonia).
Jewish Encylopedia: “Rabbinical Literatur-the name Yahweh is considered the name proper” (Literatur rabinik menyatakan bahwa nama Yahweh dianggap sebagai nama yang tepat).
Seventh Day Adventist Bible Commentary : “And the name above all other that was looked upon as the name of God was Yahweh” (Dan nama di atas segala yang layak disebut sebagai nama Tuhan adalah Yahweh).
The Encylopedia Judaica: “The
true pronounciation of the name YHWH was never lost. Several Greek
writers of the Christian Church testify that name was pronounced Yahweh”
(pengucapan yang benar nama YHWH tidak pernah dilupakan. Beberapa
penulis Yunani awal dari gereja Kristen bersaksi bahwa nama tersebut
diucapkan Yahweh).
Unger’s Bible Dictionary: “Yahweh,
the Hebrew tetragrammaton (YHWH) traditionally pronounced Jehovah is
now known to be correctly vocalized to be correctly vocalized Yahweh”
(Yahweh, bentuk tetragrammaton [YHWH] secara tradisional diucapkan
Jehovah sekarang lebih dikenal dengan tepat sebagai Yahweh).
Encylopedia Britanica menyatakan sbb: “Early
Christian writers such as Clement of Alexandria in the 2nd century,
had used the form Yahweh, thus this pronunciation of the Tetragrammaton
was never really lost. Greek transcription also indicated that YHWH
should be pronounced Yahweh” (Penulis Kristen awal seperti Klement
dari Alexandria di Abad 2 M telah mempergunakan bentuk nama Yahweh
sehingga pengucapan dari Tetragrammaton ini tidak pernah hilang.
Tulisan Yunani juga mengindikasikan bahwa YHWH seharusnya diucapkan
Yahweh).
Eerdman’s Bible Dictionary (1979, p.478): “The
pronunciation Yahweh is indicated by transliterations of the name
into Greek in early Christian literature, in the form IAOUE (Clement
of Alexandria) or IABE (Theodoret, by this time Gk “b” had the
pronunciation of “v”)...Strictly speaking, Yahweh is the only name of
God. In Genesis wherever the word sem (name) is associated with the
divine being that name is YAHWEH” (Pengucapan nama Yahweh
diindikasikan dengan pemindahan tulisan dalam nama Yunani dalam
literatur Kristen awal dalam bentuk IAOUE (Klemen dari Alexandria) atau
IABE (Theodoret, pada zaman itu bentuk huruf Yunani ‘b’ diucapkan
‘v’)...pada hakikatnya, Yahweh adalah nama Tuhan. Dalam Kitab Kejadian
dimanapun kata Ibrani ‘shem’ selalu dihubungkan dengan keberadaan ilahi
yang bernama Yahweh).
Nama Tuhan bernama Yahweh terbentang
dari Kitab Kejadian hingga Maleaki sebanyak kurang lebih 7000 tempat.
Dalam naskah Peshitta Aramaik Perjanjian Baru nama YHWH muncul dalam
bentuk Mar-Ya yang merupakan bentuk singkat dari Tuan Yahweh. Namun
mengapa nama YHWH tidak muncul dalam naskah Kitab Perjanjian Baru
berbahasa Yunani dan bahasa-bahasa di dunia ini?
Sejak adanya keputusan rabinik paska
pembuangan dari Babilonia sebagaimana diinformasikan sebelumnya maka
nama YHWH akhirnya tidak disebutkan dalam percakapan umum dan diganti
dengan Adonai. Namun dalam doa pribadi atau saat Imam Besar melayankan
doa di hari raya Yom Kippur (Pendamaian) di Bait Suci maka nama
Yahweh diucapkan. Sekalipun mereka menghindari pengucapan nama Yahweh
di hadapan umum namun naskah Kitab Suci dalam bahasa Ibrani tetap
menuliskan nama tersebut. Ini terbukti dari naskah Ibrani Masoretik
yang memiliki tanda baca sebagai bentuk salinan paska pembuangan
Babilonia dan naskah Laut Mati yang ditulis dalam bentuk Paleo Ibrani
tanpa tanda baca tetap menuliskan nama YHWH dalam bagian-bagian teks
Kitab Suci TaNaKh.
Ketika ada kebutuhan untuk
menerjemahkan Kitab TaNaKh ke dalam bahasa Yunani di Alexandria Mesir
untuk memenuhi kebutuhan orang-orang Yahudi yang sudah tidak fasih
berbicara dalam bahasa Ibrani, maka diputuskan bahwa pengucapan nama
YHWH tidak dituliskan melainkan ditulis berdasarkan sebutan yang sudah
lazim yaitu Adonai yang diterjemahkan dalam bahasa Yunani Kurios.
Kitab ini bernama Septuaginta yang konon disusun oleh 70 sarjana
Kitab Suci Yahudi dengan sponsor dari Kaisar Ptolemaus Philadhelpus.
Untuk pertama kalinya nama YHWH disalin
dalam bentuk nama pengganti Kurios dalam bahasa Yunani. Langkah ini
kemudian diadaptasi oleh para penyalin Kitab Perjanjian Baru dalam
bahasa Yunani dengan mengutip Kitab Septuaginta untuk berbagai
nubuatan dalam TaNaKh dan nama Kurios pun disematkan dalam terjemahan
Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani.
Berangkat dari data sejarah tersebut
maka ketika Kitab Suci TaNaKh dan Perjanjian Baru diterjemahkan dalam
berbagai bahasa maka nama YHWH yang telah ditulis dengan Kurios dalam
bahasa Yunani, kemudian diterjemahkan menjadi Heer (Belanda), Lord (Inggris), Senior (Spanyol), Domini (Latin), Rabb (Arab).
Di Indonesia yang mayoritas
mempergunakan terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia, nama YHWH dapat
ditemukan dalam bentuk TUHAN dan ALLAH dalam huruf kapital seluruhnya.
Contoh:
“Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung” (Yes 42:8).
“Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut? Tuhan ALLAH telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?" (Am 3:8)
Lembaga Alkitab Indonesia memberikan keterangan pada kamus bagian akhir terjemahan Kitab Suci mengenai TUHAN sbb: “Nama (Tuhan) Israel”
Dengan menggunakan alur penjelasan dan
penelitian bahasa sumber maka setiap kita membaca teks terjemahan
Kitab Perjanjian Lama maka setiap tulisan TUHAN dan ALLAH seharusnya
dibaca dengan YHWH atau YAHWEH. Demikian pula jika kita menemukan
kutipan Perjanjian Lama dalam Kitab Perjanjian Baru hasil terjemahan
Lembaga Alkitab Indonesia, selayaknya nama YHWH diucapkan. Contoh:
- Yesus tidak berdosa, karena Dia dilahirkan bukan dari benih manusia melainkan Sang Firman yang menjadi manusia melalui kuasa Roh Kudus dengan meminjam rahim Miryam (Ibr 4:15)
- Yesus berkuasa atas maut (1 Kor 15:26)
- Yesus berdoa kepada Bapa-Nya (Mat 26:36-46)
- Yesus berseru melepas nyawa-Nya kepada Bapa-Nya (Mat 27:45-46)
- Yesus di baptis di sungai Yordan dan ada realitas Bapa yang hadir dalam wujud suara, ada realitas Roh Kudus yang hadir dalam wujud burung merpati (Mat 3:13-17)
- “TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala” (LAI, TB)
- “The LORD possessed me in the beginning of his way, before his works of old” (KJV)
- “The LORD made me as the beginning of His way, the first of His works of old” (JPST)
- “YHWH qanani resyit darko qedem mifalaw meoz” (BHS)
- “Kurios ektisen me arkhên hodôn autou eis erga autou” (LXX)
- “Aku membeli budak-budak laki-laki dan perempuan, dan ada budak-budak yang lahir di rumahku; aku mempunyai juga banyak sapi dan kambing domba melebihi siapapun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku” (LAI TB)
- “I got me servants and maidens, and had servants born in my house; also I had great possessions of great and small cattle above all that were in Jerusalem before me” (KJV)
- “Qaniti avadim usyefakhot uveney vayit hayah li gam miqneh vaqar vatson harbeh hayah mikol syehayu lefanay birusyalaim” (Biblia Hebraica Stuttgartensia - BHS)
- “Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya” (LAI TB)
- “The ox knoweth his owner, and the ass his master's crib: but Israel doth not know, my people doth not consider” (KJV)
- “Ya’da syor qonehu wakhamor evus be’alay Yisrael lo yada ami lo hitbonan” (Biblia Hebraica Stuttgartensia - BHS)
- “Tetapi masing-masing akan berkata: Aku ini bukan seorang nabi, melainkan seorang pengusaha tanah, sebab tanah adalah harta kepunyaanku sejak kecil” (LAI TB)
- “But he shall say, I am no prophet, I am an husbandman; for man taught me to keep cattle from my youth” (KJV)
- “Weamar lo navi anoki isy oved adamah anoki ki adam hiqnani mine’uray” (Biblia Hebraica Stuttgartensia - BHS)
Meramal dan memastikan hari dan
tanggal berakhirnya zaman dan datangnya Yesus yang kedua kali untuk
menghakimi dunia ini selain akan menemui kegagalan yang menyesatkan,
maka mereka yang melakukannya telah memperlakukan diri mereka
seolah-olah lebih tahu dari Yesus Sang Mesias.
Tanggapan Mengenai Kematian dan Kebangkitan
Memang benar bahwa manusia yang
mengalami kematian “tidak memiliki kekuatan” (lo yekhelash), “tidak
bangkit dari kematian” (lo yaqum), “tidak terjaga” (lo yaqishu),
“tidak bangun dari tidurnya” (lo ye’oru) (Ayb 14:10-12, 14). Namun
menafsirkan kata Ibrani Sheol dan kata Yunani Hades
dengan “kuburan” adalah kesalahan yang fatal. Kuburan tidak identik
dengan dunia orang mati. Secara kebahasaan, kata kuburan dipergunakan
kata Ibrani קבר (Qavar) dan diterjemahkan dalam naskah Septuaginta
dengan ταφὴν (taphen) sebagaimana muncul dalam beberapa ayat sbb:
“Dan dikuburkan-Nyalah (wayiqbor)dia di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini” (Ul 34:6)
“Yakub mendirikan tugu di atas kuburnya (qevuratah); itulah tugu kubur Rahel sampai sekarang” (Kej 35:20)
“Oleh sebab itu, bernubuatlah dan katakan kepada mereka: Beginilah firman Tuan YHWH: Sungguh, Aku membuka kubur-kuburmu (qivroteykem) dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya, dan Aku akan membawa kamu ke tanah Israel” (Yekhz 37:12)
Jika kita berbicara “dunia” tentu saja
kita memiliki pemahaman akan adanya suatu aktifitas. Jika kita
mendengar istilah “dunia kerja” maka itu bermakna suatu aktifitas lika
lika dalam pekerjaan. Jika kita mendengar istilah “dunia keilmuan”
maka itu bermakna suatu seluk beluk dalam keilmuan. Maka ketika kita
mendengar istilah “dunia orang mati” (Ibr: Sheol/Yun: Hades) maka kita
tentu saja memaknai suatu kehidupan di alam yang berbeda dengan kita.
Kitab Suci memang tidak memberikan informasi aktifitas apa saja yang
ada dalam dunia orang mati. Namun kisah pengemis dan orang kaya yang
disampaikan oleh Yesus untuk memberikan gambaran mengenai kebangkitan
orang mati dalam Lukas 16:19-31 mematahkan khayalan Saksi Yehuwa yang
menyangkal adanya kehidupan dalam dunia orang mati. Kita perhatikan
kisah tersebut sbb:
"Ada seorang kaya yang selalu
berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria
dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya
penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan
ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang
kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian
matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut
ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus
duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham,
kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung
jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat
kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak,
ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu,
sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan
engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan
engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka
yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari
situ kepada kami tidak dapat menyeberang. Kata orang itu: Kalau
demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke
rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia
memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk
kelak ke dalam tempat penderitaan ini. Tetapi kata Abraham: Ada pada
mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan
kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, Bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. Kata
Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan
para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh
seorang yang bangkit dari antara orang mati."
Tanggapan Mengenai Neraka
Saksi Yehuwa nampaknya takut akan keberadaan Neraka sehingga harus menghapus makna literal akan keberadaan neraka dalam terjemahan dan penafsiran mereka. Secara literal kata Ibrani Gehinom atau kata Yunani Gehenna menunjuk pada suatu lokasi pembuangan sampah dimana ada api yang membakar sampah-sampah tersebut di Yerusalem Timur. Namun kata Gehinom atau Gehenna bukan bermakna simbolik melainkan suatu tempat dan keadaan yang akan dialami secara nyata bagi mereka yang menberontak dan menyangkal Tuhan dan Firman-Nya sebagaimana dikatakan: “
“Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang” (την λιμνην του πυρος την καιομενης καιομενην εν τω θειω :ten limenen tou puros ten kaiomenes kaiomenen en tooi theiooi, Why 19:20)
“dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang (την λιμνην του πυρος και θειου οπου :ten limenen tou puros kai theiou opou), yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya” (Why 20:10)
“Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang (τη λιμνη τη καιομενη πυρι και θειω: ten limene te kaiomene puri kai theiooi) inilah kematian yang kedua." (Why 21:8)
Kesimpulan
Dari pengkajian ajaran dan analisis kritis terhadap sejumlah teks dan ayat yang dijadikan landasan ajaran dan penafsiran Saksi-Saksi Yehuwa, dapat dibuktikan bahwa semua penafsiran mereka tentang aspek-aspek teologi Kristen seperti Kristologi, Pneumatologi, Eskatologi dan doktrin-doktrin utama Kekristenan telah menyimpang dari maksud yang tertulis dalam Kitab Suci. Rasul Paul mengingatkan kepada Jemaat Korintus sbb: “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima” (2 Kor 11:4). Frasa αλλον ιησουν (allon Iesoun) atau “Yesus yang lain” dan η πνευμα ετερον (he pneuma heteron) atau “Injil yang lain” serta η ευαγγελιον ετερον (he Euanggelion heteron) atau “roh yang lain”, mengingatkan kita akan kewaspdaan akan adanya bidat dan penyesat yang menyimpangkan berita Injil yang telah disampaikan dari mulut para rasul yang kemudian dituliskan dalam Kitab Injil serta surat-surat rasuli.
Berita Injil mengakui bahwa Yesus Sang Mesias adalah sepenuhnya Ilahi dan Manusiawi. Yesus bukan ciptaan yang lebih rendah dari Tuhan. Yesus adalah Firman Tuhan yang menjadi manusia. Dia adalah sumber dan perantara terjadinya ciptaan.
Berita Injil mengakui bahwa Bapa, Anak, Roh Kudus adalah setara, sehakikat, sederajat dalam kekekalan sebagai personifikasi dari YHWH, Firman dan Roh-Nya yang kekal. Sekalipun kita tidak menyebut dengan Tritunggal namun bukan berarti keberadaan kesehakikatan Bapa Anak Roh ditolak
Berita Injil mengakui bahwa Roh Kudus datang dari YHWH Sang Bapa dan bukan ciptaan yang lebih rendah dari Tuhan. Roh Kudus adalah Roh yang menghidupkan dan menyertai orang beriman sampai Yesus Sang Msias datang kembali.
Berita Injil mengakui bahwa kematian bukan semata-mata tidur panjang tanpa aktifitas. Ada aktifitas yang tidak diberitakan secara gamblang dalam Kitab Suci. Orang benar (tsadiq) dan orang fasik (reshaim) dipisahkan keberadaannya di dunia alam kematian. Yang satu di Firdaus dan yang satu di Hades.
Berita Injil mengakui bahwa neraka sebagaimana sorga adalah ada dan nyata. Sebagaimana sorga mewakili suatu tempat yang penuh kemuliaan dan keindahan demikianlah neraka sebuah tempat kehinaan dan mengerikan tempat hukuman dan upah orang fasik.
Marilah kita hadapi Saksi-Saksi Yehuwa dengan kasih dan argumentasi yang baik supaya mereka kembali kepada Sang Gembala Agung pemimpin domba-domba Mesias yaitu Yahshua ha Mashiakh atau Yesus Sang Mesias. Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus. Marilah kita amalkan pesan rasuli berikut: “Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Tuhan sambil menantikan rahmat Junjungan Agung kita, Yesus Sang Mesias, untuk hidup yang kekal.Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api. Tetapi tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan kepada orang-orang lain juga, dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa” (Yud 1:21-23
Tanggapan Mengenai Neraka
Saksi Yehuwa nampaknya takut akan keberadaan Neraka sehingga harus menghapus makna literal akan keberadaan neraka dalam terjemahan dan penafsiran mereka. Secara literal kata Ibrani Gehinom atau kata Yunani Gehenna menunjuk pada suatu lokasi pembuangan sampah dimana ada api yang membakar sampah-sampah tersebut di Yerusalem Timur. Namun kata Gehinom atau Gehenna bukan bermakna simbolik melainkan suatu tempat dan keadaan yang akan dialami secara nyata bagi mereka yang menberontak dan menyangkal Tuhan dan Firman-Nya sebagaimana dikatakan: “
“Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang” (την λιμνην του πυρος την καιομενης καιομενην εν τω θειω :ten limenen tou puros ten kaiomenes kaiomenen en tooi theiooi, Why 19:20)
“dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang (την λιμνην του πυρος και θειου οπου :ten limenen tou puros kai theiou opou), yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya” (Why 20:10)
“Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang (τη λιμνη τη καιομενη πυρι και θειω: ten limene te kaiomene puri kai theiooi) inilah kematian yang kedua." (Why 21:8)
Kesimpulan
Dari pengkajian ajaran dan analisis kritis terhadap sejumlah teks dan ayat yang dijadikan landasan ajaran dan penafsiran Saksi-Saksi Yehuwa, dapat dibuktikan bahwa semua penafsiran mereka tentang aspek-aspek teologi Kristen seperti Kristologi, Pneumatologi, Eskatologi dan doktrin-doktrin utama Kekristenan telah menyimpang dari maksud yang tertulis dalam Kitab Suci. Rasul Paul mengingatkan kepada Jemaat Korintus sbb: “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima” (2 Kor 11:4). Frasa αλλον ιησουν (allon Iesoun) atau “Yesus yang lain” dan η πνευμα ετερον (he pneuma heteron) atau “Injil yang lain” serta η ευαγγελιον ετερον (he Euanggelion heteron) atau “roh yang lain”, mengingatkan kita akan kewaspdaan akan adanya bidat dan penyesat yang menyimpangkan berita Injil yang telah disampaikan dari mulut para rasul yang kemudian dituliskan dalam Kitab Injil serta surat-surat rasuli.
Berita Injil mengakui bahwa Yesus Sang Mesias adalah sepenuhnya Ilahi dan Manusiawi. Yesus bukan ciptaan yang lebih rendah dari Tuhan. Yesus adalah Firman Tuhan yang menjadi manusia. Dia adalah sumber dan perantara terjadinya ciptaan.
Berita Injil mengakui bahwa Bapa, Anak, Roh Kudus adalah setara, sehakikat, sederajat dalam kekekalan sebagai personifikasi dari YHWH, Firman dan Roh-Nya yang kekal. Sekalipun kita tidak menyebut dengan Tritunggal namun bukan berarti keberadaan kesehakikatan Bapa Anak Roh ditolak
Berita Injil mengakui bahwa Roh Kudus datang dari YHWH Sang Bapa dan bukan ciptaan yang lebih rendah dari Tuhan. Roh Kudus adalah Roh yang menghidupkan dan menyertai orang beriman sampai Yesus Sang Msias datang kembali.
Berita Injil mengakui bahwa kematian bukan semata-mata tidur panjang tanpa aktifitas. Ada aktifitas yang tidak diberitakan secara gamblang dalam Kitab Suci. Orang benar (tsadiq) dan orang fasik (reshaim) dipisahkan keberadaannya di dunia alam kematian. Yang satu di Firdaus dan yang satu di Hades.
Berita Injil mengakui bahwa neraka sebagaimana sorga adalah ada dan nyata. Sebagaimana sorga mewakili suatu tempat yang penuh kemuliaan dan keindahan demikianlah neraka sebuah tempat kehinaan dan mengerikan tempat hukuman dan upah orang fasik.
Marilah kita hadapi Saksi-Saksi Yehuwa dengan kasih dan argumentasi yang baik supaya mereka kembali kepada Sang Gembala Agung pemimpin domba-domba Mesias yaitu Yahshua ha Mashiakh atau Yesus Sang Mesias. Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus. Marilah kita amalkan pesan rasuli berikut: “Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Tuhan sambil menantikan rahmat Junjungan Agung kita, Yesus Sang Mesias, untuk hidup yang kekal.Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api. Tetapi tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan kepada orang-orang lain juga, dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa” (Yud 1:21-23
Tidak ada komentar:
Posting Komentar